Sukses

Delta Djakarta Cetak Laba Bersih Rp 94 Miliar pada Semester I 2021

Direktur PT Delta Djakarta Tbk, Ronny Titheruw menuturkan, penjualan tumbuh 56 persen hingga Juni 2021 yang didukung laba bersih.

Liputan6.com, Jakarta - PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) menyebutkan pertumbuhan kinerja positif sepanjang semester I 2021. Perseroan pun berharap pertumbuhan positif itu berlanjut hingga akhir 2021.

Direktur PT Delta Djakarta Tbk, Ronny Titheruw menuturkan, penjualan tumbuh 56 persen hingga Juni 2021. Hal ini didukung laba bersih yang melonjak selama semester I 2021.

"Laba bersih tumbuh signifikan 171,5 persen, Rp 94 miliar pada periode Januari-Juni 2021 dibandingkan tahun lalu,” kata Ronny saat paparan publik, Selasa (24/8/2021).

Ia mengatakan, kinerja keuangan yang bertumbuh tersebut diharapkan berlanjut hingga Desember 2021. Hal ini dapat tercapai asal didukung pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang berjalan lancar dan pandemi COVID-19 terkendali. Meski demikian, perseroan belum dapat menyampaikan kondisi pada kuartal III dan IV seiring situasi masih tidak pasti.

"Tapi kita juga sekali lagi belum tahu situasi kuartal III dan IV. Kalau tren positif, lebih dari 2020," kata dia.

Terkait belanja modal, PT Delta Djakarta Tbk siapkan belanja modal Rp 10 miliar-Rp 15 miliar pada 2021. Financial Planning Manager, PT Delta Djakarta Tbk, Poltak Siahaan menuturkan, pemakaian belanja modal itu untuk memperbaiki mesin di pabrik akibat banjir. Dana belanja modal itu berasal dari kas internal dan anggaran belanja modal sudah direalisasikan.

 "Fokus perbaikan mesin-mesin pabrik kita. Penggunaan lebih banyak ke perbaikan mesin-mesin. Modal sendiri, sudah dipakai,” kata dia.

Poltak menambahkan, pihaknya belum akan investasi ke depan meski kas perseroan cukup besar. Poltak menuturkan, kas tersebut sebagian akan digunakan untuk membayar dividen. Perseroan akan membagikan dividen tunai Rp 200,16 miliar saham untuk tahun buku 2020.  Pembagian dividen tunai tersebut setara Rp 250 per saham.

"Bayar dividen bulan depan, idle kas disimpan untuk pandemi, belum ada rencana untuk investasi,” kata dia.

Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Perseroan mencatat kas dan setara kas Rp 816,32 miliar pada 31 Maret 2021 dibandingkan Desember 2020 Rp 697,22 miliar.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Strategi Hadapi Pandemi COVID-19

Perseroan juga menyatakan telah menjalankan sejumlah strategi untuk hadapi pandemi COVID-19. Ronny menuturkan, perseroan mengalihkan fokus pada program off-premise dan sektor tradisional seiring penutupan sementara gerasi on-premise, pembatasan perjalanan, program penjualan dan pemasaran menjadi terbatas terutama pandemi COVID-19 mencapai puncak pada kuartal II 2020.

“Kami meningkatkan ketersediaan di hypermarket dan supermarket, serta mempertahankan program insentif untuk mendukung pedagang grosir kami,” kata Ronny.

Selain itu, perseroan juga memanfaatkan peluang yang ditawarkan platform online antara lain Happy Fresh yang mendorong kenaikan pendapatan hingga 400 persen pada 2020. Perseroan juga mendirikan toko resmi di Blibli dan Shopee dan menjalankan kampanye pengiriman online secara taktis.

Kemudian, perseroan menjangkau konsumen selama pandemi dengan terus meningkatkan keberadaannya di media sosial lewat aktivasi yang berkelanjutan, program pemasaran dan kesadaran merek di media sosial.

“Selain itu, kami meningkatkan langkah-langkah pengendalian biaya serta produksi yang ditingkatkan dan efisiensi operasional untuk menjaga profitabilitas,” tutur Ronny.

Perseroan meluncurkan perubahan kemasan kaleng dari 330mL menjadi 320mL untuk menyelaraskan dengan persaingan sehingga menghasilkan margin laba yang lebih baik pada 2020.

Perseroan juga memanfaatkan teknologi informasi dengan menerapkan Sistem Informasi Distributor (DIS) yang memungkinkan untuk mengelola aktivitas distribusi dan informasi penjualan dengan lebih baik.

“Selain itu, untuk mengurangi biaya, kami menegosiasikan harga kontrak yang lebih rendah untuk beberapa material utama serta menunda belanja modal non-esensial,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.