Sukses

5 Hal Unik Ini Bisa Dinikmati di Yogyakarta

Berikut beberapa hal unik di Yogyakarta yang bisa dinikmati di kota ini.

Liputan6.com, Yogyakarta - Sesuai dengan namanya, Daerah Istimewa Yogyakarta, selalu ada yang istimewa dan menarik di Yogyakarta. Bahkan, beberapa hal unik itu hanya bisa ditemui di Yogyakarta.

Tak hanya sebagai surga wisata, Jogja juga menyimpan hal menarik lain yang bisa dinikmati pengunjung. Berikut beberapa hal unik di Yogyakarta yang bisa dinikmati di kota ini. 

1. Kuliner tradisional geblek dan tempe benguk

Geblek adalah salah satu makanan tradisional yang sekaligus menjadi ikon kuliner Kabupaten Kulon Progo. Berwarna putih dan saling melekat satu sama lain, geblek-geblek ini memiliki cita rasa gurih dan kenyal.

Makanan ini terbuat dari pati ketela pohon yang masih basah. Umumnya, geblek disantap bersama tempe benguk atau tempe berbahan dasar kacang benguk dan dicolek dengan saus sambal.

Tempe benguk juga merupakan makanan khas Kulon Progo. Jika ingin mencicipi, pengunjung bisa mampir ke Pasar Kenteng, Kecamatan Nanggulan, Kulon Progo.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Melihat proses pembuatan batik tulis

Warga Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul mempunyai kemampuan membatik yang diperoleh turun-temurun dari orang tua mereka. Dari sinilah batik-batik motif khas Jogja yang sesuai dengan pakemnya dibuat.

Sebut saja motif batik Sida Mukti, Sida Luhur, Sida Asih, Wahyu Tumurun, Sekar Jagad dan sebagainya. Motif-motif tersebut mempunyai artian khusus seperti suatu doa bagi pemakainya.

Tak hanya itu, desa ini pernah memecahkan rekor MURI. Wisatawan bisa melihat proses pembuatan batik tulis secara langsung di galeri yang ada, sekaligus bisa berkunjung di rumah warga yang sedang membuat batik tulis.

3. Gerobak sapi hias

Setiap hari pasaran, di Pasar Jangkang, Sleman, ada tradisi membawa sapi peliharaan yang akan di jual ke pasar dengan gerobak sapi hias. Gerobak sapi hias merupakan gerobak sapi biasa yang dihias dengan warna merah, kuning, biru.

Umumnya, gerobak ini berbahan dasar bambu dan kayu. Gerobak hias ini dikendalikan oleh seorang 'bajingan' atau kusir gerobak sapi.

Pada hari Wage, para 'bajingan' akan membawa sapi atau hewan ternak lain mereka dengan gerobak sapi hias menuju ke Pasar Jangkang dan menunggu pembeli di sana. Gerobak sapi akan semakin banyak datang pada hari Minggu Wage.

 

3 dari 3 halaman

4. Cukur rambut keliling

Bertahun-tahun lalu, pangkas rambut keliling mungkin pernah ada sebelum salon-salon ataupun barber shop menjamur. Namun, di Yogyakarta, cukur rambut keliling masih bisa ditemukan.

Jika ingin bernostalgia dan mencoba sensasi mencukur rambut oleh pemangkas rambut tradisional ini, coba saja berkunjung pasar-pasar tradisional atau di sekitar alun-alun utara Yogyakarta. Dengan bermodal sepeda ontel, kursi, dan tas kotak peralatan mencukur, para pencukur rambut tradisional ini berkeliling mencari orang yang membutuhkan jasanya.

Tak jarang mereka juga menunggu pelanggan di bawah pohon yang rindang.

5. Melihat prosesi adat dan tradisi Jogja

Jogja kental dengan budaya dan kearifan lokalnya. Meskipun perlahan Jogja berkembang menjadi kota yang cukup maju, masyarakat Jogja masih mempertahankan budaya dan kearifan lokal yang ada sejak dahulu.

Terdapat banyak budaya dan kearifan lokal yang masih dapat disaksikan hingga sekarang, mulai dari merti dusun dan sedekah atau labuhan laut, prosesi adat nyadran, upacara keagamaan seperti Melasti, upacara umat agama Hindu dan lain sebagainya. Jika sulit mencocokkan waktu berkunjung dengan waktu kegiatan tersebut digelar, pengunjung dapat langsung datang mengunjungi Keraton Yogyakarta.

Pengunjung bisa melihat aktivitas abdi dalem yang menarik, seperti prosesi persiapan hidangan untuk Sri Sultan. Prosesi ini dilakukan setiap hari pada pukul 06.00 pagi dan pukul 11.00.

Jika pada pagi hari loket masuk keraton belum dibuka, pengunjung bisa melihat prosesi tersebut pada pukul 11.00. Para abdi dalem perempuan mengenakan pakaian khasnya keluar dari kompleks keraton menuju dapur keraton (Gedhong Patehan).

Hidangan yang disiapkan berupa teh tubruk, teh saring, kopi, dan air putih. Pengunjung bisa melihat aktivitas ini, tetapi hanya pada area Gedhong Patehan saja.

(Resla Aknaita Chak)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.