Sukses

Neraca Dagang RI Surplus USD 2,19 Miliar, IHSG Menguat 0,77 Persen

Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, IHSG naik 0,77 persen ke posisi 5.805,22.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham, Kamis (20/5/2021). Hal itu dipicu aksi beli investor asing dan rilis data neraca dagang April 2021.

Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, IHSG naik 0,77 persen ke posisi 5.805,22. Indeks saham LQ45 menguat 1,08 persen ke posisi 864. Seluruh indeks saham acuan menghijau.

Pada sesi pertama, IHSG bergerak di kisaran 5.751-5.814. Sebanyak 232 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 218 melemah dan 168 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 613.630 kali dengan volume perdagangan 7,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,5 triliun. Investor asing beli saham Rp 135,80 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran Rp 14.368.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat. Sementara itu, sektor saham IDXProperty turun 0,84 persen. Sektor saham IDXInfra menguat 2,94 persen, dan catat penguatan terbesar. Diikuti sektor saham IDXTrans naik 1,56 persen dan sektor saham IDXIndustri menguat 1,39 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Top Gainers dan Losers

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

-Saham SAFE naik 32,94 persen

-Saham ARII naik 25 persen

-Saham SGER naik 25 persen

-Saham NFCX naik 24,93 persen

-Saham TMAS naik 24,82 persen

 

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

-Saham LUCY melemah 9,84 persen

-Saham INTD melemah 6,99 persen

-Saham KONI melemah 6,98 persen

-Saham MLPT melemah 6,98 persen

-Saham PGLI melemah 6,93 persen

3 dari 5 halaman

Aksi Investor Asing

Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain:

-Saham BBCA senilai Rp 103,3 miliar

-Saham TBIG senilai Rp 67,9 miliar

-Saham TLKM senilai Rp 61,1 miliar

-Saham BRPT senilai Rp 13,6 miliar

-Saham UNTR senilai Rp 13,5 miliar

Saham-saham yang dilepas investor asing antara lain:

-Saham ANTM senilai Rp 76,8 miliar

-Saham BBRI senilai Rp 18,7 miliar

-Saham BMRI senilai Rp 14,4 miliar

-Saham BBTN senilai Rp 11,5 miliar

-Saham MIKA senilai Rp 11,2 miliar

4 dari 5 halaman

Bursa Saham Asia

Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,79 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,52 persen, indeks saham Shanghai susut 0,23 persen dan indeks saham Taiwan tergelincir 0,91 persen.

Di sisi lain, indeks saham Jepang Nikkei naik 0,30 persen, indeks saham Thailand menanjak 0,23 persen dan indeks saham Singapura menguat 0,44 persen.

5 dari 5 halaman

Neraca Dagang April 2021

Sebelumnya tercatat neraca perdagangan Indonesia surplus USD 2,19 miliar pada April 2021. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia masih melanjutkan tren surplus neraca perdagangan pada April 2021.

Angka tersebut lebih tinggi dari surplus neraca perdagangan per Maret 2021 yang sebesar USD 1,57 miliar. "Surplus kita pada April 2031 sebesar USD 2,19 miliar. Bukan menipis, tapi lebih kuat dari bulan lalu," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam sesi teleconference, Kamis. 20 Mei 2021.

Suhariyanto mengatakan, surplus neraca perdagangan April 2021 jadi yang tertinggi sejak Januari 2021, bahkan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir.

"Dengan surplus April 2021 ini neraca perdagangan Indonesia surplus 12 bulan berturut turut sejak Mei 2020," ujar dia.

Menurut catatan BPS, surplus neraca perdagangan tersebut ditopang oleh angka ekspor secara bulanan yang baik 0,96 persen dari Maret 2021, dan sebesar 51,94 persen secara tahunan.

"Secara month to month, ekspor naik 0,96 persen. Ini didukung ekspor migas 5,34 persen, dan ditelisik lebih dalam minyak mentah ekspor naik baik dari sisi podium maupun sisi nilai," kata Suhariyanto.

Sementara dari sisi impor, jumlahnya turun 2,98 persen secara month to month dari Maret 2021 menjadi sebesar USD 16,29 miliar. Meskipun secara tahunan angka tersebut masih naik 29,93 persen.

"Ini terjadi karena adanya penurunan impor barang migas yang minus 11,22 persen, dan non-migas minus 1,69 persen," ujar Suhariyanto.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.