Sukses

Menakar Efek Kenaikan Harga Minyak terhadap Emiten

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji mengatakan kemungkinan ada peningkatan harga minyak masih bisa terjadi.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah dunia terpantau meningkat. Hingga Senin siang, harga minyak mentah Brent menyentuh USD 59,95 per barel. Angka ini mengalami kenaikan 1 persen dibandingkan Jumat, 5 Februari 2021. Apa dampaknya ke emiten?

Melihat hal ini, Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji mengatakan kemungkinan ada peningkatan harga minyak masih bisa terjadi.

"Untuk harga komoditas minyak WTI, saya pernah proyeksikan menguat ke 62,63 dolar per barel. Meningkatnya demand mempengaruhi kenaikan harga komoditas," ujar dia kepada Liputan6.com, Senin (8/2/2021).

Selain itu, pemulihan ekonomi pada 2021 menjadi sentimen positif terjadinya peningkatan harga minyak mentah secara global.

"Pemulihan ekonomi di tahun 2021 juga merupakan sentimen positif. Adanya komitmen "state actors" dalam menggelontorkan berbagai stimulus fiskal maupun moneter. Tren kenaikan harga komoditas minyak bersinergi dengan meningkatnya kinerja fundamental perusahaan-perusahaan minyak," ujarnya.

Nafan juga menuturkan, ada beberapa emiten yang diuntungkan berkat meningkatnya harga minyak mentah. "Emiten dari sektor lain seperti jasa kapal pengangkut minyak serta emiten-emiten penyedia jasa produksi minyak juga semestinya diuntungkan dengan kondisi kenaikan harga minyak dunia," ujar dia.

Terkait emiten yang tak diuntungkan, Nafan menyebut perusahaan yang bergerak di bidang petrokimia, produsen polyester, perusahaan tekstil, maupun perusahaan aviasi. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Minyak Cetak Rekor Tertinggi dalam Setahun

Sebelumnya, minyak mencapai level tertinggi dalam satu tahun pada hari Jumat, mendekati USD  60 per barel. Lonjakan harga minyak ini didukung oleh harapan kebangkitan ekonomi dan pembatasan pasokan oleh negara anggota OPEC dan sekutunya.

Kenaikan harga minyak juga didukung oleh pasar saham AS yang mencapai rekor tertinggi di tengah tanda-tanda kemajuan stimulus ekonomi AS. Sementara laporan pekerjaan di AS mengonfirmasi pasar tenaga kerja stabil.

Upaya Presiden Joe Biden untuk memberlakukan tagihan stimulus Covid-19 senilai USD 1,9 triliun mendapatkan momentum pada hari Jumat.

Dikutip dari CNBC, Sabtu, 6 Februari 2021, harga minyak mentah brent naik 0,85 persen pada level 59,34 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup lebih tinggi 1,1 persen ke USD 56,85 per barel. Kontrak dagang minyak tersebut mencapai level tertinggi sejak 22 Januari, dan membukukan pekan terbaiknya sejak Oktober 2020.

"Brent mengincar level USD 60 sekarang karena OPEC+ telah berhasil meredakan sebagian besar kekhawatiran sisi pasokan dan optimisme meski kasus COVID-19 meningkat secara global," kata Edward Moya, Analis Pasar Senior di OANDA, New York.

"Fundamental tetap solid untuk harga minyak mentah, tetapi konsolidasi tampaknya mungkin terjadi mengingat kenaikan baru-baru ini," lanjut dia.

Harga minyak Brent berada di jalur untuk naik lebih dari 6 persen minggu ini. Harga minyak terakhir kali diperdagangkan dengan harga USD 60 per barel saat pandemi belum terjadi, ekonomi terbuka dan orang bebas bepergian, yang berarti permintaan bensin, solar, dan bahan bakar jet jauh lebih tinggi.

3 dari 3 halaman

Peluncuran Vaksin

Selain itu, peluncuran vaksin COVID-19 memicu harapan berkurang kebijakan lockdown dan meningkatkan permintaan bahan bakar. Tetapi bahkan para analis optimis permintaan seperti OPEC tidak mengharapkan konsumsi minyak untuk kembali ke level sebelum pandemi hingga 2022.

“Apa yang benar-benar membantu pasar saat ini, dan merupakan alasan yang lebih valid untuk kenaikan harga yang kita lihat, sekali lagi datang dari Arab Saudi dan perusahaan puncaknya, Aramco,” kata Kepala Pasar Minyak Rystad Energy Bjornar Tonhaugen.

Tonhaugen menuturkan, Aramco menaikkan harga jual resmi Arab Light (OSP) ke Eropa Barat Laut sebesar USD 1,40 per barel dari bulan sebelumnya. Langkah tersebut bisa menjadi sinyal bahwa Arab Saudi lebih percaya diri dalam prospek permintaan minyak, yang memicu sentimen bullish di pasar

Harga minyak juga mendapat dukungan dari pembatasan pasokan oleh produsen. OPEC dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, tetap pada kebijakan pengetatan pasokan mereka pada pertemuan hari Rabu. Rekor pemotongan OPEC+ telah membantu mengangkat harga minyak dari posisi terendah bersejarah tahun lalu.

"Disiplin OPEC+ benar-benar positif," kata Michael McCarthy, Kepala Strategi Pasar di CMC Markets.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.