Sukses

Upaya Pemkab Garut Selamatkan Perajin Tahu-Tempe di Tengah Kenaikan Harga Kedelai

Berdasarkan data Kementerian Pertanian kebutuhan kacang kedelai dalam negeri setiap tahun mencapai 2.842.222 ton yang bergabung pada pasokan impor Amerika dan negara lainnya seperti Ukraina.

Liputan6.com, Garut - Pemerintah Daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat segera menggelar Operasi Pasar (OP) kacang kedelai, sebagai solusi tingginya harga bahan dasar tahu-tempe tersebut.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Garut, Nia Gania Karyana, masalah kelangkaan dan naiknya harga kacang kedelai di Garut merupakan persoalan nasional sebagai dampak dari naiknya beban impor.

“Memang kebijakannya berada di Kementerian Perdagangan, dan ekspor impor,” ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian kebutuhan kacang kedelai dalam negeri setiap tahun mencapai 2.842.222 ton yang bergabung pada pasokan impor Amerika dan negara lainnya seperti Ukraina.

“Ini sangat menyakitkan, tatkala impor kedelai menjadi prioritas, sementara kacang kedelai kita tidak mampu memiliki daya saing (dan ini) tugas kita bersama,” ujar dia.

Ada 3 faktor kelangkaan dan mahalnya kacang kedelai saat ini, yakni kelangkaan kapal kargo dari negara luar ke Indonesia, kemudian kelangkaan kontainer, serta faktor geopolitis.

Untuk menghindari meluasnya dampak kerugian, Pemda Garut tengah menyiapkan sejumlah upaya mulai pelaksanaan operasi pasar murah hingga pemberian subsidi.

“Sedang kita kaji seperti apa jenis subsidinya, karena bagaimanapun ini memerlukan kajian yang cukup,” ujar dia.

Robal Amin (25), salah adu perajin tempe asal Kecamatan Pangatikan, mengatakan kenaikan harga kacang kedelai tidak sebanding dengan harga jual bagi konsumen.

“Harganya enggak stabil, yang dulunya Rp 9 ribu gitu kan sekarang kok jadi Rp14 ribu, Rp13 ribu gitu,” kata dia.

Kondisi itu jelas memberatkan perajin tahu-tempe, sehingga harus segera ada upaya dari Pemda Garut. “Untuk pembeli jelas berkurang, atau dikurangi belinya jadi yang biasanya beli 20 ribu, jadi 15 ribu kan gitu,” kata dia.

Dampaknya, ia terpaksa mengurangi pembelian kacang kedelai sehingga mengurangi produksi tempe yang dihasilkan. “Biasanya 1,2 kuintal kini menjadi 70 kilogram,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.