Sukses

IPO, Perusahaan Startup Wajib Buka-bukaan Terkait Laporan Keuangan

Ketua SC IFSoc, Mirza Adityaswara menegaskan, seluruh perusahaan yang hendak melakukan IPO harus siap membuka laporan keuangan dan kinerja.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia Fintech Society (IFSoc) terus mendorong perusahaan rintisan atau startup untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Meski demikian, Ketua SC IFSoc, Mirza Adityaswara menegaskan, seluruh perusahaan yang hendak melakukan IPO harus siap membuka laporan keuangan dan kinerja.

"Jadi perusahaan digital ekonomi ini, mereka selama ini mendapatkan funding dari beberapa investor, sebagian ada dari luar negeri. Pada saat mereka mencari dana dari private market tentu harus menampilkan keuangannya kepada investor private tersebut," kata Mirza secara virtual, Rabu (9/6/2021).

Tak hanya itu, Mirza juga menegaskan bila saat ini publik tak mengetahui secara pasti kinerja perusahaan startup karena pihak perusahaan enggan membongkar laporan keuangan mereka. Termasuk tak pernah diketahui keuntungan atau kerugian yang saat ini dirasakan perusahaan.

"Kalau sekarang ya belum tahu laporan keuangannya, belum IPO. Terus siapa yang tau laporan keuangan ini, ya yang memberikan uang," ujarnya.

Hal ini pasti akan berubah apabila perusahaan memutuskan untuk melakukan IPO. Publik akan tahu dengan pasti bagaimana kinerja perusahaan dan keuntungan yang didapatkan.

"Begitu perusahaan digital ekonomi mencari modal dari publik, melakukan IPO, maka disitulah ada regulasi transpalasi publik, jadi setelah listing harus menampilkan laporan keuangan dan rencana perusahaan ke depan," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berapa Harga Saham GoTo Jika Masuk Pasar Modal RI?

Sebelumnya, menjadi perhatian, merger Gojek dan Tokopedia (GoTo) memiliki nilai valuasi hingga USD 20 hingga 30 miliar. Hal tersebut membuat Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebut, nilai saham GoTo bisa mencapai USD 2 hingga 3 miliar atau setara Rp 28 triliun. Angka tersebut tentu saja sangat besar dan cukup sulit bagi perusahaan untuk menentukan harga yang pas untuk bisa diserap masyarakat Indonesia saat melakukan Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO).

"Kalau yang besar seperti GoTo akan masuk ke capital market, terdapat beberapa masalah, seperti valuasi yang mencapai USD 20-30 miliar. Misalkan mereka menawarkan 10 persen saja itu sekitar USD 2 sampai 3 miliar atau sekitar Rp28 triliun, siapa yang bisa makan investor di Indonesia," katanya secara virtual, Rabu (9/6/2021).

Oleh karena itu, Rudiantara menegaskan bila IPO yang mungkin dilakukan oleh GoTo bisa dilakukan secara dual listing atau dilakukan secara bertahap.

"Kalau di luar negeri bisa juga langsung bisa juga menggunakan sistem SPAC ya, banyak macam cara saat mereka pasti masuk ke capital market," ujarnya.

Gojek dan Tokopedia resmi mengumumkan pembentukan Grup GoTo. Pembentukan ini merupakan kolaborasi usaha terbesar di Indonesia, sekaligus kolaborasi terbesar antara dua perusahaan internet dan layanan media di Asia hingga saat ini.

Menjadi grup teknologi terbesar di Indonesia, terdapat banyak investor blue chip dibalik GoTo ini, antara lain Alibaba Group, Google dan Capital Group. Adapun Grup GoTo memiliki:

-Total Gross Transaction Value (GTV) secara grup lebih dari USD 22 miliar pada 2020

-Lebih dari 1,8 miliar transaksi pada 2020

-Lebih dari dua juta mitra driver yang terdaftar per Desember 2020

-Lebih dari 11 juta mitra usaha atau merchant per Desember 2020

-Lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan atau monthly active user atau MAU

-Kontribusi sebesar dua persen kepada total produk domestic bruto (PDB) Indonesia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.