Sukses

Ogah Ditutup, Warga Urunan Bikin Palang Pintu di TKP Odong-Odong Tertabrak Kereta

Warga akhirnya berinisiatif membangun sendiri palang pintu di perlintasan kereta api tempat odong-odong tertabrak kereta api, yang menyebabkan 9 orang tewas.

Liputan6.com, Serang - Warga akhirnya berinisiatif membangun sendiri palang pintu di perlintasan kereta api lokasi odong-odong tertabrak kereta api, yang menyebabkan 9 orang tewas, pada Selasa (26/7/2022) lalu.

Warga Desa Desa Silebu, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten, urunan uang demi membangun palang pintu perlintasan kereta api tersebut. Sebelumnya Kemenhub memasang patok besi yang menutup akses perlintasan tersebut, namun warga menolaknya.

Warga dari RT 01 RW 3 dan RT 1 RW 2 rela merogoh kocek sendiri demi membangun dua palang pintu kereta api, untuk keselamatan bersama.

"Itu juga artinya harus membiayai diri sendiri, RT 1 RW 3 dan yang sebelah sana RT 1 RW 2, makanya kita masing-masing bikin palang pintu," kata Ketua RT 01 RW 03, Sulaeman, ditemui di sela-sela gotong royong bersama warga, Kamis (28/7/2022).

Sulaeman bercerita, satu unit palang pintu membutuhkan biaya pembuatan sekitar Rp2 juta, sehingga untuk 2 unit, menghabiskan Rp4 juta.

Sulaeman juga mengatakan, ada pegawai dari Pemkab Serang dan PT kereta api yang turut membantu membiayai pembuatan palang perlintasan KA tersebut. Palang pintu itu sendiri dibuat sederhana, palang diberi beban batu dan dipasangi tali yang memudahkan mereka untuk menutup palang pintu saat kereta melintas.

"Makanya kita musyawarah dengan masyarakat lainnya, kita membikin palang pintu, insiatif masyarakat demi keselamatan orang banyak," katanya.

Secara bergantian, warga setempat menjaga palang pintu. Mereka juga telah mendapatkan jadwal resmi dari PT Kereta Api Indonesia (KAI), kapan kereta akan melewati perlintasan tersebut.

Untuk kebutuhan makan dan minum penjaga, warga menaruh kardus bekas. Jika ada pengendara yang melintas, bisa menyisihkan sedikit uangnya untuk kebutuhan penjaga perlintasan.

Sulaeman bercerita, hasil musyawarah di balai desa, akan ada penjaga yang pekerjakan dan mendapatkan gaji setiap bulannya.

"Udah musyawarah itu, yang punya ijazah SD, SMP, menerima pendaftaran, 2 orang satu pintu, siang satu, malam satu, jadi semuanya minta empat. Daftarnya ke Pak Lurah, Pak Lurah udah musyawarah dengan kabupaten, nanti katanya ada diperhatikan," katanya. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Warga Tolak Perlintasan Ditutup

Warga Desa Silebu, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten, menolak penutupan perlintasan kereta lokasi tertabraknya odong-odong yang menewaskan 9 orang. Seperti diketahui, usai kejadian nahas itu, pintu perlintasan ditutup menggunakan besi. Warga mengaku aktivitasnya terganggu jika pintu perlintasan itu ditutup.

Warga yang kesal bahkan membongkar sendiri patok besi yang telah dipasang Dirjen Perkeretaapian Kemenhub.

Sebelumnya patok besi dipasang pada Selasa malam (26/7/2022), atau bertepatan pada hari kejadian odong-odong tertabrak kereta api.

"Sempet ditutup, bahkan istilahnya sampai dipasang patok besi tiga biji. Malam begitu kejadian siangnya, malamnya langsung dipatok. Karena menurut undang-undang dia, katanya itu belum terdaftar, harus ditutup jalannya," kata Sulaeman, Ketua RT 01 RW 13, Kamis (28/7/2022).

Sulaeman yang ditemui saat membersihkan sekitar jalur perlintasan kereta bersama warga bercerita, pagar yang dipasang Kemenhub dibongkar bersama-sama masyarakat. Alasannya, jika ditutup, akses mereka untuk beraktivitas terhambat.

Jalan Desa Silebu yang melintasi jalur kereta api, bisa menghubungkan ke Polda Banten dan Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), tempat Gubernur Banten berkantor.

Kemudian, jalan yang tadinya hanya 3 meter, oleh Pemkab Serang telah diperlebar menjadi 5 meter dan lebih layak dilewati kendaraan untuk masyarakat beraktivitas.

"Masyarakat banyak yang membongkar, ini kan jalan alternatif, jalan orang rame ini. Kalau muter jauh, misalkan kita ke balai desa 20 meter dari sini, harus muter ke arah kota, kan enggak mungkin, kalau muter kan lain kecamatan, paling 15 menit. Pengecoran jalan juga kan yang ngebiayain kabupaten, tadinya jalan ini 3 meter sekarang jadi 5 meter," katanya.

Lantaran ada penolakan warga, mereka menggelar musyawarah di balai desa. Warga meminta akses jalan tidak ditutup, namun dipasangi palang pintu, sehingga masyarakat masih bisa melintas dan beraktivitas seperti biasa.

"Nah kita masyarakat sini apakah tidak ada jalan lain, selain ditutup. Solusinya ya ini, kita musyawarah dengan yang lainnya, tolong lah minta di usahakan, minta dibikinkan palang pintu saja," katanya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.