Sukses

Berusia Tua, 3 Tempat Ibadah di Singkawang ini Jadi Simbol Toleransi

Berikut 3 tempat ibadah tertua di Singkawang yang merepresentasikan toleransi antarmasyarakat di sekitarnya

Liputan6.com, Singkawang - Kota Singkawang dinobatkan sebagai kota paling toleran di Indonesia oleh Setara Institute. Bagaimana tidak, kota ini memberikan terobosan melalui kebijakan Perwako Singkawang No. 129 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Toleransi Masyarakat.

Peraturan tersebut menjadi pedoman untuk masyarakat Singkawang dalam menjaga, mengawasi, mencegah, dan menindak setiap tindakan intoleransi yang dapat mengganggu ketentraman masyarakat lainnya. Kota Singkawang memang memiliki keberagaman dengan 17 paguyuban yang hidup di dalamnya.

Meski dengan berbagai perbedaan, masyarakat Kota Singkawang tetap hidup damai dan rukun. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tiga tempat ibadah tertua Singkawang yang menunjukkan beragamnya kultur masyarakat Indonesia di sana.

Berikut 3 tempat ibadah tertua di Singkawang yang merepresentasikan toleransi antarmasyarakat di sekitarnya.

1. Gereja Katolik Santo Fransiskus Asisi

Gereja Katolik Santo Fransiskus Asisi merupakan salah satu bangunan ibadah tertua di Singkawang. Gereja ini didirikan oleh seorang Vikaris Apostolik Batavia yang berasal dari negeri kincir angin, Belanda.

Meski memiliki usia bangunan yang sudah tua dan lama, gereja ini tetap berdiri kokoh dan masih difungsikan sebagai tempat ibadah bagi umat Katolik. Gereja ini juga menjadi salah satu destinasi wisata religi di Singkawang.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masjid Raya Singkawang

2. Masjid Raya Singkawang

Masjid Raya Singkawang telah berdiri sejak 1885. Menjadi masjid tertua di Singkawang, tempat ibadah ini menjadi salah satu ikon kerukunan multietnis di kota tersebut.

Masjid yang dibangun oleh saudagar India ini letaknya tak jauh dari vihara dan berada di tengah lingkungan etnis Tionghoa. Meski demikian, kelompok masyarakat di sekitar tetap hidup rukun, sehingga terbentuk toleransi antar-sesama hingga sekarang.

Karena usianya sudah sangat tua, bangunan latar masjid ini telah mengalami banyak perubahan dan renovasi, terlebih setelah mengalami kebakaran pada tahun 1937. Terlepas dari hal tersebut, Masjid Raya Singkawang tetap hidup dan masih difungsikan sebagai tempat ibadah sekaligus destinasi wisata religi di Kota Singkawang.

3. Vihara Tri Dharma Bumi Raya

Vihara Tri Dharma Bumi Raya berdiri sejak tahun 1878 atau telah berusia 144 tahun. Vihara ini berlokasi tak jauh dari Masjid Raya Singkawang yang juga sudah berusia sangat tua.

Pembangunan vihara ini bermula dari banyaknya etnis China yang dahulu menambang emas di Monterado. Kuil ini dibangun karena adanya sebuah kepercayaan zaman dahulu yang masih berada daerah hutan belantara.

Kepercayaan tersebut menganggap vihara sebagai bentuk perlindungan yang konon disebut sebagai roh penjaga. Diceritakan, vihara tersebut dapat menimalisasi adanya roh-roh jahat.

Terlepas dari sejarahnya, bangunan Vihara Tri Dharma Bumi Raya memiliki beberapa arsitektur, lukisan, dan corak Buddha yang menjadi ikon vihara ini. Bahkan saat perayaan-perayaan hari besar, seperti Cap Go Meh, vihara ini selalu ramai menjadi destinasi yang wajib dikunjungi karena banyak ritual dan festival-festival yang dirayakan.

(Resla Aknaita Chak)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.