Sukses

AS Setop Sementara Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson, Bagaimana Gerak Sahamnya?

FDA AS memutuskan menghentikan sementara penggunaaan vaksin COVID-19 Johnson&Johnson. Hal itu berdampak terhadap saham Johnson & Johnson.

Liputan6.com, New York - Saham Johnson & Johnson (J&J) melemah setelah the Food and Drug Administration (FDA) AS dan The Centers for Disease Control (CDC) melaporkan ada enam kasus pembekuan darah.

Enam kasus itu ditemukan dari sekitar enam juta orang yang telah menerima vaksin J&J, semuanya adalah perempuan berusia 18-48 tahun. FDA AS memutuskan menghentikan sementara penggunaaan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson.

Saham J&J turun USD 2,98 atau sekitar 1,8 persen. Penurunan saham J&J menekan indeks Dow Jones sehingga tergelincir 132 poin atau 0,4 persen. Demikian mengutip dari Marketwatch, Selasa (13/4/2021).

Sementara itu, saham Moderna Inc naik 8,6 persen pada perdagangan Selasa pagi waktu setempat. Saham BioNTech SE naik 5,7 persen, dan berada di level tertinggi dalam empat bulan. Kenaikan saham emiten farmasi lainnya diikuti saham Pfizer Inc yang menguat 1,1 persen.

Penguatan saham emiten farmasi itu terjadi setelah regulator Kesehatan AS menghentikan sementara penggunaan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

AS Hentikan Sementara Penggunaan Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson

Sebelumnya, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengumumkan penggunaan vaksin COVID-19 buatan Johnson & Johnson agar berhenti sementara. Pasalnya, ada enam orang mengalami penggumpalan darah yang langka.

CDC bersama Food and Drug Administration (FDA) kini sedang meninjau data enam orang tersebut. Penggumpalan darah yang terjadi tergolong parah.

Saat ini, AS sudah memakai 6,8 juta dosis vaksin Johnson & Johnson. Meski jumlah kasusnya sangat langka, pihak CDC berkata ingin berjaga-jaga.

"Sampai proses (investigasi) selesai, kami merekomendasikan penghentian sementara penggunaan vaksin ini atas alasan kewaspadaan," demikian pernyataan resmi CDC, Selasa, 13 April 2021.

CDC meminta agar warga yang mengalami sakit kepala parah, sakit abdomen, sakit kaki, atau kesulitan bernapas pada tiga pekan sejak penyuntikan agar menghubungi tim medis.

Vaksin Johnson & Johnson sudah mendapat sertifikasi WHO. Pemakaian vaksin ini hanya perlu satu dosis saja.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.