Sukses

Simak Rekomendasi Saham Tiga BUMN Tambang Usai Rilis Kinerja 2020

Tiga BUMN tambang sudah melaporkan kinerja keuangan pada 2020. Lalu bagaimana prospek sahamnya?

Liputan6.com, Jakarta - Meski mengalami penurunan pendapatan pada 2020, saham perusahaan BUMN tambang dinilai masih memiliki prospek baik sepanjang 2021.

Akan tetapi, pada 2021, kondisi sedikit membaik karena harga komoditas mulai naik, ekspor mereka juga sudah mulai berjalan jadi sudah membaik," kata Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee kepada Liputan6.com, Selasa (16/3/2021).

Saat disinggung, masih layak saham BUMN di sektor tambang untuk dilirik pada 2021, Hans mengaku investor bisa memilih sektor ini seiring ada dukungan pemerintah.

"Iya, saham BUMN saya pikir masih layak untuk di beli. Meski masih naik turun, tapi BUMN masih lebih menarik. Iya karena dukungan pemerintah ya, binisnya solid juga," ujarnya.

Hans juga menjelaskan bila pabrik baterai benar-benar didirikan di Indonesia, hal ini bisa menjadi sentimen positif untuk meningkatkan sektor tambang.

"Pabrik baterai kemungkinan jadi, jadi positif untuk nikel dan timah. Positif juga kalau memang pabrik baterai benar jadi berinvestasi di sini," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kinerja Keuangan Tiga BUMN Tambang pada 2020

Dalam laporan keuangan yang dirilis perusahaan, diketahui laba PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam mencatatkan pertumbuhan laba signifikan pada 2020.  

Perseroan mencetak laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 492,9 persen menjadi Rp 1,14 triliun pada 2020 dari periode tahun sebelumnya Rp 193,85 miliar. Meski demikian, penjualan Antam susut 16,3 persen dari Rp 32,71 triliun pada 2019 menjadi Rp 27,37 triliun pada 2020. Beban pokok penjualan turun 19,01 persen dari Rp 28,27 triliun pada 2019 menjadi Rp 22,89 triliun pada 2020.

Selain itu, rugi bersih PT Timah Tbk (TINS)  berhasil mencapai Rp 340,60 miliar, menyusut dari rugi bersih tahun sebelumnya yang mencapai Rp 611,28 miliar. Namun, pendapatan TINS mengalami penurunan 21,33 persen menjadi Rp 15,21 triliun di tahun lalu. Padahal 2019, pendapatan perusahaan mencapai Rp 19,34 triliun.

Terakhir terdapat PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang mengalami penurunan pada laba dan pendapatan sepanjang 2020. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 41,16 persen atau Rp 2,38 triliun. Padahal di periode yang sama tahun sebelumnya mendapatkan Rp 4,05 triliun. Pendapatan Bukit Asam turun 20,48 persen dari Rp 21,78 triliun pada 2019 menjadi Rp 17,32 triliun pada 2020.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.