Sukses

BP Jamsostek Berencana Kurangi Investasi Saham, Ini Tanggapan ADPI

Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Suheri menuturkan, rencana BP Jamsostek mengurangi alokasi investasi ke saham dan reksa dana dapat berdampak ke pasar saham.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) menyatakan rencana BP Jamsostek atau BPJS Ketenagakerjaan mengurangi alokasi investasi saham dan reksa dana tidak akan pengaruhi alokasi investasi ADPI.

Ketua ADPI Suheri menuturkan, rencana BP Jamsostek mengurangi alokasi investasi ke saham dan reksa dana dapat berdampak ke pasar saham. Hal ini dapat mengurangi volume transaksi saham apalagi BP Jamsostek dinilai salah satu yang cukup aktif di pasar saham.

"Impact ke pasar modal otomatis pemain dianggap cukup aktif di pasar bisa jadi volume transaksi berkurang, pengaruhi harga,” ujar Suheri, saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (3/4/2021).

Ia menilai langkah BP Jamsostek itu dapat mempengaruhi harga saham. “Harga akan terpengaruh, dan nanti akan ada keseimbangan,” kata dia.

Meski demikian, Suheri menuturkan, dana pensiun tidak akan terlalu terpengaruh dengan rencana BP Jamsostek itu. Alokasi investasi dana pensiun di saham dan reksa dana juga tidak terlalu besar. Alokasi investasi saham dan reksa dana itu, menurut Suheri tergantung dari pengelola dana pensiun menempatkan investasinya.

Suheri memperkirakan, alokasi investasi saham hanya 10-12 persen pada 2021. Hal ini lantaran kekhawatiran terhadap volatilitas pasar saham. Suheri menuturkan, dana investasi industri dana pensiun per Februari 2021 sekitar Rp 305 triliun, dari posisi tahun lalu sekitar Rp 280 triliun.

Namun, ia mengakui saat pandemi COVID-19 juga menjadi tantangan bagi industri dana pensiun. Hal ini lantaran keanggotaan dana pensiun berkurang. Berdasarkan data OJK, pada 2019, peserta dana pensiun mencapai 4,38 juta.

“Industri dana pensiun itu dari iuran dan hasil investasi. Saat ini hasil investasi kurang baik. Peserta berkurang karena pandemi COVID-19 sehingga iuran berkurang," kata dia.

Akan tetapi, pihaknya terus mensosialisasikan kepada peserta terutama karyawan perusahaan untuk mempersiapkan dana pensiun. Bahkan persiapan dana pensiun itu perlu dilakukan ketika sudah pertama kali bekerja dan mendapatkan penghasilan.

Sosialisasi ini terus dilakukan, menurut Suheri untuk mengingatkan masyarakat terutama karyawan. Dengan demikian diharapkan dapat mengatur penghasilan untuk masa depan terutama dana pensiun bisa baik. 

"Semakin besar pendapatan semakin besar pengeluaran, tetapi harus disisihkan untuk persiapan dana pensiun. Setiap orang harus sadar untuk mempersiapkan masa depannya," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penjelasan BP Jamsostek Terkait Rencana Kurangi Investasi Saham dan Reksa Dana

Sebelumnya, BP Jamsostek atau BPJS Ketenagakerjaan mempertimbangkan untuk menyesuaikan portofolio investasi yang dilakukan secara bertahap dalam jangka panjang.

Salah satunya dengan menambah alokasi pada surat utang dan investasi langsung melalui kerja sama investasi dengan Sovereign Wealth Fund (SWF).

Deputi Direktur Bidang Humas dan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan (BPJamsostek) Irvansyah Utoh Banja menuturkan, pihaknya selalu melaksanakan pengelolaan investasi sesuai dengan regulasi yang ditetapkan yaitu PP 5 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah (PP) Nomor 99 Tahun 2013 tentang pengelolaan aset jaminan sosial ketenagakerjaan dan PP Tahun 2013.

Ia menuturkan, setiap kegiatan investasi yang dilakukan juga telah melalui proses kajian fundamental, teknikal, manajemen risiko, dan compliance yang menyeluruh.

"Strategi investasi BP Jamsostek mengutamakan hasil yang optimal untuk peserta dengan mempertimbangkan prinsip kepatuhan dan kehati-hatian,” ujar Utoh lewat pesan singkat yang diterima Liputan6.com, Rabu (31/3/2021).

Utoh menambahkan, investasi BP Jamsostek memastikan kesesuaian kebutuhan liabilitas setiap program (asset liabilities matching-ALMA) dengan tetap memperhatikan kondisi ekonomi termasuk perkembangan di pasar modal sehingga pengelolaan portofolio bersifat dinamis.

"Dalam jangka panjang (10-15 tahun), BP Jamsostek melihat khususnya instrument berbasis ekuitas sebagai investasi yang mempunyai potensi daya ungkit return. Namun saat ini, kondisi pasar modal banyak dipengaruhi sentimen global sehingga memicu peningkatan volatilitas,” kata dia.

Oleh karena itu, BP Jamsostek mempertimbangkan penyesuaian portofolio investasi yang dilakukan secara bertahap dalam jangka panjang dengan menambah alokasi pada surat utang baik surat berharga negara (SBN) dan surat utang korporasi yang memenuhi persyaratan dan mengoptimalkan investasi langsung. Salah satunya melalui kerja sama investasi dengan SWF.

"Penyesuaian ini tentunya akan mempengaruhi bobot alokasi investasi berbasis ekuitas secara alamiah seiring dengan pertumbuhan dana,” kata dia.

Adapun per Februari 2021, total dana kelolaan BP Jamsostek sebesar Rp 489,89 triliun dengan rata-rata pertumbuhan tahunan 17 persen compound annual growth rate (CAGR) atau tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata investasi selama jangka waktu tertentu lebih dari satu tahun.

Aset alokasi Februari 2021 antara lain surat utang sebesar 65 persen, deposito 12 persen, saham 14 persen, reksa dana 8 persen dan investasi langsung sebesar 1 persen.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.