Sukses

Riwayat Telaga Cebong di Desa Sembungan Wonosobo, Sayembara Merebut Hati Perempuan Cantik

Salah satu destinasi wisata di Desa Sembungan Wonosobo adalah keberadaan Telaga Cebong yang jadi sumber kehidupan warga.

Liputan6.com, Yogyakarta - Desa Sembungan menjadi salah satu desa yang berada di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Desa Sambungan dikenal memiliki pemandangan yang indah.

Hamparan pegunungan mengelilingi desa itu dan di tengahnya terdapat sebuah telaga yang menjadi sumber air bagi masyarakat desa setempat. Desa ini berada di ketinggian 2.260 mdpl.

Desa Sembungan Wonosobo disebut sebagai wilayah desa tertinggi di Pulau Jawa. Tak jauh dari desa itu, terdapat berbagai obyek wisata alam seperti Bukit Sikunir, Air Terjun Sikarim, Gunung Pakuwojo, Gunung Seroja, dan Telaga Cebong.

Mayoritas penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai petani dan banyak pula yang bergelut di bidang pariwisata seperti penyewaan homestay, jasa pemandu wisata, dan pedagang. Dikutip dari berbagai sumber, konon penamaan “Sembungan” karena dulunya di sana ditumbuhi banyak Pohon Sembung.

Beberapa hasil tani dari penduduk Sembungan antara lain kentang, carica, cabe gendot, purwaceng, serta sayur mayur. Meski tak ada catatan pasti kapan masyarakat pertama kali menempati desa ini.

Namun, sebuah catatan tertua mengungkapkan bahwa pada tahun 1819, di desa ini sudah terdapat 17 rumah penduduk. Seiring berkembangnya waktu, jumlah penduduk desa terus bertambah, hingga kini jumlah penduduk di desa itu sudah sekitar 1.300 jiwa.

Salah satu destinasi wisata di Desa Sembungan adalah keberadaan Telaga Cebong yang jadi sumber kehidupan warga. Bila dilihat dari atas bukit, sekilas telaga itu memang berbentuk seperti kecebong.

Masyarakat sekitar percaya kalau telaga itu terbentuk akibat perbuatan curang dua saudara yang ingin memperebutkan seorang perempuan cantik. Sadar dirinya jadi rebutan, perempuan itu kemudian mengadakan sayembara bagi dua pemuda itu untuk membuat telaga.

Ketika telaga sang kakak sudah hampir jadi, sang adik menipunya dan kemudian mengalirkan air ke telaganya yang masih kosong. Telaga sang adik itulah yang dipercaya masyarakat setempat sebagai Telaga Cebongan yang sekarang.

Sementara bekas telaga sang kakak yang sudah kosong sekarang menjadi Desa Pakurejo. Waktu terbaik mengunjungi Desa Sembungan adalah pada Juli sampai Agustus.

Bila beruntung, pada periode itu pengunjung bisa melihat hamparan sawah yang berwarna putih saat disinari cahaya matahari. Walaupun belum banyak penginapan di Desa Sembungan, namun pengunjung akan diterima dengan hangat di rumah-rumah warga.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.