Sukses

Awal Desember, IHSG Menguat 14 Poin

Rilis neraca perdagangan Oktober 2014 surplus US$ 23,2 juta memberikan sentimen positif untul laju IHSG di awal Desember 2014.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung variatif di awal Desember 2014. Akan tetapi rilis data makro ekonomi terutama neraca perdagangan Oktober yang surplus membantu laju IHSG berbalik arah ke zona hijau.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (1/12/2014), IHSG naik 14,4 poin (0,28 persen) ke level 5.164,28. Indeks saham LQ45 menguat 0,49 persen ke level 890,69. Sebagian besar indeks saham acuan menguat pada hari ini kecuali indeks saham DBX turun 0,35 persen.

Di awal perdagangan saham, IHSG naik tipis ke level 5.150,38. IHSG berada di level tertinggi di kisaran 5.167,69 dan level terendah 5.134,75.
Penguatan indeks saham ini ditopang dari 134 saham berada di zona hijau. Namun, laju penguatan IHSG terbatas karena 170 saham melemah. Adapun 78 saham lainnya diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham mencapai 215.900 kali dengan volume perdagangan saham 6,12 miliar saham. Nilai transaksi harian saham mencapai Rp 5,56 triliun.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat. Penguatan IHSG ini ditopang dari sektor saham aneka industri naik 1,82 persen, lalu disusul sektor saham konstruksi menguat 1,4 persen, dan sektor saham infrastruktur mendaki 0,97 persen.

Sektor saham yang menekan IHSG yaitu sektor saham pertambangan melemah 2 persen. Lalu sektor saham perkebunan turun 1,92 persen dan sektor saham consumer goods tergelincir 0,49 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi bersih sekitar Rp 100 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 100 miliar.

Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham ISAT naik 11,75 persen ke level Rp 3.900 per saham, saham PTPP mendaki 5,72 persen ke level Rp 3.235 per saham, dan saham WSKT menguat 5,26 persen ke level Rp 1.100 per saham.

Sedangkan saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham TRAM tergelincir 24,85 persen ke level Rp 248 per saham, saham ELSA melemah 5,97 persen ke level Rp 630 per saham, dan saham INCO turun 4,27 persen ke level Rp 3.815 per saham.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan, neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 23,2 juta pada Oktober 2014 telah mengangkat laju IHSG. Lantaran pelaku pasar memprediksikan terjadi defisit cukup dalam.

Selain itu, aliran dana investor asing yang masih masuk ke pasar modal Indonesia juga turut membantu pergerakan IHSG. Ditambah kepercayaan pelaku pasar terhadap langkah pemerintah mendukung kestabilan ekonomi.

"Keyakinan terhadap pemerintah sekarang untuk menjaga kestabilan ekonomi masih terus tinggi maka aliran daana investor asing terus berlanjut," ujar William saat dihubungi Liputan6.com.

Sedangkan sentimen bursa saham regional, menurut William belum terlalu mempengaruhi laju IHSG. Bursa saham regional cenderung variatif. Indeks saham Jepang Nikkei naik 0,6 persen.

Penguatan indeks saham diikuti indeks saham Shanghai sebesar 0,4 persen dan indeks saham Mumbai menguat 0,2 persen. Sementara itu, indeks saham Hong Kong Hang Seng tergelincir 1,8 persen, indeks saham Australia melemah 2 persen, dan indeks saham Taipei turun 0,9 persen. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini