Sukses

Danareksa Research Institute Sebut Frekuensi Investasi Merosot saat Pandemi COVID-19

Danareksa Research Institute mencatat kepemilikan investasi yang meningkat selama pandemi COVID-19 antara lain saham, reksa dana dan kripto.

Liputan6.com, Jakarta - Danareksa Research Institute mencatat frekuensi investasi merosot selama pandemi COVID-19. Ini ditunjukkan hanya 6,41 persen responden menambah investasinya beberapa kali dalam sebulan.

26,92 persen responden meningkatkan investasi satu sampai tiga bulan sekali. Selanjutnya 11,54 persen responden meningkatkan investasi tiga hingga enam bulan sekali. 6,41 persen responden menambah investasi satu kali dalam setahun dan 48,72 persen responden menambah investasi jika memiliki kelebihan uang.

Di sisi lain, berdasarkan porsi investasi dari pendapatan bulanan selama pandemi COVID-19 tercatat 60,9 persen responden menginvestasikan 10 persen dari penghasilannya dan 23,72 persen responden menginvestasikan 10-25 persen pendapatan bulanannya.

"Selanjutnya 7,05 persen responden investasi  25-35 persen penghasilannya, 6,41 persen responden investasi 35-50 persen pendapatan bulanan. 1,92 persen responden investasi lebih dari 50 persen pendapatannya," dikutip dari Antara, Minggu (18/7/2021).

Danareksa Research Institute juga menyebutkan, emas menjadi instrumen investasi paling diminati masyarakat. Diikuti deposito, properti dan tanah, saham, reksa dana, surat berharga, kripto, live stocks, valuta asing, ETF, dan DIRE.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kepemilikan Investasi yang Meningkat

Riset ini mencatat kepemilikan investasi yang meningkat selama pandemi COVID-19 antara lain saham, reksa dana dan kripto. Sementara itu, kepemilikan surat berharga sebagian besar surat berharga negara sebesar 74,88 persen.

Di sisi lain, Danareksa Research Intitute menemukan alasan investasi menjadi alternatif pemasukan dana bagi masyarakat selama pandemi COVID-19.

"Sebanyak 33,33 persen responden beralasan memulai investasi ketika pandemi karena berharap itu menjadi alternatif pemasukan,” tulis riset tersebut.

Responden menilai investasi menjadi alternatif pemasukan sebanyak 33,33 persen. Kemudian alasan kelebihan dana menjadi alasan investasi sebanyak 33,33 persen responden. Lalu harapan imbal hasil besar pertimbangan untuk investasi sebanyak 30,56 persen responden.

Pertimbangannya lain antara lain akses terhadap investasi lebih mudah dan harga relatif rendah masing-masing 25 persen Alasan lainnya adalah akses terhadap investasi lebih mudah, harga relatif rendah, hanya coba-coba, ikut teman dan mengisi waktu luang dengan masing-masing 25 persen responden, 25 persen responden, 22,22 persen responden, 16,67 persen responden dan 13,89 persen responden.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.