Sukses

3 Tragedi Kelam di Sepanjang Sejarah Piala Dunia

Setidaknya ada tiga tragedi kelam piala dunia yang terjadi di sepanjang sejarah tersebut.

Liputan6.com, Yogyakarta - Sepanjang digelarnya Piala Dunia sejak 1930, terdapat beberapa tragedi tak terduga yang terjadi di lapangan. Tragedi kelam dan memilukan ini mengukir sisi lain di balik meriahnya pesta sepak bola dunia.

Setidaknya ada tiga tragedi kelam piala dunia yang terjadi di sepanjang sejarah tersebut. Bahkan, satu di antaranya memakan korban jiwa.

Berikut tiga tragedi paling kelam dan memilukan di sepanjang sejarah Piala Dunia:

1. Perkelahian pemain (Piala Dunia 1962)

Laga Chile vs Italia di Piala Dunia 1962 diwarnai dengan perkelahian antar pemain. Hal tersebut bermula saat dua jurnalis asal Italia, Antonio Ghirelli dan Corrado Pizzinelli, membuat serangkaian artikel yang memberikan citra buruk bagi Chile sebagai calon tuan rumah.

Mereka menggambarkan Chile sebagai negara yang kumuh, penuh dengan kejahatan, dan prostitusi, sehingga dianggap belum pantas dan tidak siap menyelenggarakan Piala Dunia 1962.

Hal tersebut membuat masyarakat dan para pemain Chile panas. Tensi kepanasan pun sudah terlihat sebelum kick-off.

Pada detik ke-12, pelanggaran pertama terjadi. Kemudian, pada menit ke-4, pemain Italia yang terpancing emosi melakukan pukulan ke pemain Chile.

Selanjutnya, pertandingan terjadi dengan sangat kasar dan menimbulkan kericuhan. Atas tragedi perkelahian ini, laga tersebut kemudian dikenal dengan sebutan 'Battle of Santiago'.

Komentator BBC, Agus Coleman menyebut, laga tersebut sebagai pertandingan paling bodoh, mengerikan, menjijikan, dan memalukan dalam sepanjang sejarah sepak bola dunia. Bahkan, wasit yang saat itu memimpin pertandingan, Kenneth George Ashton, juga menggambarkan betapa mengerikannya laga tersebut.

Namun, insiden tersebut justru melahirkan hal baru dalam sepak bola. Atas kejadian tersebut, Ashton terinspirasi membuat suatu tanda peringatan bagi pemain di lapangan.

Akhirnya, ia pun mengusulkan sistem pemberian kartu sebagai bentuk hukuman dalam sepak bola. Dari sinilah tercipta kartu kuning dan kartu merah.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Piala Dunia 1982

2. Patrick Battiston hampir wafat (Piala Dunia 1982)

Piala Dunia 1982 Spanyol menyisakan kisah pilu saat laga Jerman Barat vs Prancis. Laga semifinal yang digelar di Stadion Roman Sanchez Pizjuan, Sevilla, itu berjalan sengit.

Saat itu, kapten Timnas Prancis, Michel Platini, mengirimkan bola dengan umpan lambung untuk Patrick Battiston. Battiston pun bersiap menyambut bola umpan lambung tersebut.

Namun, penjaga gawang Jerman Barat, Toni Schumacher, keluar dari sarangnya, benturan antara Battiston dan Schumacher pun tak bisa dihindari. Benturan tersebut membuat Battiston pingsan dan harus ditandu ke luar lapangan.

Petugas medis juga terlihat memasang bantuan penjepit leher pada Battiston. Patrick Battiston pun menerima perawatan patah gigi, tulang rusuk, tulang belakang, dan sempat mengalami koma di rumah sakit.

3 dari 3 halaman

Piala Dunia 1994

3. Kematian Andres Escobar (Piala Dunia 1994)

Piala Dunia 1994 menyisakan pilu bagi sepak bola dunia, khususnya Timnas Kolombia. Bek tengah andalan Kolombia, Andrés Escobar, tewas tertembak.

Saat itu, Kolombia bertemu dengan Amerika Serikat dalam laga kedua Grup A Piala Dunia 1994. Beberapa sumber mengatakan, kematian Escobar didasari saat dirinya melakukan gol bunuh diri yang membuat Kolombia tertinggal 1-2 dan tersingkir lebih cepat.

Enam hari setelah laga tersebut, Escobar tampak mengunjungi sebuah bar di kota Medellin. Saat dini hari, ia pun berpisah dengan teman-temannya dan menuju ke mobilnya.

Nahas, sekelompok orang tak dikenal membombardirnya dengan tembakan. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit, tetapi dinyatakan meninggal 45 menit setelahnya.

Sementara itu, pelaku penembakan yang diketahui bernama Humberto Castro Munoz sempat melarikan diri. Namun, ia berhasil tertangkap pihak kepolisian Kolombia.

Atas aksinya itu, pengadilan menjatuhkan hukuman 43 tahun penjara terhadap dirinya. Namun, ia mendapat remisi karena berkelakuan baik selama di penjara.

Ia pun hanya menjalani 11 tahun masa hukuman dan telah bebas pada 2005 lalu. Aksi penembakannya tak hanya melukai masyarakat Kolombia dan dunia, tetapi juga menodai Piala Dunia.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.