Sukses

Pelaku UMKM di Gorontalo Menjerit Terdampak Kenaikan Harga BBM, BLT Tak Kunjung Cair

Salah satunya Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Gorontalo.

Liputan6.com, Gorontalo - Dampak kenaikan harga Bahan Bahan Bakar Minyak (BBM) mulai dikeluhkan di sejumlah Daerah. Salah satunya Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Provinsi Gorontalo.

Bahkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dijanjikan pemerintah saat BBM naik,  malah justru tak kunjung dirasakan. Itulah mengapa jika kenaikan harga BBM menurut mereka bukanlah solusi.

"Pemerintah dinilai tidak memikirkan dampak yang ditimbulkan akibat kenaikan BBM ini," kata Randi salah satu pedagang angkringan di Center Point Bonebol.

Menurut Randi, jika kenaikan harga BBM sangat berdampak pada kebutuhan bahan pokok di pasar. Dirinya sebagai pengusaha kecil sangat merasakan dampak kenaikan harga itu.

"Kebutuhan naik, segalanya naik. Terus bantuan dari pemerintah mana," tuturnya.

Tidak hanya itu, Randi pun mengungkapkan, jika semenjak BBM dinaikan, tempat jualannya sangat sepi dari pengunjung. Setiap malam hanya beberapa orang saja yang datang untuk membeli.

"Semenjak BBM naik, pembeli sepi sekali. Sebelumnya tidak seperti ini," ungkapnya

"Kalau saya pikir-pikir, jika alasan hanya untuk BLT tidak harus BBM yang diabaikan. Toh kalau program BLT habis, BBM kan tidak mungkin turun," ujar dia.

 

Simak juga video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BBM Eceran Ikut Naik

Sementara itu, sejumlah pengecer BBM di Gorontalo juga ikut menaikan harga. BBM jenis pertalite yang sebelumnya di harga Rp10 ribu per liter, kini dijual dengan harga Rp 13 ribu per liter.

"Tidak mungkin BBM naik, kami tidak menaikan harga. Kami mengikuti juga dengah harga SPBU," kata Heri Kawanua, salah satu penjual BBM eceran.

Menurutnya, meski harga naik, hal itu tidak menurunkan daya beli masyarakat untuk mengisi BBM di tempat jualannya. Bahkan, saat ini meningkat orang yang membeli BBM eceran.

"Kalau menurut saya BBM naik tidak pengaruh. Toh hingga kini masih banyak warga yang datang membeli. Karena mungkin mereka tidak mau mengantri di SPBU," tuturnya.

Hanya saja, kata Heri, jika saat ini, untuk mendapatkan BBM di SPBU sangatlah susah. Sebab, dirinya harus mengantri berjam-jam menunggu giliran.

"Memang juga saya akui, bahwa mendapatkan BBM bersubsidi kita harus antri. banyak yang ngantri jadi kita harus sabar menunggu," ia menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.