Sukses

Sektor Saham Energi Bebani Wall Street

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah usai liburan singkat merayakan Thanksgiving.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah usai liburan singkat merayakan Thanksgiving. Wall street tertekan didorong sektor saham energi yang dipicu pelemahan harga minyak.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 178,74 poin atau 0,73 persen ke posisi 24.285,95. Indeks saham S&P 500 tergelincir 17,37 poin atau 0,66 persen ke posisi 2.632,56. Indeks saham Nasdaq merosot 33,27 poin atau 0,48 persen ke posisi 6.938,98.

Selama sepekan, tiga indeks saham utama acuan AS melemah lebih dari tiga persen. Indeks saham Dow Jones dan Nasdaq membukukan pelemahan terbesar sejak Maret.

Indeks saham S&P 500 melemah 10,2 persen sejak catatkan rekor tertinggi pada 20 September, kemudian masuk teritori negatif. Pelemahan indeks saham itu berlangsung tujuh bulan hingga kembali capai rekor tertinggi baru pada Agustus.

Pada Jumat waktu setempat, sektor saham energi turun 3,3 persen di wall street yang dipengaruhi tekanan harga minyak. Hal ini terjadi di tengah kekhawatiran melimpahnya pasokan bahkan ketika produsen utama mempertimbangkan untuk memangkas produksi. Harga minyak telah merosot sekitar 30 persen sejak awal Oktober.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Volume Perdagangan Saham Tipis

Saham Chevron dan Exxon Mobil pun masing-masing turun 3,4 persen dan 2,7 persen. Selain energi, penurunan saham Apple dan Amazon membebani indeks saham S&P 500.

“Saya melihat ini sebagai kelanjutan dari pasar yang mencoba untuk mencapai pertumbuhan yang melambat tahun depan,” ujar Alicia Levine, Chief Market Strategist BNY Mellon Investment Management, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (24/11/2018).

Volume perdagangan saham relatif ringan seiring sesi berakhir pada pukul 1 siang waktu setempat. Volume perdagangan saham di wall street tercatat 3,4 miliar saham, di bawah rata-rata perdagangan saham 8,2 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir.

“Ketika semua orang kembali, kami akan mendapatkan indikasi yang lebih jelas tentang apa yang akan terlihat selama sisa tahun ini,” tutur John Carey, Direktur Pelaksana Amundi Pioneer Asset Management.

Ia menambahkan, pelemahan yang terjadi mengkonfirmasi tekanan sebelumnya karena kekhawatiran terus berlanjut terhadap ekonomi dan efek suku bunga yang lebih tinggi.

Di sisi lain, perayaan Black Friday atau penawaran diskon besar-besaran belum bisa mengangkat sektor saham ritel. Indeks saham ritel S&P 500 susut 0,6 persen. Saham United Technology naik 2,6 persen usai perseroan memenangkan persetujuan membeli pembuat komponen pesawat Rockwell Collins Inc. Saham Rockwell naik 9,2 persen.

Investor juga akan fokus pada KKT G20 di Buenos Aires. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan mengadakan pembicaraan di tengah sengketa perdagangan yang bebani pasar keuangan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.