Sukses

CEO AS Kehilangan Kepercayaan Diri dalam Ekonomi

Laporan lembaga penelitian bisnis terkemuka AS Conference Board pada Kamis, 7 Oktober 2021 mengungkapkan ada penurunan tajam indeks kepercayaan CEO.

Liputan6.com, New York - Para pemimpin bisnis Amerika Serikat (AS) masih optimistis pemulihan ekonomi. Akan tetapi, CEO masih tidak begitu percaya diri sama halnya bulan lalu.  CEO menyalahkan varian Delta dan pasar tenaga kerja yang ketat menjadi sentimen negatif.

Laporan lembaga penelitian bisnis terkemuka AS Conference Board pada Kamis, 7 Oktober 2021 mengungkapkan ada penurunan tajam indeks kepercayaan CEO pada kuartal III.

Indeks turun ke posisi 67 poin atau hampir 20 persen dari level tertinggi di angka 82 poin pada kuartal II. Pencapaian indeks tertinggi berlangsung ketika AS mengubah sudut pandemi COVID-19. Kabar baiknya, angka di atas 50 dinilai masih jadi tanda optimisme ekonomi secara keseluruhan.

Walaupun harus tetap memperhatikan tren penurunan dari beberapa sentimen. Khususnya terhadap kepercayaan konsumen AS yang merosot sejak musim panas ini. Di samping, kasus COVID-19 tetap jadi fokus utama para raksasa industri AS.

“Kepercayaan CEO turun dari puncak sepanjang kuartal II seiring COVID-19 mulai mereda. Gelombang kasus akibat varian Delta sangat cepat menular sehingga terjadi lonjakan pada musim panas ini. Ditambah dengan tingkat vaksinasi yang merosot sehingga ketidakpatian kapan pandemi akan usai,” tutur chief economist di Conference Board dalam rilis berita, dikutip dari CNN, Sabtu (9/10/2021).

Hal ini semakin membuat ragu prospek para CEO Amerika Serikat. Conference Bord bersama Dewan Bisnis melakukan survei terhadap para CEO selama kuartal II.

Hasilnya sekitar 88 persen CEO memperkirakan kondisi ekonomi secara keseluruhan akan membaik untuk enam bulan ke depan. Sedangkan survei di kurtal III 60 persen responden yang yakin terjadi perbaikan ekonomi.

Terlebih, survei kuartal III itu hanya 65 persen top eksekutif yang mengungkap lakukan antisipasi prospek jangka pendek industrinya akan meningkat. Angka ini turun 81 persen dari hasil kuartal III.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pasar Tenaga Kerja Makin Ketat

Kondisi pasar menjadi tantangan besar lainnya bagi para pemimpin perusahaan. Yang mana 60 persen berharap untuk memperluas jumlah karyawan. Ada kenaikan lebih dari 54 persen pada kuartal II 2021.

Situasi ini justru mempersulit mengisi posisi pekerja. Hampir tiga per empat dari CEO yang mengikuti survei secara gamblang menuturkan kesulitan menemukan pekerja berkualitas. Hasil ini naik 57 persen dari laporan sebelumnya.

"Bisnis lolos dari ujian bertahan hidup selama pandemi. Sehingga ada keinginan untuk berkembang, berinvestasi, dan merekrut lagi," ujar Wakil Ketua Dewan Bisnis dan Wali Dewan Konferensi Roger Ferguson.

Ferguson menambahkan keadaan ini sebagai percepatan perusahaan mengembalikan para pekerja layaknya situasi sebelum COVID-19. Namun, COVID-19 yang tidak kunjung usai menyebabkan para pekerja tidak mau atau enggan mengisi angkatan kerja.

Para CEO menyadari mereka harus membayar banyak untuk merekrut para pekerja. Pastinya ini menjadi berita bagus untuk pencari kerja berbanding terbalik dengan CEO. Karena keuntungan perusahaan yang harus dipangkas untuk membayar pekerja.

Dua per tiga dari CEO yang disurvei bahkan menegaskan akan meningkatkan upah pekerja 3 persen PADA tahun depan. Dalam survei kuartal II hanya 37 persen CEO yang berencana meningkatkan gaji pekerja. Hal ini jelas menunjukkan pesimisme CEO negara adidaya tersebut.

 

Reporter: Ayesha Puri

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.