Sukses

Butuh 3.000 Ton per Bulan, Perajin Tahu Tempe di Bandung Bergantung Kedelai Impor

Untuk produksi tahu tempe di Kota Bandung, para perajin butuh 3.000 ton per bulan, tapi suplainya masih bergantung pada kedelai impor.

Liputan6.com, Bandung - Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung mencatat, kebutuhan kacang kedelai untuk bahan pembuatan tahu-tempe oleh perajin di Kota Bandung mencapai 3.000 ton per bulan. Pemenuhan kebutuhan itu masih mengandalkan kedelai impor.

Kepala Disdagin Kota Bandung, Elly Wasliah menyampaikan, kondisi tersebut terpengaruh dari kondisi umum di Indonesia yang juga masih mengandalkan kedelai impor seperti dari Amerika Serikat, Kanada, dan Brazil.

"Sehingga Kota Bandung juga sebagian besar mengandalkan impor tersebut," katanya lewat keterangan pers, Rabu (12/10/2022).

Menurut catatannya, rata-rata kacang kedelai yang disalurkan ke Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) Kota Bandung mencapai 80 ton per hari. Adapun, importir kacang kedelai di Kota Bandung yang terdata di Disdagin hanya satu yakni Depot Kacang Indonesia beralamat di Jalan Terusan Pasirkoja.

Sedangkan, distributor kacang kedelai di Kota Bandung berjumlah empat, yakni CV. MJ di Babakan Ciparay, PT. FKS (Fisindo Kusuma Sejahtera) di Jalan Soekarno Hatta, CV. Gemilang di Jalan Ibrahim Adjie, dan Prama di Jalan Jamika.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bergantung Harga Dunia

Menurut Elly, ketergantungan pada kedelai impor otomatis berimbas pada kondisi harga di pasar Indonesia, termasuk Kota Bandung. Ketika harga kedelai dunia naik, maka harga di tanah air pun akan terkerek.

Sebagaimana yang terjadi saat ini di Kota Bandung. Catatan Disdagin per Selasa, 11 Oktober 2022, harga kedelai mengalami kenaikan. Harga kedelai di tingkat distributor senilai Rp12.800 per kilogram, sedangkan di tingkat perajin tahu tempe di Rp13.000 per kilogram. Padahal, Harga sebelumnya yakni Rp11.000-Rp12.000 per kilogram.

Ia mengatakan, kenaikan harga ini terjadi ketiga kalinya. Sejak awal tahun di bulan Februari, menjelang Ramadan di bulan April, dan Oktober ini. 

"Harga kedelai dunia mengalami kenaikan karena penurunan produksi, akibat Covid-19 biaya logistik naik, dan melemahnya nilai tukar dolar," ucapnya.

Selain itu, Elly menyampaikan, dalam menstabilkan harga pasaran, Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan program pemberian bantuan penggantian selisih harga pembelian kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe.

Pemerintah, katanya, memberikan subsidi Rp1.000 kilogram lewat Bulog sebagai stabilisator. Program subsidi ini sudah masuk tahap kelima sejak April lalu. Sudah ada 576 perajin tahu tempe yang terdaftar di Kopti Kota Bandung.

"Mekanismenya adalah Kopti Kota Bandung yang beranggotakan para perajin tahu dan tempe membeli kacang kedelai di Bulog. Kacang ini Bulog beli dari importir," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.