Sukses

Bursa Saham Asia Melemah karena Kekhawatiran Peningkatan Covid-19

Di bursa saham Korea Selatan, indeks Kospi mendatar. Sedangkan di Australia, S&P/ASX 200 juga tak banyak berubah.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia melemah pada awal perdagangan Jumat, dengan sentimen yang mendorong adalah kekhawatiran akan peningkatan kembali penderita Covid-19. Sementara itu dolar AS menguat terhadap beberapa mata uang utama lainnya.

Mengutip CNBC, Jumat (16/10/2020), Indeks Nikkei 225 Jepang melemah di awal perdagangan. Sedangkan untuk indeks Topix juga turun 0,4%.

Di bursa saham Korea Selatan, indeks Kospi mendatar. Sedangkan di Australia, S&P/ASX 200 juga tak banyak berubah.

Rio Tinto, penambang bijih besi terbesar di dunia, membukukan penurunan 5 persen dalam pengiriman kuartal III, dan memperingatkan bahwa tingkat pemulihan ekonomi bisa lebih lambat di sebagian besar negara.

"Data terbaru menunjukkan tingkat pemulihan ekonomi melambat di sebagian besar negara, dengan permintaan yang berkurang, dan munculnya lockdown baru," tulis Rio Tinto dalam tinjauan operasi kuartal III yang dirilis pada Jumat pagi.

Di tempat lain di sisi pendapatan, pembuat chip Taiwan Semiconductor Manufacturing pada hari Kamis melaporkan lonjakan laba bersih kuartalan 35,9 persen, dengan permintaan didorong oleh produk yang membutuhkan chip kelas atas, dan menjelang penjualan iPhone baru. Sahamnya pun melonjak.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wall Street

Wall Street melemah pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini adalah harapan dari sitmulus Corona di AS yang terus turun. Sentimen lain yang menekan bursa aS adalah total penderita infeksi virus Corona di Eropa terus meningkat.

Mengutip CNBC, Jumat (16/10/2020), bursa saham AS terus tertekan dalam tiga hari ini. Penurunan terdalam terjadi pada sektor teknologi. Namun penurunan tersebut mampu diimbangi penguatan di sektor keuangan dan energi.

Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 19,8 poin atau 0,07 persen ke level 28.494,20. S&P 500 turun 0,2 persen menjadi 3.483,34. Sedangkan Nasdaq Composite mundur 0,5 persen menjadi 11.713,87.

Saham Facebook memimpin penurunan saham teknologi dengan jatuh 1,9 persen di tengah meningkatnya kekhawatiran peraturan. Amazon merosot 0,8 persen. Alphabet dan Microsoft masing-masing turun 0,5 persen dan Apple turun 0,4 persen.

Kerugian tersebut agak diimbangi oleh keuntungan saham-saham bank dan energi. JPMorgan Chase, Morgan Stanley dan Citigroup semuanya naik lebih dari 1 persen. Exxon Mobil dan Chevron masing-masing naik 0,9 persen dan 0,8 persen.

Penurunan Wall Street pada hari Kamis menandai penurunan harian ketiga berturut-turut pada indeks utama. Ini adalah penurunan terpanjang indeks utama tersebut dalam hampir sebulan.

“Gejolak pasar akan berlanjut dalam beberapa minggu ke depan karena investor bersiap untuk sejumlah ketidakpastian," jelas kepala investasi manajemen kekayaan global UBS, Mark Haefele.

Menurutnya, waktu kehadiran atau ketersediaan vaksin, setelah kemunduran untuk Johnson & Johnson, adalah salah satu ketidakpastian tersebut. Kemudian juga ada ketidakpastian kapan pengucuran stimulus fiskal AS dan juga mengenai hasil dari pemilu AS.

"Pemulihan yang tidak merata dalam ekonomi AS juga menambah kekhawatiran investor Wall Street saat musim laporan keuangan dimulai minggu ini." tambah dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.