Sukses

Wall Street Bergerak Variatif Dipicu Ketegangan Perang Dagang

Wall street bergerak variatif pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta)

Liputan6.com, Jakarta - Wall street bergerak variatif pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Indeks S&P dan Nasdaq berguguran, sementara Dow Jones naik yang dipengaruhi kekhawatiran perang dagang maupun menanti pertemuan The Fed dan Bank Sentral Eropa (ECB).

Dikutip dari Reuters, Jumat (8/6/2018), volume transaksi perdagangan di bursa saham AS hari ini mencapai 7,25 miliar saham. Tercatat indeks Dow Jones Industrial Average naik 95,02 poin atau 0,38 persen ke level 25.241,41. Sedangkan indeks S&P 500 harus kehilangan 1,98 poin atau 0,07 persen ke level 2.770,37. Indeks Nasdaq bernasib sama turun 54,17 poin atau 0,7 persen ke level 7.635,07 setelah mencatat tiga rekor penutupan tertingi berturut-turut di sesi sebelumnya.

"Nasdaq telah menunjukkan kinerja luar biasa minggu ini sehingga mungkin ada beberapa yang profit taking (ambil untung)," kata Ahli Strategi Investasi di Schroders New York, Bill Callahan.

Penguatan indeks Dow Jones didorong lonjakan saham McDonald Corp sebesar 4,4 persen pasca adanya laporan bahwa perusahaan berencana untuk mengurangi pegawainya atau PHK. 

Sementara indeks Nasdaq dan S&P 500 terkoreksi karena dipicu penurunan saham teknologi, seperti perusahaan raksasa Microsoft Corp yang turun 1,6 persen dan saham Facebook Inc jatuh 1,7 persen.

Beruntung masih tertolong kenaikan sektor saham energi sebesar 1,6 persen karena terkerek penguatan harga minyak dunia.

Harga minyak mentah Brent melonjak hampir 2 persen karena kekhawatiran penurunan ekspor dari Venezuela dan OPEC yang tidak akan meningkatkan produksi minyak mentah pada pertemuan bulan ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perang Dagang

Di sisi lain, investor beralih ke instrumen investasi lebih aman sambil terus mengawasi ketegangan perdagangan global dan menunggu pertemuan Bank Sentral AS dan Bank Sentral Eropa.

Harga obligasi AS naik pada Kamis karena perang dagang antara AS dan mitra dagang utamanya yang akan menjadi fokus menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok Tujuh (G7).

Investor khawatir ada ketegangan dalam pertemuan tersebut lantaran Presiden AS Donald Trump bersikeras akan memungut tarif impor baja dan aluminium dari Kanada, Meksiko dan Uni Eropa.

"Ada kehati-hatian terkait dengan pertemuan G7 yang secara historis netral untuk pasar. Pertemuan G7 ini tidak sesuai dengan template, terutama dalam hal perdagangan," ujar Kepala Strategi Pasar di Prudential Financial, Quincy Krosby.

Kanada dan Meskiko telah membalas terhadap berbagai ekspor AS. Uni Eropa pun berjanji akan melakukan hal serupa kepada AS.

"Faktor lainnya ada pertemuan Bank Sentral Eropa dan The Fed minggu depan. Keduanya penting untuk menentukan arah pasar," ucap Krosby.

The Fed diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga acuan pada Rabu mendatang. Tetapi investor masih menanti apakah Bank Sentral benar-benar akan menaikkan Fed Fund Rate keempat kalinya pada 2018.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini