Sukses

Temuan Mikroplastik di Danau Poso dan Anomali Danau Prioritas Nasional

Peneliti Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) bersama Yayasan Mosintuwu yang meneliti kualitas air Danau Poso menemukan kandungan mikroplastik di danau prioritas nasional tersebut.

Liputan6.com, Poso - Penelitian itu dilakukan dengan memeriksa sampel air yang diambil dari 3 titik yakni di Jembatan Tentena 1, Jembatan Tentena 2, dan Pangkalan Nelayan Yosi, Kelurahan Pamona. Sebelumnya tim melakukan aksi susur sungai dari Danau Poso yang merupakan bagian dari Festival Mosintuwu, 2022.

Uji sampel air yang dilakukan menemukan rata-rata 58 partikel mikroplastik berukuran di bawah 5 milimeter dalam 100 liter air Danau Poso.

“Ada 4 jenis mikroplastik yang kami temukan; fiber, filamen, fragmen, dan foam. Yang paling banyak adalah jenis fiber, hampir 60 persen,” Prigi Arisandi, Peneliti ESN dan Ecoton mengatakan, Jumat (11/11/2022).

Selama dua hari menyusuri sungai tim itu juga menemukan banyak sampah-sampah plastik non-mikro yang didominasi plastik sekali pakai dan bekas produk saset yang mengotori tepi danau dan sungai.

Kandungan mikroplastik di Danau Poso bahkan diperkirakan lebih buruk dari hasil penelitian tersebut sebab baru dilakukan di beberapa titik saja.

Tercemarnya air danau terluas ke-3 di Indonesia itu juga didukung dengan tidak adanya sarana pembuangan dan pengelolaan sampah di sekitar danau khususnya desa-desa serta rendahnya pemahaman masyarakat dan pemerintah daerah tentang bahaya sampah plastik.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ayo Setop Plastik Sekali Pakai!

Kondisi itu dianggap sebuah anomali lantaran status Danau Poso yang merupakan salah satu dari 15 danau prioritas nasional yang ditetapkan melalui Perpres Nomor 60 tahun 2021 karena punya nilai strategis, ekonomi, ekologi, sosial budaya, dan ilmu pengetahuan.

”Temuan mikroplastik di perairan Danau Poso membuktikan bahwa perilaku manusia semakin menjauh dari alam, bahkan sudah merusaknya. Perubahan perilaku harus menjadi gerakan bersama,” Direktur Yayasan Mosintuwu, Lian Gogali mengungkapkan.

Gerakan bersama itu bisa diwujudkan dari setiap individu dengan mulai mengurangi penggunaan plastik sekali pakai seperti tas kresek, styrofoam, sedotan, botol air minum dalam kemasan dan saset.

Mikroplastik sendiri adalah serpihan plastik yang berasal dari pecahan plastik sekali pakai. Mikroplastik di air akan menyerap polutan seperti pestisida, detergen, dan klori.

Celakanya ukurannya yang sangat kecil membuat ikan-ikan mengonsumsinya dan menjadi awal mikroplastik masuk ke tubuh manusia. Gangguan kesehatan pada manusia akibat kandungan mikroplastik dalam tubuh di antaranya adalah terganggunya keseimbangan hormon.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.