Sukses

Indonesia Battery Corporation Terbentuk, Bagaimana Prospek Saham ANTM?

Saham ANTM ditutup melemah 7 persen ke posisi Rp 2.260 per saham pada perdagangan Senin, 29 Maret 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Laju saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) lesu mengawali pekan ini. Padahal saham ANTM sempat melambung hingga 11 persen pada Jumat, 26 Maret didorong sentimen pembentukan Indonesia Battery Corporation (IBC).

Mengutip data RTI, saham ANTM ditutup melemah 7 persen ke posisi Rp 2.260 per saham pada perdagangan Senin, 29 Maret 2021. Saham ANTM ditransaksikan 68.973 kali dengan nilai transaksi Rp 1,1 triliun.

Pada Jumat, 26 Maret 2021, saham ANTM meroket 11,47 persen ke posisi Rp 2.430 per saham. Saham ANTM ditransaksikan sebanyak 93.045 kali dengan nilai transaksi Rp 1,5 triliun.

Saham ANTM yang menguat ini setelah pemerintah mengumumkan pembentukan Indonesia Battery Corporation (IBC) sebagai basis pembentukan industri baterai kendaraan listrik (EV Battery) di Indonesia.

IBC nanti terdiri dari empat BUMN antara lain PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)/Inalum atau MIND-ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), Pertamina dan PLN.

Lalu bagaimana prospek saham ANTM dengan ada sentimen itu?

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bagaimana Rekomendasi Sahamnya?

Analis PT Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas menuturkan, prospek saham ANTM masih bagus untuk jangka panjang. Dengan pembentukan IBC, menurut Sukarno berdampak terhadap kinerja ANTM.

"Dampak ke kinerjanya bakal positif karena aka nada permintaan meningkat lagi dari sisi penjualan nikelnya,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Selasa (30/3/2021).

Antam mencatatkan pertumbuhan laba signifikan pada 2020.  Perseroan mencetak laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 492,9 persen menjadi Rp 1,14 triliun pada 2020 dari periode tahun sebelumnya Rp 193,85 miliar.

Akan tetapi, penjualan Antam susut 16,3 persen dari Rp 32,71 triliun pada 2019 menjadi Rp 27,37 triliun pada 2020.

Meski demikian, Sukarno menuturkan, prospek jangka pendek hingga menengah tidak sebagus tahun lalu. Hal ini karena ekonomi sudah mulai pulih harga komoditas emas akan bergerak sebaliknya.

“Untuk strategi jangka pendek jika dalam waktu dekat tidak breakdown support 2.170 lagi masih ada potensi menguat. Baru ada sinyal beli ketika harga mampu breakup 2.440. Tapi hati-hati jika terjadi breakdown support tersebut. Karena tren turun akan berlanjut,” ujar dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.