Sukses

Wall Street Perkasa Berkat Sektor Saham Keuangan hingga Energi

Pada penutupan perdagangan Rabu, 24 Februari 2021, sektor saham energi, industri dan keuangan dorong penguatan wall street terutama indeks Dow Jones.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali bangkit pada perdagangan Rabu waktu setempat seiring investor terus mencermati saham-saham yang berdampak terhadap kebangkitan ekonomi. Langkah investor tersebut juga sambil melihat risiko inflasi dan kenaikan suku bunga.

Pada penutupan perdagangan Rabu, 24 Februari 2021, indeks saham Dow Jones menghapus kerugian 110 poin.  Indeks saham Dow Jones menguat 424,51 poin atau 14, persen ke posisi 31.961,86 yang didukung sektor saham energi, industri dan keuangan.

Saham Boeing melonjak 8,1 persen, Chevron naik 3,7 persen. Sementara itu, Goldman Sachs dan Visa masing-masing naik lebih dari tiga persen. Indeks saham S&P 500 menguat 1,1 persen menjadi 3.925,40.

Indeks saham Nasdaq juga menguat satu persen. Pada perdagangan kemarin, investor melakukan aksi jual saham-saham teknologi seiring imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun mencapai 1,4 persen. Imbal hasil itu tertinggi sejak Februari 2020.

Suku bunga yang lebih tinggi dapat mendorong investor untuk keluar dari investasi berisiko ke obligasi. Sementara itu, kenaikan imbal hasil obligasi dapat menghambat pertumbuhan perusahaan karena diuntungkan dengan tingkat bunga rendah. Saham Apple, Amazon dan Facebook pun tertekan dengan sentimen imbal hasil obligasi tersebut.

“Volatilitas perdagangan sudah diperkirakan, dan imbal hasil tinggi akan terus mendorong lebih banyak risiko ke dalam sektor, tetapi penurunan pasar saham dimaksudkan untuk masuk area beli,” tulis Quantative and Derivatibe Morgan Stanley Christopher Metli, dilansir dari CNBC, Kamis (25/2/2021).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pernyataan Powell Berdampak terhadap Bursa Saham

Sementara itu, imbal hasil turun dari posisi tertinggi setelah Ketua The Federal Reserve Jerome Powell terus mengabaikan inflasi. Ia menuturkan, bisa memakan waktu tiga tahun untuk mencapai target bank sentral secara konsisten.

Dalam kesaksian di depan Komite Jasa Keuangan, Powell menambahkan, inflasi dapat bergejolak karena pembukaan pembatasan dan ada peningkatan permintaan. Akan tetapi, ia tidak mengharapkan inflasi menjadi tinggi. Bank sentral juga memiliki alat untuk melawannya jika perlu.

Selain itu, wall street berbalik arah pada sesi sebelumnya setelah pernyataan dovish Powell yang meredakan kekhawatiran tentang perubahan kebijakan moneter dalam menghadapi kenaikan inflasi dan suku bunga. Powell menuturkan, inflasi masih lemah dan ekonomi AS jauh dari tujuan pekerjaan dan inflasi.

“Suku bunga yang lebih tinggi dapat memoderasi keuntungan pasar yang luas, kelipatannya harus ditekan, dan fase terakhir dari tema siklus awal yang mengarah ke value,” ujar Chief US Strategist Ned David Research, Ed Clissold.

3 dari 3 halaman

Saham Tesla Menguat

Saham Tesla pun naik 6,2 persen setelah Cathie Wood dan Ark Invest membeli saham Tesla. Wood membeli lebih dari USD 120 juta saham Tesla untuk ETF Ark Innovation.

Bitcoin kembali menguat di atas USD 50.000. Hal ini setelah mata uang kripto banyak dibeli dari Square. Disisi lain, Staf Badan Pengawas Obat dan Makanan mendukung vaksin COVID-19, suntikan tunggal Johnson & Johnson untuk penggunaan darurat, dan membawa vaksin ketiga ke AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.