Sukses

Gejolak Evergrande Bakal Berdampak terhadap Ekonomi Global

Sentimen Evergrande ini juga telah menekan bursa saham global. Indeks Dow Jones Industrial Average mengakhiri sesi perdagangan turun lebih dari 600 poin.

Liputan6.com, Jakarta - Evergrande, pengembang properti terbesar China mengalami krisis likuiditas sehingga mengguncang pasar global. Analis mengatakan hal itu dapat menular ke ekonomi global.

Akan tetapi, analis mengatakan kemungkinan pemerintah China akan mengatasi masalah Evergrande sebelum akhirnya menimbulkan kerusakan pada sistem perbankan dalam negeri.

Tentunya, tindakan pemerintah China ini diharapkan dapat menghentikan “penularan’ keuangan global secara lebih luas.

Pertanyaan kritis bagi investor adalah bagaimana dan kapan para pemimpin di Beijing menangani situasi tersebut dan apakah mereka akan melakukan restrukturisasi China Evergrande Group seperti yang diharapkan oleh banyak pro-pasar.

Investor khawatir Beijing akan membiarkan perusahaan itu gagal sehingga berimbas buruk pada pemegang saham dan obligasi domestik. Evergrande hadapi pembayaran utang obligasi luar negeri pada Kamis, 23 September 2021 setelah pekan lalu mengatakan hadapi kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Semua orang mengharapkan pemerintah (China) memiliki semacam resolusi, mengingat Evergrande adalah perusahaan penting secara sistematik,” ujar Chief Investment Officer di Rockefeller Global Family Office, Jimmy Chang dilansir dari laman CNBC, Selasa, (21/9/2021).

Ia menuturkan, Evergrande memiliki utang yang luar biasa mencapai USD 300 miliar atau sekitar Rp 4.271 triliun (asumsi kurs Rp 14.237 per dolar AS).

"Ada masalah penularan jika Evergrande tidak diselesaikan segera mungkin. Saya pikir itu akan berakhir dengan beberapa perusahaan milik negara yang berkantong tebal untuk mengambil alih,” Jimmy menambahkan.

Bagi pihak yang pro pasar tidak berpikir Evergrande dapat menyebabkan krisis keuangan berikutnya. Hanya saja akan mengakibatkan lebih banyak volatilitas.

"China sedang memahami hal yang sulit, sistem yang buram dan tidak memiliki jawaban sampai nantikan baru bisa mendapatkan jawaban,” kata Chief Investment Officer of Global Fixed Income BlackRock, Rick Rieder.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Potensi Intervensi Pemerintah dan Perlambatan Ekonomi China

Rieder menambahkan, sistem perbankan cenderung dikendalikan oleh pemerintah. Mungkin ada intervensi pemerintah yang masuk.

"Saya pikir untuk jangka waktu tertentu, ketika Anda membungkus ini dengan segala sesuatu yang lain di sana, ada pertanyaan pembiayaan jangka pendek di sekitar beberapa entitas properti lainnya. Ketika itu terjadi akan menciptakan beberapa volatilitas dan beberapa penularan keuangan. Perasaan saya adalah pemerintah akan bertindak, dan barulah perasaan saya akan stabil," ujar Rieder.

Rieder juga mengatakan kemungkinan ada beberapa kehati-hatian Evergrande dan perusahaan multidisiplin dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, ada kekhawatiran ekonomi China yang sudah melambat akan berpengaruh lebih lanjut bahkan mengalir ke ekonomi lainnya.

Sepakat dengan Rieder, Chang berpendapat pemerintah China perlu bertindak cepat karena Evergrande mulai mempengaruhi sentimen meskipun telah diabaikan oleh pasar global.

"Itu bisa menjadi ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya. Masalah likuiditas ini sangat penting bagi ekonomi China dan kesejahteraan finansial banyak keluarga di sana. Kepemilikan rumah lebih dari 90 persen,” ujar Chang

Ia menambahkan, banyak orang membeli apartemen sebagai investasi, jadi jika hal ini tidak terkendali bisa menjadi black swan yang nyata.

“Fakta bahwa ekonomi China memiliki pengaruh yang besar di seluruh dunia, jadi jika China mendapat masalah ekonomi serius karena Evergrande. Maka ekonomi global otomatis Tertular,” kata Chang.

