Sukses

Huta Siallagan, Tempat Wisata di Kawasan Danau Toba, Dahulu Dikenal Desa Kanibal

Berkunjung ke Danau Toba rasanya tidak pas juga belum mengunjungi Huta Siallagan, sebuah kawasan wisata di tepian Danau Toba, peninggalan budaya Batak Toba dengan ciri khas latar belakang Rumah Bolon.

Liputan6.com, Samosir Berkunjung ke Danau Toba rasanya tidak pas juga belum mengunjungi Huta Siallagan, sebuah kawasan wisata di tepian Danau Toba, peninggalan budaya Batak Toba dengan ciri khas latar belakang Rumah Bolon.

Huta Siallagan terletak di Desa Siallagan Pinda Raya, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara (Sumut).

Pengelola Geosite Ambarita, Tuktuk, Tomok (Amtuto), yang juga Juru Bicara Huta Siallagan, Melani Butarbutar mengatakan, Huta Siallagan adalah sebuah kampung yang dibentuk oleh para orang tua terdahulu.

"Huta Siallagan ini dibentuk kelompok Marga Siallagan, yang dulu rajanya ada. Itulah yang mengayomi semuanya," kata Melani kepada Liputan6.com, di sela-sela kunjungan delegasi W20 Summit dari berbagai negara pada Rabu, 20 Juli 2022.

Huta Siallagan dibentuk sekitar 400 tahun lalu. Membentuk huta ini dimulai dengan kayu, yang kemudian tumbuh di lokasi yang saat ini disebut Huta Siallagan. Sebab jika kayu tumbuh menjadi pohon, maka dipastikan ada air. Karena air sumber penghidupan.

Saat ini masih banyak peninggalan sejarah di Huta Siallagan. Peninggalan sejarah tersebut tersimpan di Museum Huta Siallagan, di dekatnya ada Rumah Bolon, yang berada di areal Huta Siallagan. Kemudian ada juga kursi dan meja batu yang dahulunya digunakan para raja untuk bersidang.

"Dahulu, kalau ada persoalan-persoalan di wilayah ini, disidang di batu itu. Setelah diputuskan, maka dilakukan eksekusi. Tempat eksekusi juga saat ini masih ada," terang Melani.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Luas Huta Siallagan

Huta Siallagan sendiri memiliki luas sekitar 1,5 hingga 2 hektare, dan masih berdiri tegak sejumlah Rumah Bolon. Bahkan salah satu bangunannya ada yang sudah berusia ratusan tahun, dan ditempati oleh para keluarga dan keturunan-keturunan raja.

Soal kunjungan delegasi W20 Summit ke Huta Siallagan, Melani mengaku sangat bangga. Diharapkan para delegasi bisa mengenalkan Huta Siallagan ke dunia.

"Untuk di Huta Siallagan ini, peran perempuan juga sangat bagus, mereka juga banyak terlibat dalam pengembangan wisata di sini," pungkasnya.

3 dari 4 halaman

Dijuluki Desa Kanibal

Dahulu kala, Huta Siallagan juga dikenal sebagai julukan desa kanibal. Hal tersebut berdasarkan cerita-cerita sejarah, bagaimana eksekusi tragis yang dilakukan kepada pelaku kejahatan.

Menurut cerita, pada jaman dahulu orang yang melakukan kejahatan seperti mencuri, merampok, memperkosa, dan lainnya akan dieksekusi di batu persidangan. Batu persidangan dikelilingi kursi yang terbuat dari batu dan menjadi tempat duduk raja saat mengeksekusi.

Setelah dieksekusi, pelaku kejahatan tersebut akan diambil organ tubuhnya. Bagian hati dan jantungnya akan dikonsumsi oleh raja yang dipercaya menambah kekuatan sang raja.

Sementara bagian tubuhnya akan dibuang ke Danau Toba selama 7 hari dan 7 malam. Dalam waktu tersebut, warga dilarang beraktivitas di kawasan Danau Toba.

Kemudian, bagian kepalanya akan digantung, diletakkan di depan gerbang masuk Desa Huta Siallagan, sebagai peringatan kepada warga agar tidak berbuat hal yang sama.

4 dari 4 halaman

Sudah Lama Berakhir

Namun kisah tersebut sudah lama berakhir, tepatnya di abad ke-19, ketika agama Kristen Protestan mulai masuk ke kawasan Danau Toba, termasuk ke Huta Siallagan oleh misionaris asal Jerman yang bernama Ludwig Ingwer Nonmensen.

Saat ini, Huta Siallagan menjadi salah satu desa wisata di kawasan Danau Toba yang memiliki kisah menarik serta peninggalan bersejarah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.