Sukses

Jatuh ke Zona Merah, IHSG Ditutup Melemah ke 6.239,24

Pada penutupan perdagangan saham Kamis (22/8/2019), IHSG turun 13,72 poin atau 0,22 persen ke level 6.239,24.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan hari ini. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.235.

Pada penutupan perdagangan saham Kamis (22/8/2019), IHSG turun 13,72 poin atau 0,22 persen ke level 6.239,24. Indeks saham LQ45 juga melemah 0,09 persen ke posisi 972,37.

Sebanyak 253 saham melemah sehingga mendorong IHSG ke zona merah. Sementara 153 saham menguat dan 144 diam ditempat.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 438.178 kali dengan volume perdagangan 13,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,8 triliun.

Investor asing jual saham Rp 265,55 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.235.

Dari 10 sektor pembentuk IHSG, tujuh sektor melemah dan tiga sektor menguat. Sektor konsrtruksi melemah paling dalam 1,65 persen. Disusul pertambangan yang melemah 1,09 persen dan sektor perdagangan turun 0,54 persen.

Sedangkan sektor saham yang menguat yaitu perkebunan 1,61 persen, sektor keuangan 0,29 persen dan sektor infrastruktur 0,03 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain FMII menguat 25 persen ke Rp 530 per saham, PDES naik 24,09 persen ke Rp 1.365 per saham dan APEX naik 20,75 persen ke Rp 640 per saham.

Sementara saham-saham yang melemah antara lain POLL yang turun 24,89 persen ke Rp 3.560 per saham, INTD turun 15,66 persen ke Rp 140 per saham dan SKYB turun 13,04 persen ke Rp 100 per saham.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sesuai Prediksi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan ditransaksikan melemah untuk perdagangan saham Kamis ini. 

Sejumlah sentimen global menghantui pergerakan IHSG pada hari ini. Sentimen tersebut antara lain persoalan ketidakpastian perang dagang Amerika Serikat (AS)-China, hingga ancaman resesi di AS.

Inversi yield obligasi AS menjadi penyebab menguatnya kembali isu resesi. Inversi merupakan keadaan di mana yield atau imbal hasil obligasi tenor pendek lebih tinggi daripada tenor panjang.

Dalam situasi normal, yield obligasi tenor pendek seharusnya lebih rendah. Adapun inversi menunjukkan bahwa risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, inversi kerap kali dikaitkan dengan pertanda resesi.

"Tekanan masih dipengaruhi oleh sentimen global, terutama indikasi resesi di Amerika Serikat dan kelanjutan perang dagang," tutur Analis PT Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Gustama kepada Liputan6.com, Kamis (22/8/2019).

Hari ini, pihaknya memproyeksi IHSG akan diperdagangkan dalam support dan resistance di level 6.231-6.291.

Di sisi lain, Reliance Sekuritas memprediksi IHSG masih akan terkonsolidasi dengan peluang indeks akan ditransaksikan di kisaran 6.200-6.270.

Reliance menganjurkan untuk mengoleksi saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Sementara dari tim riset Binaartha Parama Sekuritas memilih saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT PP Tbk (PTPP), serta saham PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP).  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.