Sukses

CEO Bumble Jadi Perempuan Termuda yang Bawa Perusahaan Gelar IPO

Perusahaan aplikasi kencan Bumble pun mencatat kapitalisasi pasar sekitar USD 7,7 miliar setelah penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).

Liputan6.com, Jakarta - Resmi menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO), aplikasi kencan Bumble Inc. (BMBL), berhasil mengumpulkan USD 2,2 miliar  atau sekitar Rp 28 triliun (asumsi kurs Rp 14.002 per dolar AS) seiring penjualan 50 juta saham seharga USD 43 per saham. 

Perusahaan pun mencatat kapitalisasi pasar sekitar USD 7,7 miliar. Seperti dilansir Business Insider, ditulis  Minggu (14/2/2021), saham Bumble  naik sebanyak 8,8 persen pada Jumat, 12 Februari 2021.

Hal ini memperpanjang kenaikan setelah reli besar-besaran pasca IPO. Aplikasi kencan tersebut memulai debut perdagangannya pada Kamis sore dan dengan cepat mengalami peningkatan.

Saham Bumble naik sebanyak 85 persen pada intraday tertinggi dan ditutup sekitar 64 persen di atas harga penawaran USD 43 per saham.

Harga penawaran Bumble dinaikkan dua kali lipat sejak mengajukan IPO pada bulan Januari. Pada awal harga berada dikisaran USD 28 lalu meningkat menjadi USD 30 per saham.

Setelah itu mengalami kenaikan menjadi USD 37 menjadi USD 39 per saham. Bumble diperdagangkan di Nasdaq dengan kode BMBL.

Pada penutupan kamis,  kapitalisasi pasar berada di angka USD 7,7 miliar. Dalam pemaparannya, perusahaan melaporkan ada 42 juta pengguna aktif bulanan di seluruh aplikasi kencannya pada 30 September lalu.

Sekitar 2,4 juta dari pengguna tersebut membayar untuk fitur premium seperti Bumble Boost atau Bumble Premium. Selain aplikasi dengan nama yang sama, Bumble juga memiliki Badoo, aplikasi penemuan sosial berbasis lokasi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pendiri Bumble Bikin Sejarah

Dalam pemaparannya, perusahaan melaporkan ada 42 juta pengguna aktif bulanan di seluruh aplikasi kencannya pada 30 September lalu.

Sekitar 2,4 juta dari pengguna tersebut membayar untuk fitur premium seperti Bumble Boost atau Bumble Premium. Selain aplikasi dengan nama yang sama, Bumble juga memiliki Badoo, aplikasi penemuan sosial berbasis lokasi.

Debut pasar juga menghadirkan opsi baru bagi investor yang ingin bertaruh pada kencan online.  CEO Bumble Whitney Wolfe Herd (31) mengatakan kepada CNBC,  pihaknya memiliki tujuan untuk mengubah lebih banyak pengguna menjadi pelanggan berbayar melalui investasi dalam fitur monetisasi dan produk baru. 

"Pentingnya seorang wanita mengambil langkah pertama tidak eksklusif untuk kencan dan cinta. Ini adalah perubahan yang kuat, memberi wanita kepercayaan diri dan kendali,” kata dia.

Wolfe Herd juga berhasil membuat sejarah, dengan menjadi pendiri wanita termuda yang membawa perusahaan menggelar IPO.  Debut pasar juga menghadirkan opsi baru bagi investor yang ingin bertaruh pada kencan online. 

Setelah keluar dari jajaran pimpinan tertinggi di Tinder, Herd membuat aplikasi kencan pertama untuk perempuan pada 2014. Pembuatan aplikasi itu dengan harapan dapat membuat situs bagi perempuan memiliki kekuatan untuk mengambil langkah pertama dalam hubungan.

Adapun dari ratusan perusahaan yang go public setiap tahun, hanya 20 yang didirikan dan dipimpin seorang perempuan. Empat di antaranya terjadi pada 2020 termasum Annovis Bio oleh Maria MacChecchini dan Ayala Pharmaceuticals dari Roni Mamluk.

Berdasarkan laporan PitchBook, meski banyak faktor yang menyebabkan kelangkaan perempuaan untuk membawa perusahaan menggelar penawaran saham perdana karena hanya 2,7 persen dari modal ventura yang masuk ke perusahaan yang dibangun perempuan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.