Sukses

Menyibak Evergrande, Biang Kerok Gejolak Pasar Keuangan

Berikut sejumlah rangkuman yang berkaitan dengan gejolak Evergrande. Yuk simak ulasannya.

Liputan6.com, Jakarta - Grup Evergrande, salah satu pengembang real estate terbesar kedua di China tengah menghadapi tekanan utang. Sekitar 1,5 juta orang dilaporkan telah menempatkan dana untuk rumah baru yang belum dibangun. Hal itu dinilai dapat timbulkan keruntuhan yang menjadi bencana.

Investor semakin gelisah jika Evergrande runtuh, ini bisa menyebar ke pengembang properti lain. Hal ini dapat menciptakan risiko sistemik bagi sistem perbankan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Berikut sejumlah rangkuman yang berkaitan dengan gejolak Evergrande yang dirangkum pada Rabu (22/9/2021):

Awal Mula Krisis

Pengembang yang berbasis di Hong Kong itu berada di bawah tekanan kewajiban yang membengkak lebih dari USD 300 miliar atau sekitar Rp 4.275 triliun. Hal itu terjadi setelah perusahaan selama bertahun-tahun meminjam sejumlah dana untuk mengakselerasi pertumbuhan perusahaan.

Raksasa properti itu mulai goyah setelah China memperkenalkan langkah-langkah baru pada Agustus 2020 untuk memantau dan mengendalikan total tingkat utang pengembang properti besar. Sementara Evergrande mengandalkan pra-penjualan untuk membiayai operasional perseroan dan menjaga aktivitasnya tetap berjalan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Langkah Perusahaan hingga Minta Pinjaman dari Karyawan

Kepada Bursa Efek Hong Kong, perusahaan mengatakan telah menyewa penasihat keuangan untuk eksplorasi semua solusi yang layak untuk meredakan krisis uang tunai.

Namun menekankan tak ada jaminan perusahaan akan memenuhi kewajiban keuangannya. Perusahana bahkan menyalahkan pemberitaan media tentang yang dinilai negatif. Sehingga memengaruhi penjualan pada September.

Beru-baru ini, Evergrande memaksa karyawannya untuk memberi pinjaman pada perusahaan. Karyawan diberitahu agar masing-masing menginvestasikan sejumlah uang dalam produk Evergrande Wealth. Jika mereka gagal melakukannya, gaji kinerja dan bonus mereka akan dikurangi.

3 dari 3 halaman

Sederet Imbas Gejolak Evergrande

Goldman Sachs menyebutkan, para investor besar ketar-ketir memikirkan kondisi Evergrande yang bisa menjalar ke pasar global.

Sentimen Evergrande mulai menular ke pasar saham Amerika Serikat pada awal pekan ini. Pada perdagangan Senin sore waktu setempat, semua indeks saham utama berada di posisi sesi terendah. Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh lebih dari 600 poin. Selain pasar saham, gejolak ini juga berimbas pada aset kripto.

Harga Cryptocurrency atau kripto jatuh pada Senin pagi selama aksi jual pasar yang meluas. Kripto dunia jatuh ke level terendah kurang dari USD 1,9 triliun atau sekitar Rp 27.046 triliun (asumsi kurs Rp 14.231 per dolar AS) pada Senin, 8:45 EDT. Amblas hampir 11 persen kurang dari 24 jam sebelumnya.

Penurunan itu mencerminkan kerugian kapitalisasi pasar lebih dari USD 250 miliar atau sekitar Rp 3.559 triliun, menurut situs web crypto-data CoinMarketCap.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.