Sukses

Baby Ameena Lakukan Tedak Siten, Ini Tahapan Tradisi Jawa yang Masih Dilakukan Turun-temurun

Liputan6.com, Yogyakarta - Tedak siten merupakan salah satu upacara adat yang berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. Upacara adat ini masih kerap digelar oleh masyarakat Jawa hingga saat ini.

Salah satunya adalah pasangan selebritas Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah yang menggelar tradisi tedak siten untuk putri mereka, baby Ameena. Prosesi upacara adat tedak siten untuk Ameena menarik perhatian masyarakat Indonesia.

Lantas seperti apa upacara adat tedak siten dan apa tujuannya? Dikutip dari berbagai sumber, tedak siten adalah upacara adat daur hidup yang dilakukan untuk memperingati seorang anak yang telah berusia 7 hingga 8 bulan.

Tedak siten berasal dari kata ‘tedhak’ yangmemiliki arti 'turun' dan siti yang berarti 'tanah', sehingga upacara ini juga disebut dengan turun tanah. Masyarakat Jawa percaya upacara tedak siten adalah simbol bagi seorang anak untuk bersiap-siap, agar dapat menjalani hidup dan menjadi anak yang mandiri.

Tradisi ini merupakan adat kebiasaan masyarakat Jawa asli yang sarat dengan nilai-nilai spiritual. Tedak siten juga merupakan tradisi yang cukup sakral bagi masyarakat Jawa.

Sebab, tradisi ini bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta atas kelahiran buah hati tercinta. Tedak siten juga sebagai bentuk penghormatan kepada bumi tempat si anak mulai belajar menginjakkan kakinya ke tanah.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

7 Tahap

Secara keseluruhan, upacara ini bermakna mengajarkan konsep kemandirian pada anak. Pelaksanaan upacara tedak siten terdiri dari tujuh tahapan, antara lain:

1. Menginjak Jadah (tetel) tujuh warna

Jadah atau ketan dengan warna beragam melambangkan kehidupan anak yang kelak akan menemui banyak rintangan dan hambatan namun diharapkan agar anak dapat mengatasi dan melaluinya.

2. Naik tangga dari tebu

Tebu memiliki kepanjangan anteping kalbu yang melambangkan kegigihan hati anak dalam mengejar cita-citanya agar dapat tercapai.

3. Turun dari tangga untuk berjalan di atas onggokan pasir

4. Masuk ke dalam kurungan

Kurungan ayam melambangkan kondisi anak yang nantinya akan terjun ke kehidupan bermasyarakat yang luas dan diharapkan mampu menyesuaikan diri dan mematuhi segala peraturan dalam masyarakat.

5. Menyebar undhik-undhik (uang)

Undhik-undhik merupakan beras yang telah diwarnai dengan kunyit lalu dicampur dengan uang logam dan bunga. Pada saat upacara, undhik-undhik akan disebar untuk diperebutkan oleh anak-anak yang bermakna agar bayi menjadi orang yang baik hati dan dermawan.

6. Dimandikan dengan air siraman kembang setaman

Kembang setaman bisanya terdiri dari bunga melati, mawar, dan kenanga. Adanya kembang ini memiliki makna agar saat anak telah berhasil berjalan sendiri diharapkan membawa keharuman bagi orang tua dan lingkungannya.

Kembang setaman dilengkapi dengan bokor yang berisi air. Air dalam bokor berasal dari tujuh sumber mata air yang berbeda.

7. Didandani dengan pakaian yang bersih

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.