Sukses

Iran Resmi Larang Penambangan Bitcoin

Menurut firma analitik blockchain Elliptic, sekitar 4,5 persen dari semua penambangan bitcoin terjadi di Iran.

Liputan6.com, Jakarta - Iran resmi melarang penambangan intensif mata uang kripto seperti bitcoin selama 4 bulan. Presiden Hassan Rouhani menegaskan, pemerintah mengambil jalan ini karena pemadaman listrik sering kali terjadi di kota-kota besar Iran.

"Larangan penambangan cryptocurrency berlaku segera hingga 22 September. Sekitar 85 persen dari penambangan di Iran tidak memiliki izin," kata Rouhani, Rabu 26 Mei 2021.

Seperti dilansir Yahoo Finance, bitcoin dan mata uang kripto lainnya dibuat melalui proses yang dikenal sebagai penambangan. Komputer akan bersaing satu sama lain untuk memecahkan masalah matematika yang kompleks.

Proses ini sangat menguras energi, karena penambang seringkali mengandalkan listrik yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil, tak terkecuali Iran.

Menjelang pemilihan presiden bulan depan, pemadaman listrik telah banyak dikritik oleh masyarakat Iran. Pemerintah menyalahkan pemadaman listrik pada penambangan mata uang kripto, kekeringan, dan melonjaknya permintaan listrik di musim panas.

Menurut firma analitik blockchain Elliptic, sekitar 4,5 persen dari semua penambangan bitcoin terjadi di Iran. Hal ini memungkinkan negara tersebut menghasilkan ratusan juta dolar dari uang kripto yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak sanksi Amerika Serikat.

Ekonomi Iran terpukul keras sejak 2018 atau tepatnya saat mantan Presiden Donald Trump keluar dari kesepakatan nuklir 2015. Meski demikian, pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan kekuatan global lainnya telah melakukan pembicaraan dengan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut.

Sebelumnya, Iran menerima penambangan kripto dalam beberapa tahun terakhir, menawarkan daya murah dan mengharuskan penambang untuk menjual bitcoin mereka ke bank sentral. Teheran mengizinkan uang kripto yang ditambang di Iran digunakan untuk membayar impor barang resmi.

Prospek listrik murah telah menarik para penambang, terutama dari China. Listrik yang mereka gunakan membutuhkan setara dengan 10 juta barel minyak mentah untuk satu tahun atau 4 persen dari total ekspor minyak Iran pada 2020, menurut Elliptic.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hukuman Berat Menanti Penambang Mata Uang Kripto

 Sebelumnya, menjadi kawasan otonom China, Mongolia Dalam tengah mengkaji hukuman bagi perusahaan dan individu yang terlibat dalam penambangan mata uang kripto.

Langkah itu dilakukan setelah Wakil Perdana Menteri China Liu He mengatakan, perlu ada tindakan untuk penambangan bitcoin dan perilaku perdagangan agar transmisi risiko individu ke bidang sosialbisa dicegah.

Komentar tersebut menjadi niat Beijing untuk melanjutkan tindakan keras yang telah dilakukan selama empat tahun, terkait perdagangan bitcoin dan aktivitas mata uang kripto lainnya.

Seperti dilansir CNBC, Kamis, 27 Mei 2021, draf proposal terbaru Mongolia Dalam akan menargetkan perusahaan telekomunikasi dan internet yang terlibat dalam penambangan mata uang digital.

Tak hanya itu, Development and Reform Commission Mongolia Dalam akan mencabut izin usaha perusahaan apabila terlibat dalam pertambangan.

Terdapat juga hukuman berat bagi individu yang terlibat dalam pencucian uang dan penggalangan dana melalui mata uang digital.

Sikap keras Mongolia Dalam pada penambangan dimulai pada Maret setelah mengumumkan rencana pelarangan proyek penambangan mata uang kripto dan menutup aktivitas yang ada untuk mengurangi konsumsi energi.

Wilayah China utara gagal memenuhi target penggunaan energi pada 2019 dan menyusun rencana untuk mengurangi konsumsi daya.

Dalam kasus bitcoin, penambang menggunakan komputer yang dibuat khusus dan secara efektif memungkinkan terjadinya transaksi. Penambang ini diberi imbalan dalam bentuk bitcoin.

Hal ini karena komputer memiliki tenaga tinggi, mereka menghabiskan banyak energi.Penambangan bitcoin menghabiskan sekitar 112,57 terrawatt-jam per tahun. Angka ini melebihi negara lain seperti Filipina dan Chili, menurut Indeks Konsumsi Listrik Bitcoin Cambridge, sebuah proyek dari Universitas Cambridge.

China menyumbang sekitar 65 persen dari penambangan bitcoin dunia. Karena energinya yang murah, Mongolia Dalam menyumbang sekitar 8 persen secara global. Angka yang lebih besar daripada Amerika Serikat.

Sikap keras China terhadap uang kripto bukanlah hal baru. China menutup pertukaran uang kripto lokal pada 2017 dan pada tahun yang sama, melarang penawaran koin awal (ICO).

Akan tetapi, pedagang mata uang kripto masih terus beroperasi di daratan China.Pengawasan mendalam tentang penambangan bitcoin di Mongolia Dalam secara khusus datang ketika China mencoba menjadi zona hijau. Tahun lalu, Presiden Xi Jinping mengatakan, pihaknya menargetkan netralitas karbon pada 2060.

Namun, penelitian jurnal tinjauan sejawat Nature Communications pada bulan April mengatakan, penambangan bitcoin dapat merusak upaya pengurangan emisi yang terjadi di negara tersebut.

Konsumsi energi dari operasi penambangan bitcoin kembali menjadi sorotan awal bulan ini. CEO Tesla, Elon Musk sebelumnya menghentikan transaksi bitcoin untuk pembelian mobil listrik miliknya, dengan alasan masalah lingkungan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.