Sukses

Tren Kenaikan Harga CPO Buka Peluang IPO

Tren harga CPO selama paruh pertama tahun ini masih mengalami tren kenaikan.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak sawit mentah terus berfluktuasi. Meski demikian, sejumlah analis memperkirakan tren harga minyak sawit mentah (CPO/crude palm oil) tengah menguji level baru di tengah pandemi Covid-19.

Bahkan dikatakan jika saat ini menjadi momentum yang membuka peluang bagi para calon emiten sawit untuk melantai di bursa.

Analis Pasar Modal sekaligus ekonom dari LBP Institute, Lucky Bayu Purnomo mengungkapkan tren harga CPO selama paruh pertama tahun ini masih mengalami tren kenaikan.

Meski terkoreksi pada harga perdagangan Juli, menurutnya, hal tersebut terjadi secara wajar seiring menguatnya harga minyak dunia.

“Namun sekali lagi, fluktuasi harga CPO masih memungkinkannya terungkit, menjadi pilihan transaksi jangka pendek,” ungkapnya.

Di sisi lain, Lucky menilai tren kenaikan harga CPO sedikit berbeda dengan pergerakan saham-saham emiten sawit yang baru belakangan bergeliat.

Saham-saham emiten sawit dengan kapitalisasi besar seperti AALI dan LSIP, belakangan terdongkrak hingga menguji level harga baru masing-masing Rp8.150 dan Rp1.215 per saham.

“Karena investor melihat bahwa ini terjadi diskon, dengan kinerja dan harga CPO yang baik, tetapi sebelumnya saham-saham tersebut tidak bergerak, jadi wajar kalau saham-saham itu kini mengalami tren kenaikan harga juga,” jelasnya.

Bahkan, Lucky menyimpulkan bahwa saat ini merupakan momen agresif para investor memburu saham emiten sawit. Karena itu, dia menilai bagi calon emiten sawit pun saat yang tepat memasuki bursa.

“Memang ada rumus jika harga indeks lagi turun, pasar membatasi transaksi sehingga tidak bagus melantai di bursa. Untuk emiten sawit mungkin sebaliknya, inilah momen tepat karena bagi emiten baru akan diburu investor, tetapi jika indeks tengah naik maka investor mencari saham-saham yang telah mapan,” ungkap Lucky.

Salah satu perusahaan yang disebut-sebut menjadi calon emiten sawit anyar yakni PT Tunas Sawa Erma Group (TSE).

TSE mengelola dan menggarap perkebunan sawit di kawasan Timur Indonesia. Pasar masih menanti-nanti langkah perusahaan yang sejak 1998 beroperasi tersebut melantai di bursa.

“Walau memang ada faktor pertimbangan seperti pengetatan mobilitas atau PPKM, namun faktor lain seperti harga CPO yang baik serta momentum pasar juga harus dipertimbangkan untuk IPO sekarang ini,” tegas Lucky.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penopang Permintaan

Pada kesempatan berbeda, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengakui walau terjadi fluktuasi harga CPO, secara umum tren tersebut mengalami kenaikan hingga sempat menyentuh kisaran 4.000 ringgit per ton sejak akhir tahun lalu.

Di sisi lain, permintaan sawit akan terus ditopang dengan adanya upaya hilirisasi komoditas tersebut. “CPO jadi menarik karena ada isu B20 dan B30. Meski terus ada black campaign dituding tidak ramah lingkungan. Dan lagi, harga CPO paling murah dari 17 minyak nabati,” ungkapnya.

Sementara itu, Analis Komoditas Reuters Wang Tao mengungkapkan harga CPO kini berada pada posisi menguji level MYR3.915 per ton.

Dia optimistis jika level itu tercapai, maka tren kenaikan harga bisa menyentuh ke level baru yakni MYR4.009-4.105 per ton. Pada saat bersamaan, sentimen positif terhadap emiten sawit berasal dari kinerja ekspor yang mengkilap.

Ekspor minyak sawit nasional pada Mei 2021 mencapai US$3,06 miliar, meningkat 14,98% dari bulan sebelumnya USD 2,66 miliar.

Nilai ekspor itupun menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah karena didukung harga rata-rata minyak sawit mentah (CPO) dan kenaikan volume.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.