Sukses

Aksi Jual Investor Asing Rp 2 Triliun dalam 3 Hari

Investor asing pun lepas saham selama tiga hari berturut-turut.

Liputan6.com, Jakarta - Investor asing masih melepas saham hingga perdagangan saham Rabu pekan ini. Hal ini turut menekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (15/5/2019), IHSG merosot 1,49 persen ke posisi 5.980. IHSG pun sudah menyusut 3,4 persen secara year to date. Demikian mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI).

Investor asing pun lepas saham selama tiga hari berturut-turut. Tercatat aksi jual investor asing mencapai Rp 2,15 triliun. Investor asing melepas saham terbesar pada Selasa 14 Mei 2019 yang mencapai Rp 998,91 miliar.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China mendorong ketidakpastian. Hal itu membuat aksi jual investor asing di pasar saham.

Meski aksi jual investor asing terjadi dalam tiga hari ini, investor asing masih membukukan aksi beli mencapai Rp 58,89 triliun sepanjang tahun berjalan 2019.

Sektor saham industri dasar dan kimia catatkan koreksi terbesar mencapai 16,95 persen selama tahun berjalan 2019. Disusul sektor saham aneka industri turun 12,80 persen dan sektor saham pertanian merosot 12,57 persen.

Kapitalisasi pasar saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih memimpin sebagai kapitalisasi pasar saham terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

PT Bank Central Asia Tbk membukukan kapitalisasi pasar sebesar Rp 666 triliun. Disusul kapitalisasi pasar saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencapai Rp 475 triliun dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) membukukan kapitalisasi pasar saham Rp 395 triliun.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

IHSG Merosot 1,48 Persen pada Rabu Pekan Ini

Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mau beranjak dari zona merah pada perdagangan saham Rabu pekan ini.  Neraca dagang defisit USD 2,5 miliar pada April dan  perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China menekan laju IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu 15 Mei 2019, IHSG merosot 90,31 poin atau 1,49 persen ke posisi 5.980,88. Indeks saham LQ45 merosot 1,94 persen ke posisi 932,28. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah. Sebanyak 287 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. 130 saham diam di tempat dan 115 saham menguat.

Pada perdagangan Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.107,44 dan terendah 5.980,88. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 492.250 kali dengan volume perdagangan 15,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,7 triliun. Investor asing jual saham Rp 515,92 miliar di pasar regular.

Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.460. Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 0,09 persen. Sektor saham infrastruktur merosot 2,8 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar melemah 2,46 persen dan sektor saham manufaktur tergelincir 1,6 persen.

Saham-saham yang bukukan penguatan di tengah melemahnya IHSG antara lain saham POSA naik 24,87 persen ke posisi Rp 492 per saham, saham ETWA menguat 24,14 persen ke posisi Rp 72 dan saham MTPS melonjak 23,53 persen ke posisi Rp 945 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham PORT turun 18,46 persen ke posisi Rp 530 per saham, saham SIMA merosot 15,62 persen ke posisi Rp 54 per saham, dan saham TKIM susut 10,98 persen ke posisi Rp 5.875 per saham.

Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,52 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,53 persen, indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,58 persen, indeks saham Shanghai menanjak 1,91 persen dan indeks saham Taiwan bertambah 0,39 persen.

Sementara itu, indeks saham Thailand turun 0,46 persen dan indeks saham Singapura susut 0,15 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, neraca dagang Indonesia pada April alami defisit USD 2,5 miliar. Padahal neraca dagang Indonesia pada Maret tercatat surplus USD 0,54 miliar. Oleh karena itu, berakibat pada pelemahan IHSG.

Padahal sebelumnya, IHSG menguat karena respons positif dari meredanya sentimen perang dagang antara AS dan China.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.