Sukses

Melihat Laju Saham Garuda Indonesia yang Masih Lesu Sejak IPO

Harga saham Garuda Indonesia (GIAA) sepanjang tahun berjalan 2021 cenderung fluktuaktif.

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) alami koreksi selama sepekan. Saham GIAA turun 5,88 persen ke posisi Rp 256 per saham pada 31 Mei 2021-4 Juni 2021.

Pada pekan ini, sejumlah kabar mewarnai PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Salah satunya beredar surat yang menunjukkan anggota dewan komisaris PT Garuda Indonesia Tbk Peter Gontha yang meminta penangguhan, pemberhentian pembayaran honorarium bulanan.

Menteri BUMN Erick Thohir pun berupaya mengatasi efiensi keuangan di PT Garuda Indonesia Tbk. Salah satunya dengan mengusulkan pemangkasan dengan hanya menyisakan dua dewan komisaris Garuda Indonesia.

Mengutip Kanal Bisnis Liputan6.com, kabar ini diumumkan pasca menerima surat tembusan dari salah satu anggota Dewan Komisaris Garuda Indonesia, Peter Gontha yang meminta agar pembayaran dirinya dan para komisaris lain pada Mei 2021 ditangguhkan.

"Sangat bagus. Kita harus puji. Bahkan saya ingin mengusulkan, komisaris Garuda Indonesia hanya dua saja," kata Erick Thohir di kantor Kementerian BUMN, Rabu, 2 Juni 2021.

Saham GIAA pun naik 1,52 persen ke posisi Rp 268 per saham pada penutupan perdagangan 2 Juni 2021. Saham GIAA berlanjut menguat 2,24 persen ke posisi Rp 274 per saham pada 3 Juni 2021. Namun, saham GIAA alami koreksi 6,57 persen ke posisi Rp 256 per saham pada penutupan perdagangan Jumat, 4 Juni 2021.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Saham GIAA Fluktuaktif pada 2021

Harga saham GIAA sepanjang tahun berjalan 2021 cenderung fluktuaktif. Mengutip data RTI, saham GIAA merosot 36,32 persen sepanjang tahun berjalan 2021. Saham GIAA turun ke posisi Rp 256 per saham hingga perdagangan Jumat, 4 Juni 2021.

Sepanjang periode berjalan 2021, saham GIAA berada di level tertinggi Rp 404 dan terendah Rp 256 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 382.975 kali dengan nilai transaksi Rp 1,7 triliun.

Pada 2021, saham GIAA alami koreksi paling besar terjadi pada 24 Mei 2021. Saham GIAA tersungkur 6,96 persen ke posisi Rp 294 per saham. Koreksi saham GIAA itu terjadi seiring kabar perseroan  yang menawarkan program pensiun yang dipercepat bagi karyawan Garuda Indonesia.

VP Corporate Secretary Garuda Indonesia, Mitra Piranti menuturkan, saat ini manajemen tengah dalam tahap awal penawaran program pensiun yang dipercepat bagi karyawan Garuda Indonesia.

“Penawaran program ini dilakukan sejalan dengan upaya pemulihan kinerja usaha yang tengah dijalankan Perusahaan guna menjadikan Garuda Indonesia lebih sehat serta adaptif menjawab tantangan kinerja usaha di era kenormalan baru,” ujar dia seperti dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Senin, 24 Mei 2021.

Situasi pandemi yang masih terus berlangsung hingga saat ini, mengharuskan Perusahaan melakukan langkah penyesuaian aspek supply & demand di tengah penurunan kinerja operasi imbas penurunan trafik penerbangan yang terjadi secara signifikan. 

Tekanan terhadap saham Garuda Indonesia ini seiring tekanan kinerja keuangan, beredar kabar opsi penyelamatan Garuda Indonesia, usulan pemangkasan komisaris hingga penawaran program pensiun dini kepada karyawan.

Mengawali 2021, saham GIAA dibuka naik 0,50 persen ke posisi Rp 404 per saham pada 4 Januari 2021. Penguatan saham GIAA itu berlanjut pada 5 Januari 2021 dengan naik 1,49 persen ke posisi Rp 410 per saham.

Namun, kenaikan saham GIAA itu tak bertahan lama. Saham GIAA cenderung merosot mulai 6 Januari 2021 dengan turun 2,44 persen ke posisi Rp 400 per saham. Hal itu berlanjut pada 7 Januari 2021 dengan koreksi 0,50 persen ke posisi Rp 398 per saham.  

Saham GIAA susut 2,9 persen ke posisi Rp 402 per saham pada 18 Januari 2021. Sejak saat itu, saham GIAA belum pernah lagi balik ke posisi Rp 400 per saham.

