Sukses

Tragedi Kanjuruhan, Aliansi Suporter Gelar Doa Bersama dan Bakar Lilin di Makassar

Kegiatan itu dihadiri oleh suporter dari berbagai klub yang berlaga di Liga 1.

Liputan6.com, Jakarta Aliansi Suporter Indonesia menggelar kegiatan doa bersama dan bakar lilin di Monumen Mandala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada Minggu (2/10/2022). Kegiatan itu sebagai bentuk solidaritas atas peristiwa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang menewaskan ratusan orang. 

Sejumlah perwakilan supporter dari berbagai klub yang berlaga di Liga 1 Indonesia, seperti PSM Makassar, Arema Malang, Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, dan Persela Lamongan hadir dalam kegiatan tersebut. 

 

"Adanya kejadian itu, kami pun koordinasi dengan teman-teman suporter yang ada di Makassar. Baik di Aremania maupun Bonek yang betul-betul yang ikut agar berkumpul disini untuk menyalakan 1000 lilin sebagai wujud duka yang kita alami bersama," kata Presiden The Macz Man, Ocha Alim, Minggu (2/10/2022). 

Ocha menjelaskan bahwa kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan merupakan kejadian yang luar biasa hingga menarik perhatian penjuru dunia. Oleh sebab itu, sepak bola di Indonesia harus betul-betul berbenah agar kejadian serupa tak lagi terulang.

"Peristiwa ini memang sangat luar biasa yang bukan cuma Indonesia, tapi hampir seluruh dunia. Sepak bola Indonesia harus betul-betul berbenah. Agar tidak ada lagi peristiwa ini akan datang," ucapnya. 

Ia pun berharap PSSI juga berbenah secara menyeluruh usai kericuhan tersebut. Menurut dia, tak dapat dimungkiri memang bahwa Liga 1 Indonesia memang masih memiliki begitu banyak kekurangan. 

"Kita berharap PSSI harus betul-betul berbenah. Seperti pengadaan VAR. Agar bisa menonton dengan aman, nyaman dan damai. PSSI harus berbenah, tidak boleh tidak, baik perangkat pertandingan hingga wasit," sebutnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

PSSI Harus Berbenah

Ocha menerangkan bahwa dalam insiden tersebut, aparat keamanan memang bertindak berlebihan dengan menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton. Padalah jelas dalam aturan FIFA penggunaan senjata api dan gas air mata dilarang keras di dalam stadion.  

"Memang saya lihat aparat pengamanan terlalu over. Mestinya yang harus bertanggung jawab dalam tragedi ini adalah panpel, pengamanan, dan PSSI sendiri. Karena FIFA sudah mengingatkan bahwa tidak ada gas air mata dalam stadion. Tapi, nyatanya tetap ada," jelas dia. 

Apalagi, lanjutnya, kerusuhan itu terjadi antara aparat keamanan dengan suporter Arema Malang yang ada di Stadion Kanjuruhan. 

"Dalam kejadian ini, bukan antar supporter, Bonek dan Aremania, karena Bonek tidak ada. Dengan adanya gas air mata, suporter pasti panik. Apalagi banyak ibu dan anak-anak. Kita sesalkan kejadian ini," dia memungkasi.

 

Simak juga video pilihan berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.