Sukses

5 Kuliner Warisan Budaya Tak Benda Asal Jawa Barat 2022, dari Gurih sampai Manis

Berikut sederet kuliner khas Jawa Barat yang ditetapkan sebagai kuliner warisan budaya tak benda.

Liputan6.com, Bandung - Jawa Barat (Jabar) terkenal memiliki beragam kuliner yang mampu menggoyang lidah. Bahkan hampir setiap kota di Jabar memiliki makanan khas yang autentik.

Baru-baru ini ada lima kuliner Jawa Barat yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada 2022 ini. 

Dikutip dari laman disbudpar.cirebonkota.go.id, berikut sederet kuliner khas Jawa Barat yang ditetapkan sebagai kuliner warisan budaya tak benda.

1. Empal Gentong

Empal gentong merupakan sajian nusantara khas Cirebon. Sekilas, kuliner yang masuk dalam WBTB ini mirip dengan gulai, padahal dcukup berbeda.

Pada awalnya empal gentong dibuat dari daging kerbau. Salah satu keunikannya, daging kerbau tersebut dimasukkan ke dalam gentong dari tanah, kemudian dimasak dengan menggunakan api dari bara kayu asam.

Kuliner ini awalnya diciptakan oleh masyarakat Desa Battembat pada 1950-an. Kala itu, jumlah kerbau ternak di desa itu sangatlah banyak, sehingga para wanita desa berinisiatif menyajikan kuliner enak dari daging kerbau.

Namun lambat laun, bahan dasar empal gentong tak melulu menggunakan daging kerbau. Tetapi, beralih ke daging sapi karena pada 1980-an, daging kerbau mulai sulit didapatkan.

Sumber lain menyebutkan, empal gentong sudah ada sejak abad ke-15 di Cirebon. Kuliner ini merupakan produk akulturasi dari empat budaya, yakni budaya Arab, China, India dan Indonesia.

Daging kerbau digunakan karena ada pengaruh agama Hindu dari India, yang melarang penyembelihan sapi. Masakan kaya rempah seperti Arab, India, dan Indonesia, kemudian jeroan ternak yang biasa ditemukan dalam kuliner China.

Empal gentong memiliki rasa gurih asin dan sedikit pedas, dan sudah diakui kelezatannya. Irisan daging, jeroan, hati yang ditambah kuah kuning cocok disantap dengan nasi hangat.

Saking populernya kuliner ini, wisatawan tidak akan kesulitan untuk menemukan warung Empal Gentong di wilayah Kota Cirebon.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bubur Suro

2. Bubur Suro

Bubur suro adalah kuliner istimewa yang biasa tersaji saat upacara selamatan, khususnya saat memasuki tahun Baru Islam di Cirebon. Bubur suro terbuat dari bubur beras, santan kelapa, dan lauk pauk.

Lauk pauknya seperti sambal goreng, dendeng daging sapi suwir, ayam suwir, ikan asin jambal, ebi, serundeng kuning, kacang tanah goreng, buah delima pretel, buah jeruk gede suwir, daung kemangi dan bahan lainnya. Selain itu, bubur suro juga disajikan bersama dari aneka hasil bumi, seperti kacang-kacangan, kelapa, umbi-umbian, kelapa, dan buah-buahan.

Salah satu filosofi dari pembuatan bubur suro ini, adalah ajaran agar senantiasa bersyukur dan bersedekah. Pasalnya, bahan-bahan pembuatan bubur ini berasal dari masyarakat yang sukarela dan diolah di Bangsal Paseban Keraton Kanoman Cirebon.

Penyajian bubur suro ditempatkan di takir, yaitu wadah yang terbuat dari daun klutuk yang dibentuk seperti perahu sebagai pengingat kisah bahtera Nabi Nuh AS. Biasanya sebelum disajikan, terdapat beberapa upacara adat yang lebih dulu digelar di lingkungan Keraton Kanoman Cirebon.