Sentimen Evergrande ini juga telah menekan bursa saham global. Indeks Dow Jones Industrial Average mengakhiri sesi perdagangan turun lebih dari 600 poin pada Senin, 20 September 2021.

Hal ini setelah pasar saham tersungkur di Eropa, Hong Kong, dan sebagian Asia. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun bergerak berlawanan arah harganya dan susut 1,297 persen. Investor mencari 'keselamatan' di obligasi.

3 dari 4 halaman

Prioritaskan Sistem Perbankan

“Saya pikir pada akhirnya pihak berwenang China akan turun tangan setidaknya untuk memastikan sistem keuangan negara tidak mengalami krisis yang lebih luas,” ujar Ekonom, Capital Economics, Mark Williams.

Ia menambahkan, jika Anda pengembang properti, Anda akan menghadapi masa yang suram beberapa bulan ke depan.

"Karena menurut saya, stakeholder China turun tangan untuk memastikan sistem perbankan baik-baik saja dengan membiarkan pengembang properti menderita kerugian cukup besar,” ungkap Mark Williams.

Presiden sekaligus pendiri Kynikos Associates, Jim Chanos menuturkan, krisis Evergrande merupakan momen kritis bagi kepemimpinan China. Dengan demikian harus melakukan tindakan keras terhadap perusahaan internet, perusahaan pendidikan, gim, hingga industri lainnya. Ia menilai, itu menjadi kunci untuk melihat bagaimana negeri tirai bambu menanggapi masalah Evergrande.

"Kami melihat perubahan nada yang berbeda. Cara pemerintah memperlakukan bisnis, pemimpin bisnis, investor barat. Bagaimana mereka akan menandangani dana talangan yang menurut semua orang akan datang, dalam beberapa cara dan bentuk,” kata dia.

"Apakah hanya akan diberikan kepada pemilik properti yang berutang apartemen yang belum dibangun oleh Evergrande?Apakah bank akan haircut,"

4 dari 4 halaman

Efek Domino Lainnya

Chanos mengatakan, Pemerintah China terhitung sudah empat kali berusaha membendung spekulasi di pasar properti sejak 2011.

"Dalam setiap kasus, ekonomi mencapai kematian sangatlah cepat. Saat itulah, pihak berwenang melangkah lagi dengan menginjak pedal gas,” ujar Chanos.

Dia pun menuturkan, pasar properti residensial setara dengan 20 persen Produk Domestik Bruto (PDB) China. Sedangkan aktivitas real estate umumnya mencapai 30 persen dari PBD.

"Ini hanya angka-angka yang tidak biasa. Mereka menjadi lebih buruk di bawah Presiden Xi [Jinping]. Kami tidak berpikir itu sistemik ke pasar keuangan Barat, ” kata Chanos.

Kemudian William dari Capital Economics mengungkapkan ada sekitar 1,4 juta pemilik properti yang telah membayar deposit dan menunggu pengiriman atau pembangunan properti dari Evergrande.

"Kami tidak tahu apakah mereka dapat membangun rumah, tetapi tampaknya tidak mungkin,” kata dia mencatat pembangunan beberapa tempat tinggal sudah berlangsung dan pada tahap konstruksi yang berbeda.

Risiko yaitu jika ada masalah serupa di perusahaan properti lain, akibatnya nilai properti akan turun dan terjadi gejolak di pasar perumahan. Konsumen adalah faktor besar dalam ekonomi China. Pukulan di sektor perumahan akan merusak konsumsi.

Hal tersebut juga menimbulkan efek domino ke pasar regional dan global lainnya. Dengan melemahnya pasar impor China serta melambatnya permintaan untuk semua jenis bahan mentah.

“Ketika menggabungkannya dengan beberapa perubahan peraturan di China, jelas terjadi perlambatan pertumbuhan dan perlambatan permintaan komoditas. Ada beberapa alasan untuk berhenti dan bersabar tentang apa yang terjadi di kawasan ini,” kata Rieder.

Di sisi lain, Ia menuturkan, pertumbuhan ekonomi China dan sifat China yang saling terkait dalam ekonomi global sangat besar. “China sebagai fokus penting pasar tidak akan hilang dalam waktu dekat,” kata dia.

 

Reporter: Ayesha Puri

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.