Sukses

Saatnya Si 'Elang Cantik' Mona dan Baby Temukan Jodoh di Langit Kamojang Garut

Proses pelepasliaran elang bergantung pada kesiapan si elang, mulai kesehatan fisik hingga kemampuannya berburu secara mandiri di alam bebas.

Liputan6.com, Garut - Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) Kabupaten Garut, Jawa Barat, kembali melepasliarkan dua ekor elang ular bido betina ke alam bebas, Selasa siang.

Elang 'cantik' berkelir hitam kelabu-abuan bernama Mona dan Baby itu, dinilai layak terbang bebas di blok Citepus, Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, usai menjalani rehabilitasi satwa liar di kawasan PKEK Kamojang beberapa tahun terakhir.

"Jadi ceritanya disini ada elang jantan yang sering datang seperti ngapelin lah, secara prilakunya ini perkembang biakan dan sering mengunjungi salah satu dari dua elang ini," ujar Manager PKEK Zaini Rakhman, di Blok Citepus, selepas pelepasliaran, Selasa (15/11/2022).

Di lokasi berbentuk lembah itu, proses rehabilitasi elang memang dinilai tepat. Selain alamnya yang terbilang masih asri dan perawan, letaknya yang berada di samping perlintasan jalur alternatif Bandung-Garut via Kamojang itu, memudahkan mobilisasi.

Tak ayal, warga pun dalam beberapa kesempatan bisa langsung berwisata edukasi, sambil menyaksikan proses rehabilitasi elang, di samping peneliti ilmiah dari berbagai kampus dalamd an luar negeri datang melakukan observasi.

Menurutnya, proses pelepasliaran elang bergantung pada kesiapan si elang, mulai kesehatan fisik hingga kemampuannya berburu secara mandiri di alam bebas.

"Jadi memang ada kajian sebelum pelepasliaran benar-benar dilakukan," dia menegaskan.

Tidak hanya itu, kedua elang betina tersebut secara usia dinilai matang untuk berkembang biak, seiring hadirnya seekor elang jantan yang kerap mondar-mandir-mandir di kawasan PKEK.

"Untuk usia, Mona berusia enam tahun sementara Baby empat tahun," ujarnya.

Sebelumnya, Mona masuk rehabilitasi sejak 28 November 2018 dari penyerahan warga Garut, sementara elang Baby, berasal dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat pada 17 Maret 2021 lalu.

Dengan upaya itu, Zaini berharap kedua elang betina tersebut mampu menambah populasi elang di kawasan Kamojang dan sekitarnya. "Kita juga akan dorong untuk pemulihan ekosistem ini dengan penanaman-penanaman pohon," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pentingnya Keseimbangan Ekosistem

Hal senada disampaikan Kepala BBKSDA Jawa Barat Irawan Asaad. Menurutnya, kegiatan itu, diharapkan mampu mengedukasi masyarakat tentang penguatan ekosistem satwa liar.

"Elang merupakan bagian dari ekosistem yang saling berkaitan, semoga bisa berkembang biak di alam bebas," kata dia.

Meskipun demikian, dia mengaku tantangan pelepasliaran elang di alam bebas bukan perkara mudah.

Hadirnya predator perburuan elang oleh manusia, hingga perubahan fungsi hutan akibat kerusakan alam menjadi faktor pemicunya. "Ini masih menjadi kendala hingga sekarang," ungkap dia.

Saat ini, ada sekitar 52 kawasan konservasi elang dan satwa liar lainnya di Jawa Barat, yang ditugaskan melakukan konservasi. Angka itu di luar area hutan lindung yang luasnya mencapai ribuan hektare (ha).

Untuk mendukung keseimbangan ekosistem di alam, dia berharap pengetahuan warga mengenai pentingnya pelepasliaran elang di alam bebas terus bertambah. "Jika hal ini terjadi, maka populasi elang di alam semakin bertambah," dia berharap.

Sebelumnya, Sabtu (12/11/2022) lalu, PKEK juga melepasliarkan dua ekor elang alap jambul bernama Ono dan Ani. Total sejak 2014 lalu, pusat konservasi elang kebanggaan negeri itu, sukses melepasliarkan 112 ekor elang, dari total penerimaan titipan 215 ekor dari berbagai jenis elang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.