Hidangan ini disajikan untuk abdi dalam keraton dan juga masyarakat pada umumnya.

3. Moci

Kue dari beras ketan seukuran kelereng ini menjadi salah satu kuliner dan buah tangan dari Kota Sukabumi. Ciri khas moci di Sukabumi ini, adalah kemasannya yang disimpan dalam kotak dari anyaman bambu.

Moci yang disusun kemudian ditaburi tepung tapioka agar tak lengket di dalam kotak tersebut. Moci sendiri merupakan makanan dari Jepang.

Konon, Moci di Sukabumi hadir pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Ketika itu, banyak keluarga di Sukabumi yang bekerja pada keluarga Jepang, sehingga menyerap ilmu membuat kue moci dari sana.

Tetapi beberapa sumber sejarah lain, Moci di Sukabumi pertama kali dikenalkan oleh orang-orang keturunan Tionghoa pada tahun 1960-an. Saat itu, mereka tidak diperkenankan bekerja oleh pemerintah sehingga membuat moci untuk menyambung hidup dengan cara berdagang.

Terlepas dari sejarah asal-usulnya, saat ini moci menjelma menjadi oleh-oleh paling populer dari Sukabumi. Seiring berjalannya waktu kulit moci dan isiannya berkembang.

Tak hanya isian kacang, tetapi mulai beragam seperti cokelat, pandan, selai stroberi, krim teh hijau hingga keju.

 

3 dari 3 halaman

Dodol Ketan

4. Dodol Ketan

Kampung Adat Kasepuhan Sinar Resmi merupakan salah satu aspek penting dalam kawasan Geopark Ciletuh di Kabupaten Sukabumi. Kasepuhan yang masih mempertahankan adat Kasepuhan Banten Kidul ini juga memiliki kuliner yang khas.

Namanya dodol ketan Kasepuhan Banten Kidul. Kuliner ini biasanya disajikan dalam berbagai acara adat dan hiburan rakyat.

Salah satunya disajikan dalam acara Seren Taun. Makanan yang memiliki tekstur yang kenyal nan manis ini kerap dihidangkan untuk para tamu yang datang.

Dodol ini terbuat dari campuran beras putih beras ketan hitam, santan dan gula aren. Gula aren tak hanya membawa rasa manis, tetapi juga menambah aroma dari panganan ini.

Cara membuatnya, semua bahan yang tadi dicampur kemudian dimasak di atas wajan yang dipanaskan oleh bara api. Proses memasaknya bahan-bahan tersebut diaduk selama 5-6 jam, hingga mencapai adonan yang diinginkan.

5. Galendo

Kuliner yang terbuat dari saripati minyak kelapa ini rasanya manis dan gurih di mulut. Galendo bisa disantap langsung atau jadi campuran masakan khas Ciamis lainnya seperti dage atau colok gebrug.

Orang yang berjasa mengembangkan kelapa di Ciamis adalah Raden Adipati ARia Kusumadiningrat atau Kangjeng Prebu, Bupati Galuh Ciamis yang memerintah pada 1839-1886. Proses pembuatan galendo memakan waktu yang cukup lama, semula ratusan butir kelapa dikupas dan diparut menggunakan mesin.

Hasil parutan kemudian disaring dan diambil saripatinya. Saripati tersebut kemudian diendapkan beberapa jam.

Setelah diendapkan, saripati tersebut kemudian dimasak dengan menggunakan tungku yang bahan bakarnya berasal dari sabut atau batok kelapa. Perlu stamina ekstra di sini, sebab proses memasakan memakan waktu empat jam dan saripati tersebut harus terus diaduk agar tak gosong.

Proses itu untuk memisahkan saripati dan minyak kelapa. Galendo yang telah terpisah dari minyak, kemudian dikeringkan untuk memastikan minyaknya benar-benar hilang. Setelah itu galendo baru bisa disajikan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.