Sukses

Mengenal Jenis dan Penyebab Gerakan Tanah atau Longsor

Ada sejumlah jenis dari gerakan tanah atau longsor. Di antaranya adalah jenis rayapan tanah seperti yang terjadi di Bojong Koneng, Bogor.

Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang merupakan unit lingkungan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sudah menyusun peta wilayah potensi gerakan tanah, termasuk di Provinsi Jawa Barat.

Pemetaan ini dinilai jadi upaya penting dalam memitigasi dan meningkatkan kesiapsiagaan bencana di daerah masing-masing, terutama seiring dengan peningkatan curah hujan akhir-akhir ini. Menurut PVMBG, peta ini sudah diserahkan kepada pihak pemerintah daerah. Harapannya, disosialisasikan secara intensif sehingga masyarakat bisa mendapatkan informasi kebencanaan yang baik.

"Petanya secara fisik sudah dikirimkan ke pemerintah provinsi dan kabupaten kota, kami harap disosislisasikan ke bawahnya sampai ke tingkat kecamatan atau desa, agar masyarakat tahu wilayahnya masing-masing, jadi kehati-hatian apalagi kalau hujan," kata Kepala PVMBG, Hendra Gunawan, belum lama ini.

Namun, apa saja sebetulnya jenis-jenis dan penyebab gerakan tanah secara umum? Berikut ringkasan singkat mengenai gerakan tanah dirujuk Liputan6.com dari materi pengenalan gerakan tanah dipublikasikan Kementerian ESDM.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

6 Jenis Gerakan Tanah

Ada 6 jenis gerakan tanah atau tanah longsor yakni longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi disebut paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.

Longsoran Translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

Selanjutnya, pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.

Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas, umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.

Terakhir, jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api.

 

3 dari 3 halaman

Faktor Penyebab

Terdapat sejumlah sebab yang menyebakan terjadinya gerakan tanah atau tanah longsor. Di antranya kondisi atau tata kelola lahan. Longsor kerap terjadi di daerah yang relatif gundul atau tidak banyak ditumbuhi tanaman akar keras. Di Daerah demikian pengikatan air tanah sangat kurang.

Longsor juga berpotensi terjadi karena penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak, seperti yang pernah terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Diketahui, bencana tersebut menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.

Sebelumnya, Kepala PVMBG, Hendra Gunawan juga menjelaskan, fenomena tanah bergerak terjadi karena adanya kelindan antara faktor internal pada batuan dengan faktor eksternal seperti hujan. Contohnya, kejadian rayapan tanah di Desa Bojong Koneng, Kabupaten Bogor belum lama ini.

"Gerakan tanahnya lambat, menurut informasi akibat adanya peran batuan, yaitu batuan lempung yang berinteraksi dengan curah hujan yang mulai tinggi,” katanya. "Hujan atau faktor eksternal ikut membantu terjadinya proses gerakan tanah," imbuh Hendra.

Selain hujan, kata Hendra, faktor lain yang juga memengaruhi terjadinya gerakan tanah adalah morfologi daerah, khususnya tingkat kemiringan lereng di sebuah kawasan. Gerakan tanah yang dipengaruhi morfologi ini kerap terjadi di Jawa Barat.

"Jabar ini terkenal sebagai daerah berbukit, morfologi, dalam hal ini kemiringan lerengan, membantu terjadinya gerakan tanah. Kebanyakan kasus itu adalah the bread flow, seperti bubur, material rombakan terbawa hujan," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.