Sukses

Perjalanan Kampung Batik Laweyan Solo yang Sudah Eksis Sebelum Kerajaan Pajang

Kampung batik Laweyan dikenal sebagai penghasil batik tulis yang menggunakan pewarna alami pada masa itu.

Liputan6.com, Yogyakarta - Kampung batik Laweyan dikenal sebagai kampung batik tertua di Indonesia. Kampung batik yang berada di Solo, Jawa Tengah ini, konon sudah berdiri sebelum pemerintahan Keraton Pajang.

Masyarakat kampung batik Laweyan sudah memproduksi batik tulis sejak abad ke-14. Kampung batik Laweyan dikenal sebagai penghasil batik tulis yang menggunakan pewarna alami pada masa itu.

Dikutip dari berbagai sumber, sejarah Laweyan dimulai saat sosok Kiai Ageng Hanis bermukim di Desa Laweyan, pada 1546. Kyai Ageng Henis adalah putra dari Kiai Ageng Sela yang merupakan keturunan Prabu Brawijaya V dari Majapahit.

Kiai Ageng Henis atau Kiai Ageng Laweyan juga dikenal sebagai "manggala pinatuwaning nagara". Dia mengajarkan cara membatik kepada para santrinya. Pahlawan nasional KH Samanhudi turut ambil andil dalam pusaran sejarah berdirinya Kampung Batik Laweyan pada tahun 1905.

KH Samanhudi jadi tokoh yang mencetuskan dibentuknya Serikat Dagang Islam. Ia juga berperan dalam mengkordinasi saudagar batik muslim untuk menghadapi Belanda yang semakin kuat pengaruhnya di dalam keraton.

Sedangkan, Pasar Laweyan dulu merupakan Pasar Lawe (bahan baku tenun) yang sangat ramai. Bahan baku kapas pada saat itu banyak dihasilkan dari Desa Pedan, Juwiring, dan Gawok yang masih termasuk daerah Kerajaan Pajang.

Di selatan Pasar Laweyan di tepi sungai Kabanaran terdapat sebuah bandar besar yaitu bandar Kabanaran. Melalui bandar dan sungai Kabanaran tersebut Pasar Laweyan terhubung ke bandar besar Nusupan di tepi Sungai Bengawan Solo.

Di lokasi ini pula terdapat pelabuhan perahu yang jadi jalur perdagangan komoditas benang lawe dan batik. Laweyan diresmikan sebagai kampung batik oleh Pemerintah Kota Solo pada 25 September 2004.

Peresmian ini membuat para pengusaha batik yang telah lama vakum kembali berproduksi. Saat ini, Laweyan sudah mempunyai 250 motif batik yang sudah dipatenkan, sebagian besar penduduknya juga menjadi perajin batik.

Sampai saat ini, kampung batik tertua di Indonesia itu pun terus berkembang menjadi salah satu objek wisata belanja sekaligus sejarah di Solo.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.