Sukses

Analis: Lonjakan Investor Domestik Tak Banyak Pengaruhi Transaksi Harian Saham

Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi mengatakan naiknya angka investor domestik tidak berdampak begitu signifikan terhadap transaksi.

Liputan6.com, Jakarta - Kepemilikan asing di pasar saham Indonesia kian menyusut sepanjang kuartal I 2021. Sebaliknya, di saat yang bersamaan kepemilikan investor domestik justru meningkat.

Kendati kepemilikan investor domestik naik, analis menilai hal ini tak banyak mempengaruhi transaksi di bursa. Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, umumnya perilaku investor lokal juga merujuk pada transaksi yang dilakukan investor asing.

Domestik memang naik. Tapi apakah mampu menggerakan pasar, belum tentu juga. Karena umumnya yang lokal ini selalu melihat asing beli atau jual apa. Jadi kadang berpengaruh juga,” kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (22/4/2021).

Hingga Maret 2021, KSEI mencatat total aset dalam sistem C-BEST atau bursa saham Indonesia mencapai Rp 4.644,56 triliun. Angka ini naik 5,79 persen dari posisi per akhir 2020 lalu sebesar  Rp 4.390,44 triliun.

Dari jumlah tersebut, kepemilikan investor asing tercatat merosot dari 43,13 persen pada akhir 2020, menjadi 41,40 persen pada akhir Maret 2021. Sementara investor domestik meningkat dari 56,85 persen per Desember 2020, menjadi 58,60 persen per Maret 2021.

Senada, Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi mengatakan naiknya angka investor domestik tidak berdampak begitu signifikan terhadap transaksi.

"Dengan komposisi investor domestik lebih besar ketimbang asing, saat ini tidak begitu signifikan dampaknya,” kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak Imbal Hasil Obligasi AS

Di sisi lain, Lanjar menilai pasar saham negara maju lebih menarik. Hal ini lantaran negara berkembang - termasuk Indonesia, masih perlu upaya ekstra untuk mengendalikan inflasi.

"Saat ini masih lebih menarik negara maju. Emerging market sedang berjuang sukses di pemulihan inflasi sebagai indikator pemulihan ekonomi,” kata dia.

Selain itu, imbal hasil (yield) obligasi yang naik membuat iklim investasi di negara maju lebih optimis. Adapun pasar saham indonesia, kata Lanjar, akan kembali menarik untuk investor asing apabila program SWF indonesia bergerak lebih agresif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.