Sukses

Rahasia Panca Mitra Multiperdana Jadi Eksportir Produk Olahan Udang Terbesar

PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) mencatat perjanjian eksklusif dengan konsumen di Jepang sehingga dukung ekspor.

Liputan6.com, Jakarta - PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) menjadi salah satu eksportir terbesar untuk produk olahan udang.

Bahkan, saat pandemi COVID-19 berlangsung, PT Panca Mitra Multiperdana Tbk masih mampu mencatatkan penjualan bersih yang naik  USD 170,6 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun dari USD 142,7 juta pada 2019.

Direktur Utama PT Panca Mitra Multiperdana Tbk, Martinus Soesilo mengatakan, hal itu tak lepas dari reputasi Perseroan yang baik di mata importir sehingga permintaan terus mengalami kenaikan.

Di sisi lain, Martinus juga tak menampik pihaknya terus belajar dari bebagai pihak mengenai manajemen perusahaan hingga bisa menjangkau pasar Amerika Serikat, yang saat ini menjadi importir terbesar produk olahan udang PMMP.

"Satu pengalaman. Kedua reputasi itu penting," kata Martinus dalam diskusi virtual, Senin (5/7/2021).

Selain itu, Martinus juga mengatakan perseroan  memiliki ekslusif agreement dengan konsumer di Jepang. Keunggulan lain yang dimiliki perseroan yakni dari sisi biaya yang kompetitif.

PT Panca Mitra Multiperdana Tbk memiliki sebagian besar pabrik di Situbondo, Jawa Timur dengan upah pekerja yang kompetitif sehingga menekan biaya.

"Saya rasa dari sisi costing kami cukup kompetitif. Karena kalau ornag beli udang harganya sama semua, tinggal efisiensi dari sisi labour dan pabriknya,” pungkas dia.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Permintaan Ekspor Meningkat

Sebelumnya, pandemi COVID-19 yang masih berlangsung tak mengganggu kinerja PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP). Direktur Utama PMMP, Martinus Soesilo mengatakan, sepanjang 2020 justru permintaan ekspor meningkat.

"Tahun lalu secara operasional masih oke. Salesnya masih growth sekitar 20 persen. Growth faktornya karena kami punya pabrik baru di akhir 2019 yang sudah fully utilize di awal 2020,” kata dia dalam diskusi virtual, Senin, 5 Juli 2021.

Pada periode yang sama, Martinus mengatakan pertumbuhan pelanggan, utamanya dari pasar Amerika Serikat sebagai negara pengekspor utama, juga tercatat naik. Volume ekspor tumbuh 20,6 persen menjadi 18,91 ribu ton. Raihan ini secara nominal naik 19,5 persen menjadi USD 170,6 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun hingga akhir 2020.

"Its a good match," kata Martinus.

Di sisi lain, pada akhir 2019 ada perang dagang karena perang dagang antara China-AS, yang membawa berkah bagi Perseroan.

Saat itu pertumbuhan ekspor China ke AS untuk produk udang minus 45,7 persen. Sementara Indonesia justru mencatatkan kenaikan ekspor ke AS 20,7 persen.

Merujuk laporan keuangan Perseroan, total penjualan bersih tercatat naik menjadi USD 170,6 juta dari USD 142,7 juta pada 2019. Dari raihan itu, Perseroan mencatatkan laba tahun berjalan sebesar USD 10,5 juta atau sekitar Rp 148, 4 miliar, naik hampir dua kali lipat dibandingkan laba tahun berjalan di 2019 sebesar USD 5,74 juta.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.