3 dari 4 halaman

Saham GIAA Lesu Sejak IPO

Saham GIAA resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 Februari 2011. Tepat 11 Februari 2021, 10 tahun pencatatan saham GIAA di BEI. Sebelumnya, PT Garuda Indonesia Tbk melepas 6,34 miliar saham ke public dengan harga Rp 750 per saham. Dari penawaran saham perdana itu, perseroan meraup dana Rp 4,75 triliun.

Jika melihat laju saham GIAA sejak pencatatan perdana di BEI pada 11 Februari 2011, saham GIAA belum pernah kembali sentuh harga IPO di posisi Rp 750 per saham.

Bahkan pada pencatatan perdana 11 Februari 2011, saham GIAA turun 17,33 persen ke posisi Rp 620 per saham dari harga IPO Rp 750 per saham. Hingga penutupan perdagangan 2011, saham GIAA merosot 36,67 persen ke posisi Rp 475 per saham.

Direktur PT MNC Asset Management, Edwin Sebayang menuturkan, saham GIAA belum pernah sentuh lagi posisi harga Rp 750 lantaran valuasi saham mahal sejak IPO. Selain itu, menurut dia, dana penggunaan IPO sebagian untuk bayar utang.

"Dari awal IPO, valuasi Garuda mahal di Rp 750. Waktu IPO untuk bayar utang. Perusahaan tidak berkembang, bagaimana mau ekspansi kalau IPO untuk bayar utang. Kalau dana IPO untuk bayar utang lupakan saham tersebut,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Minggu, (6/6/2021).

4 dari 4 halaman

Laju Saham GIAA Sejak 2011

Liputan6.com pun merangkum kinerja saham GIAA sejak IPO hingga periode berjalan 2021 yang dikutip dari RTI:

-2011

Saham GIAA turun 36,67 persen ke posisi Rp 475 per saham. Saham GIAA berada di posisi tertinggi Rp 700 dan terendah Rp 390 per saham. Total frekuensi perdagangan 110.749 kali dengan nilai transaksi Rp 3,3 triliun.

-2012

Saham GIAA naik 38,95 persen ke posisi Rp 660 per saham. Saham GIAA berada di posisi tertinggi Rp 780 dan terendah Rp 465 per saham. Total frekuensi perdagangan 118.266 kali dengan nilai transaksi Rp 6,1 triliun.

-2013

Saham GIAA turun 24,24 persen ke posisi Rp 500 per saham. Saham GIAA berada di posisi tertinggi Rp 690 dan terendah Rp 460 per saham. Total frekuensi perdagangan 141.855 kali dengan nilai transaksi Rp 2,3 triliun.

-2014

Saham GIAA naik 11 persen ke posisi Rp 555 per saham. Saham GIAA sentuh posisi tertinggi Rp 625 dan terendah Rp 413 per saham. Total frekuensi perdagangan 104.594 kali dengan nilai transaksi Rp 2,3 triliun.

-2015

Saham GIAA merosot 44,32 persen ke posisi Rp 309 per saham. Saham GIAA sentuh posisi tertinggi Rp 650 dan terendah Rp 283 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 225.559 kali dengan nilai transaksi Rp 1,5 triliun.

-2016

Saham GIAA naik 9,39 persen ke posisi Rp 338 per saham. Saham GIAA berada di posisi tertinggi Rp 605 dan terendah Rp 298 per saham. Nilai transaksi Rp 3,9 triliun dan total frekuensi 419.020 kali.

-2017

Saham GIAA merosot 11,24 persen ke posisi Rp 300 per saham. Saham GIAA berada di posisi tertinggi Rp 404 per saham dan terendah Rp 298 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 140.333 kali dengan nilai transaksi Rp 951,2 miliar.

-2018

Saham GIAA susut 0,67 persen ke posisi Rp 298 per saham. Saham GIAA berada di level tertinggi Rp 344 dan terendah Rp 199 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 131.026 kali dengan nilai transaksi Rp 488,3 miliar.

-2019

Saham GIAA melonjak 67,11 persen ke posisi Rp 498 per saham. Saham GIAA sempat di posisi tertinggi Rp 635 dan terendah Rp 282 per saham. Total frekuensi perdagangan 695.170 kali dengan nilai transaksi Rp 4,7 triliun.

-2020

Saham GIAA merosot 19,28 persen ke posisi Rp 402 per saham. Saham GIAA berada di posisi tertinggi Rp 500 dan terendah Rp 140 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.171.340 kali dengan nilai transaksi Rp 6 triliun.

-Hingga 4 Juni 2021

Saham GIAA merosot 36,32 persen ke posisi Rp 256 per saham. Saham GIAA berada di posisi tertinggi Rp 440 dan terendah Rp 256 per saham. Total frekuensi perdagangan 382.975 kali dengan nilai transaksi Rp 1,7 triliun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.