Sukses

Melihat Prospek Pasar Modal Syariah di Indonesia

Berdasarkan data yang dihimpun dari anggota bursa penyedia layanan, jumlah investor syariah bertambah 19 kali lipat dari 4.908 pada 2015, menjadi 93.870 investor per Maret 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Prospek kinerja pasar modal syariah diyakini masih akan moncer. Hal ini merujuk pada perkembangan pasar modal syariah dalam 10 tahun terakhir yang terus mencatatkan kenaikan. Baik dari sisi kapitalisasi, rata-rata transaksi, hingga jumlah investor.

"Dalam 10 tahun terakhir, saat jumlah saham tercatat BEI meningkat hingga 65 persen, peningkatan sejumlah saham non-syariah sebesar 44 persen, jumlah saham syariah meningkat secara pesat sebesar 84 persen,” papar Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pahala Mansury dalam The Future of Islamic Capital Market, Kamis (15/7/2021).

Dalam periode yang sama, terjadi peningkatan signifikan di kapitalisasi pasar syariah. Rata-rata volume transaksi harian meningkat sebesar 13,8 persen tiap tahun. Yakni dari 2,7 miliar lembar pada  2011 menjadi 8,97 miliar pada 2021 per 16 April 2021.

Lalu rata-rata nilai transaksi harian juga meningkat 14,6 persen per tahun. Dari Rp 2,41 triliun di 2011 menjadi Rp 8,54 di 2021. Sejalan, rata-rata frekuensi transaksi harian meningkat 30 ,9 persen per tahun, dari 65 ribu kali pada 2011 menjadi 793 ribu kali di 2021.

Begitu pula dengan kapitalisasi pasar yang naik 6,4 persen per tahun, dari Rp 1.968 triliun pada 2011, menjadi Rp 3.493 triliun pada 2021. Setara 49 persen dari total IHSG. Pada 2020 lalu, indeks ISSI atau indeks saham Syariah Indonesia menurun sebesar 5,46 persen yoy, JII turun 9,69 persen yoy.

Pada 24 Maret 2020 merupakan penutupan terendah bagi ISSI, yang turun sebesar 38,24 persen dibandingkan dengan penutupan terakhir di 2019. Jika dibandingkan dengan titik terendahnya, pada akhir 2020 indeks ISSI ditutup pada level 177,48 persen atau mengalami peningkatan sebesar 53 persen.

"Ini menunjukkan bahwa indeks saham syariah itu sudah mengalami recovery setelah masa pandemi covid-19 lalu,” kata Pahala.

Di tengah kondisi ketidakpastian akibat pandemi, jumlah investor yang tercatat dalam SOTS atau sistem online trading Syariah meningkat drastis. Berdasarkan data yang dihimpun dari anggota bursa penyedia layanan, jumlah investor syariah bertambah 19 kali lipat dari 4.908 pada 2015, menjadi 93.870 investor per Maret 2021.

"Melihat kinerja pasar modal syariah yang baik selama 10 tahun terakhir dan bahkan di 2021 ini, kita optimis bahwa pasar modal syariah akan terus berkembang lebih baik lagi ke depannya,” kata Pahala.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengembangan Pasar Modal Syariah

Sebelumnya, Pemerintah menyampaikan telah mengupayakan untuk mengembangkan pasar modal syariah. Wakil Presiden Ma’ruf Amin menuturkan,  pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia masih rendah sebesar 9,89 persen dari total aset keuangan nasional Indonesia.

"Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pernah menyampaikan bahwa market share keuangan syariah kita masih relatif rendah, yaitu 9,89 persen dari total aset keuangan nasional termasuk di dalamnya pasar modal syariah,” ujar Wapres, saat acara Konferensi Internasional The Future of Islamic Capital Market: Opportunities, Challenges and Way Forward yang digelar KNEKS secara virtual dikutip dari Antara, Kamis (15/7/2021).

Ma’ruf Amin menuturkan, pengembangan pasar modal syariah sudah dilakukan sejak 1997. Hal ini dengan membentuk reksa dana syariah pertama di Indonesia. Akan tetapi, butuh waktu lama mengembangkan pasar modal syariah itu di Indonesia. Hal ini mengingat pertumbuhan pasar modal syariah baru dirasakan sejak 2011.

"Dan untuk mengembangkan pasar modal syariah itu, OJK telah menerbitkan roadmap Pasar Modal Syariah Tahun 2020-2024 sebagai salah satu panduan terkait arah kebijakan pasar modal syariah,” ia menambahkan.

Pemerintah berupaya untuk memperkuat industri keuangan syariah terkait perluasan pasar modal syariah di Indonesia. Ma’ruf Amin mengatakan, upaya pemerintah dengan menggabungkan tiga bank syariah dari Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI).

Kemudian penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) adalah instrument investasi bagi pelaku industri keuangan syariah dan SBSN ritel untuk masyarakat umum.

“Kemudian juga penerbitan green sukuk yang merupakan SBSN pertama dan terbesar di dunia dengan konsep berkelanjutan, dan itu telah menerima 42 penghargaan dari berbagai lembaga internasional,” kata dia.

Ma’ruf Amin menuturkan, OJK telah memberikan izin penerbitan reksa dana syariah dan saham syariah, fatwanya diterbitkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

Selain itu, kinerja pasar modal syaria juga melambat imbas pandemi COVID-19. “Sejalan dengan perlambatan ekonomi nasional dan global akibat pandemi COVID-19, kinerja pasar modal syariah juga ikut mengalami perlambatan, khususnya kinerja saham syariah dan reksa dana syariah kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.