Sukses

Gurun Sahara: Fenomena Salju dan Riwayat Hutan Lebat Habitat Makhluk Menakutkan

Mendadak Gurun Sahara viral di TikTok. Beragam unggahan mulai Google Maps hingga Gurun Sahara bersalju ramai dan membuat takjub warganet. Ini sejumlah fakta Gurun Sahara

Liputan6.com, Jakarta - Mendadak Gurun Sahara viral di TikTok. Beragam unggahan mulai Google Maps hingga Gurun Sahara bersalju ramai dan membuat takjub warganet.

Membicarakan Gurun Sahara seolah tiada habisnya. Beberapa tahun terakhir, fenomena salju turun di Gurun terbesar di dunia selalu menjadi buruan.

Misalnya, Salju yang terbentuk pada Januari 2022 lalu. Mengutip Daily Mail, Rabu (19/1/2022), fotografer Karim Bouchetata menangkap gambar menakjubkan dari salju dan es di Kota Ain Sefra di barat laut Aljazair Selasa 18 Januari.

Tingkat merkuri di kota Aljazair kala itu anjlok ke -2 derajat Celcius (28F). Es menciptakan pola yang menakjubkan di pasir setelah daerah itu melihat percikan salju turun secara tak terduga.

Debu salju adalah kelima kalinya dalam 42 tahun di kota itu terlihat salju. Kejadian sebelumnya pada 1979, 2016, 2018 dan 2021. Ain Sefra - dikenal sebagai The Gateway to the Desert - berada sekitar 3.000 kaki di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh Pegunungan Atlas.

Gurun Sahara menutupi sebagian besar Afrika Utara dan telah mengalami perubahan suhu dan kelembapan selama beberapa ratus ribu tahun terakhir.

Meskipun kini sangat kering, diperkirakan Gurun Sahara akan kembali hijau dalam waktu sekitar 15.000 tahun. Dan itu memungkinkan mengubah lansekap Gurun Sahara kekinian, kembali menjadi hutan tropis habitat hidup berbagai makhluk menakutkan, seperti ribuan tahun silam.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hutan Lebat Gurun Sahara

Menurut sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Science Advances, bukti menunjukkan bahwa gurun Sahara pernah mengalami periode basah sekitar 8.000 tahun yang lalu. Hal ini menandakan, dulunya gurun Sahara merupakan daerah yang subur dan hijau.

Melalui analisis sedimen laut, para peneliti di University of Arizona menemukan bahwa pola curah hujan selama 6.000 tahun di Sahara menunjukkan hasil yang menarik. Tim yang dipimpin oleh UA telah mengidentifikasi pola iklim di Sahara pada waktu yang ternyata memiliki curah hujan 10 kali lebih banyak dari saat ini.

Ternyata, apa yang kini disebut gurun Sahara dahulunya adalah hutan hijau lebat yang menjadi rumah bagi hewan dan tumbuhan liar. Hal itu terjadi pada 5.000-11.000 tahun yang lalu.

"Dulu curah hujannya 10 kali lebih basah dari saat ini," kata pemimpin penelitian dari University Arizona, Jessica Tierney seperti dikutip dari Ancientcodes.

Menariknya, bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia yang menduduki Sahara selama periode basah, berangsur-angsur meninggalkan tempat itu sekitar 8.000 tahun yang lalu. Saat Sahara menjadi kering, orang-orang pun berbondong-bondong meninggalkan tempat tersebut.

"Yang menakjubkan adalah orang-orang yang datang kembali setelah masa kering yang panjang, membawa budaya yang berbeda. Periode kering tersebut telah memisahkan dua budaya yang sama sekali tak serupa," jelas Jessica.

 

3 dari 4 halaman

Makhluk Menakutkan Pembunuh

Penelitian baru mengungkapkan beberapa makhluk laut terbesar (dan mungkin paling menakutkan) hidup di tempat yang sekarang disebut Gurun Sahara. Semua makhluk laut prasejarah digambarkan menakutkan.

Menurut CNN yang dikutip Sabtu (13/7/2019), hasil penelitian yang diterbitkan dalam Bulletin of the American Museum of Natural History, merinci sebuah badan air kuno yang disebut Trans-Sarahan Seaway, yang meliputi bagian Afrika Barat 100 juta hingga 50 juta tahun silam.

Selama dua dekade, para ilmuwan memeriksa fosil dan endapan di Mali saat ini untuk membentuk gambaran yang akurat tentang seperti apa lingkungan prasejarah ini. Mereka menyimpulkan bahwa badan air itu hangat dan dangkal dan, yang kurang menyenangkan, adalah rumah bagi ikan lele yang panjangnya lima kaki berkisar 1,5 meter dan ular laut yang panjangnya 40 kaki atau sekitar 12 meter.

"Ekosistem Mali kuno memiliki banyak predator puncak termasuk Crocodyliformes, Serpentes, dan Amiidae, beberapa di antaranya adalah di antara spesies terbesar dalam clade mereka," tulis koran itu.

(Clade adalah sekelompok organisme yang diduga berevolusi dari leluhur yang sama). Pada masa itu, buaya, ular dan ikan berupa jelek, semuanya adalah binatang pembunuh.

 

 

4 dari 4 halaman

Kenapa Berukuran Giga?

Bagaimana mereka menjadi begitu besar? Trans-Sahara Seaway membentang dari utara ke selatan dari tempat yang sekarang disebut Aljazair hingga yang sekarang menjadi Nigeria. Itu berarti binatang tersebut diisolasi dari badan air yang lebih besar selama periode panjang keberadaannya.

Menurut makalah itu, isolasi semacam ini mungkin memiliki predator terbatas dan memastikan sumber daya selalu tersedia, yang merupakan resep sempurna bagi spesies untuk tumbuh tanpa pengawasan.

"Trans-Sahara Seaway menunjukkan isolasi yang terputus-putus dari laut lepas," tulis koran itu.

"Variabel lingkungan ini mungkin telah menciptakan pusat endemisme akuatik, merangsang seleksi untuk gigantisme sebagaimana diamati sebelumnya untuk spesies di pulau-pulau terestrial."

Endemisme adalah ketika suatu spesies terbatas pada area tertentu.

Sahara jelas dulunya adalah akuarium yang menjadi mimpi buruk. Pada tahun 2014, simulasi iklim menyimpulkan Sahara gersang yang kita kenal sekarang ini terbentuk sekitar tujuh juta tahun silam, ketika pergeseran lempeng tektonik menutup wilayah tersebut dari laut di sekitarnya.

Tim Rembulan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.