Sukses

APDESI Ungkap Ada Ribuan Keluarga di Blora Dapat Bansos tapi Saldonya Nol Rupiah

APDESI menyebutkan ada ribuan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang mendapatkan bansos tapi saldonya nol rupiah alias zonk.

Liputan6.com, Blora - Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) menyebutkan ada ribuan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang mendapatkan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) bantuan sosial dari pusat tapi saldonya nol rupiah alias zonk. KPM tersebut tersebar di 16 kecamatan, yakni 271 desa dan 24 kelurahan di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) APDESI, Agung Heri Susanto saat dikonfirmasi Liputan6.com mengungkapkan, selama ini keluhan masyarakat khususnya Kabupaten Blora itu banyak yang sudah menerima bantuan tapi periode berikutnya kosong.

"Kemudian kita koordinasikan, dengan pendamping, ternyata juga belum bisa mendapatkan solusi. Artinya hanya sebatas juga dicatat dilaporkan, berikutnya juga tidak muncul lagi di rekening itu," ungkap Agung, saat hadir dalam acara koordinasi terkait problem Bantuan Langsung Tunai Bahan Bakar Minyak (BLT BBM) yang dibahas bersama-sama di Pendopo Bupati Blora, Rabu (21/9/2022).

Ia mencontohkan adanya data valid puluhan KKS saldonya nol juga terjadi di Desa Sidorejo, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora. Problem ini diketahuinya lantaran Agung merupakan Kepala desa (Kades) setempat.

"Ini di desa kami, dari validasi ini untuk PKH yang terdaftar 193, 170 cair yang 23 tidak ada di rekeningnya (saldo nol)," sebutnya, yang juga Ketua Praja Kabupaten Blora.

Agung kemudian menjelaskan adanya program bansos dari pusat yang lainnya, juga banyak KPM yang tidak mendapatkan apa-apa alias saldo rekeningnya nol.

"Itu juga kasihan karena warga yang berhak, dan dia ada KKS nya tapi kosong. Ini contoh kalau kami menghitung satu desa kami, kalau kita ambil 271 desa dan 24 kelurahan ini mungkin ribuan," jelasnya.

Menurutnya, dalam tiap pertemuan telah seringkali menyampaikan permasalahan tersebut. Baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun pusat, juga sudah dibahas bersama dengan pihak terkait.

Ia mengaku ada suatu regulasi yang mungkin bisa dikatakan komunikasi tersumbat. Artinya, kata Agung, bahwa data desa dalam hal ini kepala desa, tidak punya kewenangan di situ yakni dalam tanda kutip, bahwa data kemiskinan atau DTKS itu adalah murni dari pusat.

"Lha yang punya kewenangan adalah Kementerian, sehingga baik itu melakukan pencoretan maupun melakukan usulan, itu ada disana. Tatkala ketika terjadi problem ditingkat desa, respons ini nggak akan cepat karena ini keputusan ada di pusat, sedangkan di pusat bicara se-Indonesia," ungkap Agung.

"Mestinya ini ada perbaikan regulasi, agar ada gerak cepat dalam proses penangan permasalahan di lapangan," katanya lagi.

Lebih lanjut, Agung menjelaskan perlunya gerakan cepat yang mungkin kewenangan itu dideliver (dikirim) sebagian. Sehingga, kata dia, contoh kades apabila diberi cantolan didalam Peraturan menteri (Permen), bahwa kades adalah bagian dari tim koordinasi dan diberi kewenangan yang tersumbat.

"Contoh perbankan, pihak pos Indonesia, atau pihak mana yang terkait ini dan kita bisa langsung, disitu apa persoalan problematika dan sebagainya sehingga respons itu bisa cepat. Kalau ini kan sebatas menyampaikan kepada pendamping di desa. dari pendamping desa itu, bagaimana kita sudah nggak bisa mantau, ya udah yang penting dilaporkan," pungkasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BLT Disunat

Sebelumnya diberitakan, Bupati Blora Arief Rohman, seusai acara mengumpulkan banyak pihak meliputi Kepala desa, Forkompimcam, Forkopimda dan pihak lain-lain di pendopo rumah dinasnya mengatakan, pihaknya memberikan pengarahan terkait dengan pendataan bantuan pusat yang selama ini disalurkan ke penerima manfaat.

"Dan juga kemarin ada kasus di Randublatung, menjadi atensi dari pak Gubernur," kata Gus Arief, sapaan Bupati Blora, Rabu (21/9/2022).

Ia menambahkan, pihaknya memberikan arahan agar hal tersebut tolong jangan sampai terulang kembali. Serta, dalam kesempatan tersebut juga memohon dukungan dari media untuk terkait bantuan ini supaya diharapkan bisa tepat sasaran.

Menurutnya, pendataan para penerima manfaat dipandang sangat penting dan oleh sebab itu pihaknya mengawali dari basis data.

"Kita undang BPS tadi dan juga dinas terkait untuk bersama-sama melakukan langkah-langkah perbaikan pendataan. Harapannya agar outputnya bantuan ini tepat sasaran, dan kita minta masukan juga kalau ada info bantuan yang tidak tepat sasaran, nanti kita akan sikapi," terang Gus Arief.

Menyikapi bantuan sosial yang secara umum di daerah Blora sering muncul permasalahan, ia menjawab bahwa pihaknya melakukan koordinasi lebih lanjut dalam rangka untuk mensinkronkan dan juga mengevaluasi hal-hal yang belum tepat.

"Kalau memang ada laporan pemotongan yang lain tolong disampaikan. Kita sudah kasih warning melalui kepala desa, kalau ada bantuan dipotong lagi kita akan tindak tegas," ucapnya.

Gus Arief juga menyampaikan, perlunya melakukan perbaikan basis data penerima manfaat yang tidak tepat sasaran dan lain-lain. Menurutnya, BPS akan terjun melakukan sensus secara detail supaya menjadi basis data, termasuk dari pihaknya juga akan melakukan pendataan ulang agar lebih presisi dan lebih tepat.

"Kalau dari media ada temuan, masukan, ya nanti kita sampaikan untuk proses ditindaklanjuti. Yang tidak tepat sasaran akan kita coret dan revisi," katanya.

Disinggung mengenai pengawasan bantuan sosial lemah dan apa kendala di daerahnya, Gus Arief menuturkan bahwa terkait pengawasan terus dijalankannya dengan melibatkan banyak pihak.

"Makanya kita libatkan semua dari Forkopimda, dari dinas terkait dan juga yang bertanggung jawab di desa adalah kepala desa, kepala kelurahan, kita minta komitmennya untuk terus melakukan perbaikan-perbaikan," tuturnya.

Terkait kasus BLT BBM disunat yang videonya viral dan jadi atensi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, disampaikan bahwa pihaknya menyepakati untuk melakukan pembinaan kepada yang bersangkutan.

"Kita sudah panggil, dari dinas dan kepolisian. Yang bersangkutan sudah minta maaf tidak akan mengulangi lagi. Ini sebagai peringatan ya, untuk tempat-tempat yang lainnya jangan sampai melakukan hal ini. Kalau melakukan hal ini ya kita sudah tidak tolerir lagi," ucap Gus Arief.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.