Sukses

Curhat Warga Blora Hidup Berdampingan dengan Pabrik Gula

Keberadaan pabrik gula itu berimbas dalam kehidupannya yang kerap kali menghirup debu kotor.

Liputan6.com, Blora - Mbah Marmi, usianya saat ini 61 tahun, raut wajahnya gugup saat bercerita tentang pabrik PT Gendhis Multi Manis (GMM) di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora. Keberadaan pabrik gula itu berimbas dalam kehidupannya yang kerapkali menghirup debu kotor.

Wanita paruh baya ini tinggal di Dukuh Gayam, Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, yang keberadaannya persis berdampingan pada samping bangunan sebelah kanan pabrik gula tersebut.

"Onten debu Pak, nggeh katah debune (Ada debu Pak, ya banyak debunya)," ucap Mbah Marmi kepada Liputan6.com, Selasa (14/6/2022).

Ia juga mengaku, kerepotan membersihkan banyaknya debu yang masuk ke rumah. Kondisi itu, sudah barang tentu membuat kehidupannya jadi tidak sehat.

"Onten (debu) nyapu-nyapu nggeh katah, do ireng-ireng, kadang putih-putih ngoteniku (Ada debu dibersihkan ya banyak, warnanya hitam-hitam, kadang putih-putih seperti itu," ungkap Mbah Marmi, dengan logat jawanya.

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harapan Masyarakat

Dirinya menaruh harapan agar pihak pabrik bisa menyelesaikan permasalahan imbas aktivitas pabrik gula yang tengah bergeliat tersebut. Termasuk juga memikirkan kompensasi yang layak sebagai wujud tanggung jawab sosial.

"Kedahe pabrik pripun, ngangsal bantuan nopo seng saget diengge tumbas sabun, ngge tumbas nopo ta nopo ben saget (Harusnya pabrik bagaimana sikapnya, dapat bantuan apa yang bisa dibuat untuk beli sabun, untuk beli lain-lain biar bisa)," ucapnya.

"Sak ngertose kulo niku nggeh angger bantuan niku tiap lebaran itu diparingi gendhis 2 kiloan. Sanese mboten nate (Sepengetahuanku ya adanya bantuan itu dikasih masing-masing rumah sebanyak 2 kilogram gula. Lainnya tidak pernah)," tambah Mbah Marmi, yang juga mengaku bahwa dirinya belum pernah diajak komunikasi dengan pihak pabrik gula tersebut.

Warga Dukuh Gayam lainnya, Riyanto membeberkan terdapat sekitar kurang lebih 700-an orang di empat RT (Rukun Tetangga) terimbas limbah ampas gilingan tebu (bagasse) dan limbah pembakaran batu bara di dalam pabrik gula tersebut. Imbas paling parah, kata dia, sangat dirasakan masyarakat terutama yang berada di RT 11.

"Kadang pas placing tengah malam, warga sekitar kan ada anak kecil, kan sangat mengganggu istirahat," kata Riyanto.

 

3 dari 4 halaman

Langganan Terimbas

Menurutnya pihak pabrik PT GMM sudah mengetahui terkait imbas limbah yang kerap muncul langganan saat musim giling tebu. 

Pria 41 tahun ini menerangkan, dalam satu tahun, musim giling tebu selama 6 bulan. Dia mengungkapkan, sekitar beberapa tahun lalu, Dukuh Gayam pernah mendapat anggaran kompensasi bulanan dari pihak pabrik gula tersebut.

"Sekitar 4-5 tahun yang lalu itu satu bulannya dikasih Rp30 juta, terus habis itu sudah hilang, terus musim giling kedua itu kenanya jatuh Rp45 juta, terus tahun selanjutnya itu Rp55 juta kalau enggak Rp65 juta," terangnya.

Ia menjelaskan, bahwa sekarang ini pabrik PT GMM sedang musim giling. Sehingga ampas tebu akan beterbangan tertiup angin saat musim kemarau. Termasuk dari batubara, asap dan sisa pembakaran juga masuk lingkungan.

Dari imbas pabrik gula tersebut, Riyanto menduga lama-kelamaan dapat memberikan dampak pada kesehatan warga terdampak, meski belum terlihat saat ini.

"Paling ya gitu, sudah risikonya dekat pabrik. Mikirnya sampai situ," ungkapnya, menjelaskan dulu limbah air juga pernah baunya dirasakan masyarakat.

"Kalau sekarang sudah berkurang" tambahnya.

Warga sangat mengidam-idamkan kehidupan nyaman seperti dulu. Riyanto berharap pihak pabrik bisa memberikan solusi terbaik dalam mengatasi limbah agar tidak mencemari lingkungan dan membahayakan masyarakat.

"Kalau kompensasi ya harapannya sesuai dengan efeknya dari limbah itu. Kalau dibilang sesuai, ya kurang sesuai," ucapnya.

 

4 dari 4 halaman

Tanggapan Pabrik PT GMM

Menanggapi keluh kesah masyarakat Dukuh Gayam, pihak pabrik PT GMM saat dikonfirmasi mengatakan, bahwa setiap tahun sudah memberikan bantuan kompensasi senilai puluhan juta untuk dukuh setempat.

"Rp60 juta Pak, tiap tahunnya," ungkap Humas PT GMM, Sugito kepada Liputan6.com.

Menurutnya, pihak internal perusahaan akan segera melakukan pertemuan sebagai bentuk tindak lanjut terkait keinginan masyarakat yang terimbas.

"Masyarakat nanti ingin apa, akan dikasih sebagai kompensasi atas dampak yang dirasakan," terang Sugito.

"Kita ada komunikasi dengan Pak Lurah, dengan perwakilan pemuda. Tahun sebelumnya ada sumur bor. Setiap RT ada sumur bor, kita yang buatkan," ucapnya lagi.

Untuk mengatasi dampak yang muncul, Sugito menyampaikan langkahnya yakni dengan pengambilan bagasse atau ampasnya dipercepat. Kata dia, yang dirasakan dan dikeluhkan masyarakat saat ini adalah dari bagasse yang beterbangan.

"Posisi kita kalau cuaca itu kan angin tho Pak. Itu kan kalau tidak ada penggunungan, tumpukan daripada bagasse juga tidak sampai terbang. Kan gitu," dia memungkasi.

Sebagai informasi, saat ini, pabrik PT GMM tengah melakukan aktivitas operasional giling sejak tanggal 10 Mei 2022 lalu. Pabrik gula yang memiliki kapasitas giling 4.000 TCD (ton cane per day) itu setidaknya telah menggiling 96.928 ton tebu dari Blora dan sekitarnya (Rembang, Pati, Sragen, Bojonegoro).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.