Sukses

Ragam Prediksi Terkait Harga Kripto, Bakal Melambung atau Melempem?

Direktur strategi aset digital di VanEck, Gabor Gurbacs mencatat, ketika para penambang meninggalkan China, mereka tidak banyak bertransaksi dengan bitcoin yang telah ditambang.

Liputan6.com, Jakarta - Mata uang kripto cenderung tertekan setelah mengalami koreksi selama dua bulan karena serangkaian sentimen negatif.

Seperti dilansir CNBC, Selasa (13/7/2021), volume perdagangan di bursa terbesar, termasuk Coinbase, Kraken, Binance dan Bitstamp, turun lebih dari 40 persen pada Juni, menurut data pasar kripto, CryptoCompare.

Pada Juni harga bitcoin mencapai titik terendah bulanan karena menyentuh angka USD 28.908 atau sekitar Rp 418,45 juta (asumsi kurs Rp 14.475 per dolar AS) dan turun 6 persen pada akhir bulan. Volume harian maksimum yang mampu dicapai berada di angka USD 138,2 miliar atau turun 42,3 persen dari nilai tertinggi pada Mei.

Penurunan ini mengarah ke China sebagai katalis utama. Upaya untuk menindak mata uang kripto memiliki dampak yang lebih besar daripada sebelumnya. Namun, investor dan pakar dalam ekosistem uang kripto masih melihat tren positif jangka panjang untuk bitcoin dan mata uang digital lainnya.

"Tindakan keras China telah menyebabkan banyak ketakutan, yang muncul di pasar. Ekosistem aset digital terkena pukulan. Biasanya ketika Anda memiliki aksi jual yang besar, peserta cukup takut dan menarik kembali chip mereka," kata kepala investasi di Pervalle Global, Teddy Vallee.

Pada akhir Juni, China memerintahkan penghentian uang kripto karena bersiap untuk meluncurkan mata uang digitalnya sendiri yang didukung negara. Hal ini membuat negara tersebut menutup operasi kripto di berbagai provinsi yang telah menampung 50 persen hingga 60 persen dari semua kekuatan penambangan bitcoin.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kripto Masih Bisa Tertekan

Direktur strategi aset digital di VanEck, Gabor Gurbacs mencatat, ketika para penambang meninggalkan China, mereka tidak banyak bertransaksi dengan bitcoin yang telah ditambang.

Selain itu, pengawas anti pencucian uang antar pemerintah, telah menyeret kripto sebagai aset yang rentan terhadap hal ini.

"Begitu kisah-kisah ini mulai meresap ke pasar pada Mei, sentimen turun ke level satu digit pada skala 1 hingga 150. Akhirnya, ini mengakibatkan volume perdagangan bitcoin turun hampir setengahnya sejak mencapai nilai puncak, dan turun 32 persen dari rata-rata bulan Juni," ujar analis riset sentimen kripto, Trade the Chain, Nick Mancini.

Gurbacs juga mengatakan, beberapa bulan ke depan kripto bisa merosot yang lebih rendah karena investor masih takut investasi.

Meskipun penurunan dramatis dalam volume perdagangan, nilai mata uang kripto diprediksi masih jauh lebih tinggi daripada tahun lalu.

"Volume anjlok pada bulan Juni di hampir semua bursa, namun, volume keseluruhan masih lebih besar daripada satu tahun lalu," kata pemimpin penelitian di data pasar crypto Kaiko, Clara Medali.

Volume bulan Juni masih menempati urutan lima besar yang pernah tercatat untuk kripto.

"Meskipun penurunannya curam dibandingkan dengan Mei, itu adalah perbandingan yang tidak adil karena Mei melihat volume tertinggi yang pernah tercatat karena peristiwa likuidasi. Volume telah kembali ke jumlah awal 2021 dan masih masif dibandingkan dengan 2020," tuturnya.

3 dari 3 halaman

Prospek Kripto

Mancini dari Trade the Chain masih melihat prospek kripto yang lebih bullish dan mengharapkan volatilitas dan volume perdagangan kembali ke level tertinggi.

"Bollinger Bands candle harian bitcoin sekarang mengencang sangat mirip dengan apa yang kami lihat pada Juli 2020 dan menghasilkan aksi harga bullish yang eksplosif. Kami percaya bahwa dengan lebih banyak institusi yang mengumumkan divisi perdagangan dan penelitian crypto, negara-negara berdaulat mengadopsi bitcoin sebagai mata uang, dan penambang pindah ke negara yang lebih demokratis, bitcoin siap untuk pertumbuhan bukannya menyusut," tuturnya.

Derivatif Bitcoin memuncak di angka USD 230 miliar pada Mei setelah sebelumnya berkurang menjadi USD 45 miliar pada 9 Juli, menurut Trade the Chain.

"Satu berita positif dari pasar derivatif adalah bahwa opsi bitcoin put to call ratio sekarang berada di 0,60, dari tertinggi 0,65 pada bulan Juni, yang berarti pedagang menjadi kurang bearish seiring berjalannya bulan," kata Mancini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.