Sukses

Berdayakan Potensi Anak Muda Bangun Bisnis Kopi Pagar Alam

Putra Abadi membina pemuda-pemuda penggiat Pagaralayang dan warga asli Pagar Alam Sumsel, untuk mengolah biji kopi lebih berkualitas.

Liputan6.com, Palembang - Menyeruput seduhan kopi khas Pagar Alam di tengah guyuran hujan, membuat tubuh kembali hangat, dengan rasa pahit yang khas.

Pertanian kopi sudah lama dibudidayakan oleh para petani di salah satu kota di Sumatera Selatan (Sumsel). Namun sayang, kopi Pagar Alam tidak setenar kopi dari daerah lain di Indonesia.

Hal itulah yang menginspirasi Wenny Bastian (49) dan Matheus Susantyarto (50), untuk merangkul para petani kopi dan memasarkan biji-biji kopi berkualitas, dengan pendampingan intensif.

Kopi Pagar Alam pernah masuk ke pasar mancanegara sebelum pandemi COVID-19. Pasangan suami istri (pasutri) itu, memasok kopi kemasan khas Pagar Alam dengan brand Putra Abadi, ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Swedia, Equator, New Zealand dan lainnya.

Namun sayang, pandemi COVID-19 meluluhlantakkan bisnis mancanegaranya. Wenny-Tyo pun memutar otak, untuk kembali mengembangkan kopi Pagar Alam dengan cara yang berbeda.

“Kami lalu merangkul para pemuda di Pagar Alam, khususnya yang sedang menggeluti olahraga Parayalang. Mereka bisa beraktivitas, sembari belajar bagaimana mengolah kopi menjadi bisnis yang menjanjikan di Pagar Alam,” ucapnya kepada Liputan6.com, Selasa (6/12/2022).

Wenny merangkul Khotaman (39), salah satu penggiat Paralayang di Pagar Alam, untuk bisa memberdayakan para pemuda di Pagar Alam bersinergi dengan visi misi Putra Abadi, untuk mengenalkan kopi asli daerah. Khotaman akhirnya merekrut para atlet paralayang, yang di antaranya adalah anak-anak petani kopi di Bumi Besemah.

Dulunya para petani masih menggunakan sistem pengolahan biji kopi secara tradisional, memetik dalam kondisi biji kopi yang belum siap panen, menjemur di jalanan hingga proses penggilingan yang manual.

Namun dengan adanya pembinaan dari Putra Abadi melalui para pemuda Parayalang, anak-anak petani bisa mengetahui cara pengolahan kopi yang berkualitas.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pemuda dan Kopi

“Kita proses dengan cara yang lebih berkualitas, sehingga bernilai lebih tinggi. Yang kita coba lakukan memproses kopi lebih tepat dan menggunakan teknologi,” katanya.

Sudah beberapa bulan terakhir, anak-anak muda di Pagar Alam dididik untuk mengolah kopi secara modern. Salah satunya mengajarkan pengemasan yang higienis dan sesuai dengan kebutuhan pangsa pasar.

“Putra Abadi juga mengajarkan cara pengolahan, sortir, roasting hingga penggilingan. Ada sekitar belasan pemuda yang kita ajak, dengan memberdayakan beberapa petani kopi untuk pemasok biji kopi,” ungkapnya.

Dalam waktu singkat, usaha mereka berbuah hasil. Ada pelanggan yang memesan bubuk kopi olahan pemuda Pagar Alam hingga 17 Kilogram. Biji kopinya sendiri bisa didapatkan dengan mudah, dari para petani Pagar Alam.

Pembinaan para pemuda Pagar Alam ini juga, membantu para petani untuk terlepas dari jeratan tengkulak secara bertahap. Karena nilai jual biji kopi di tengkulak, jauh lebih rendah dari biji kopi yang bisa mereka serap, dengan pendampingan cara pengolahan.

3 dari 3 halaman

Kedai Rancing Hills

Harga biji kopi yang bisa dibeli ke petani seharga Rp 23.000 – Rp 24.000 per Kg, untuk kondisi biji kopi merah dan hijau. Untuk kualitas biji kopi yang bagus, bisa dibeli seharga Rp 26.000 – Rp 27.000 per Kg.

“Kita juga sedang berproses membuka kedai kopi, menjadi lokasi berkumpul anak-anak Paralayang, sekaligus tempat mereka berjualan kopi. Namanya Kedai Rancing Hills, karena berlokasi di dekat Bukit Rancing di Kota Agung Pagar Alam,” ujarnya.

Selain kopi, program pembinaan Putra Abadi juga ingin merangkul usaha rumahan warga sekitar, seperti gula aren dan cair, keranjang dari olahan sampah dan lainnya.

Target pembinaan program Putra Abadi sudah menyasar ke berbagai daerah, seperti DEsa Sukaraja, Desa Kota Agung, Desa Karang Agung, Desa Pandan Arang Ulu dan Desa Gedung Agung Pagar Alam.

“Semoga pendampingan ini bisa membuka bisnis baru bagi penggiat Paralayang, khususnya pemuda-pemuda di Pagar Alam,” ungkapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.