Sukses

Aksi TNI Menembus Hutan-Hutan Jati Blora

Program TMMD ke-113 tahun 2022 untuk Kabupaten Blora ini menyasar sejumlah titik diantaranya di jalan hutan menuju Dukuh Alas Malang, Desa Pengkoljagong, Kecamatan Jati.

Liputan6.com, Blora - Tak lekang oleh waktu. Begitulah peran prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sebab, sampai saat ini perannya masih tetap konsisten untuk hadir dalam mengawal negeri dengan beragam dinamika sejarah bangsa Indonesia.

Bahkan, keberadaan tentara di seluruh penjuru nusantara ini selalu hadir untuk membantu tugas pemerintahan di daerah tanpa batas, mengabdi untuk rakyat demi masyarakat yang lebih sejahtera.

Saat menjalankan tugasnya, mereka juga selalu bersinergi dengan semua stakeholder termasuk Polri dalam menjaga keamanan wilayahnya baik di darat, laut maupun udara. Hal itu sebagaimana tiga matra yaitu TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.

Konsistennya peran TNI itu masih dirasakan di tengah-tengah masyarakat sampai sekarang dengan berbagai program kegiatannya. Salah satu tujuannya untuk kemanunggalan TNI dan rakyat dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional dan kesejahteraan masyarakat.

Program membantu pembangunan daerah untuk kesejahteraan rakyat ini salah satunya di wujudkan melalui TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) di seluruh nusantara, termasuk di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Program TMMD ke-113 tahun 2022 untuk Kabupaten Blora ini menyasar sejumlah titik diantaranya di jalan hutan menuju Dukuh Alas Malang, Desa Pengkoljagong, Kecamatan Jati. Perbaikan jalan yang dipelopori TNI Kodim 0721/Blora itu disambut bahagia oleh masyarakat setempat karena akan meningkatkan roda perekonomian sehingga masyarakat bisa lebih sejahtera.

"Kita sangat bahagia dengan adanya program ini, karena nantinya jalan akan bagus untuk masyarakat," ungkap salah satu warga setempat yang mengaku bernama Agus, Sabtu (21/5/2022).

Saat mengunjungi lokasi TMMD itu butuh waktu satu hingga dua jam lebih, jika naik kendaraan motor dari Alun-alun Kota Blora. Pengunjung akan mengetahui kehidupan masyarakat setempat dengan keberadaan hutan jati ternyata tidak dapat dipisahkan. Baik itu dalam dimensi historis, sosial, lebih-lebih dalam dimensi ekonomi.

Ketika sampai di lokasi, pemandangan tak biasa terlihat jelas adanya satuan anggota TNI bersama masyarakat setempat beramai-ramai tengah berjibaku meratakan bebatuan di jalan hutan tersebut. Para masyarakat setempat meyakini ke depan desanya akan ramai dan maju setelah jalan desa ini mulus melalui program TMMD tersebut.

“Saya yakin kedepan desa ini akan lebih maju, salah satu alasannya karena jalan yang dulunya kurang baik saat ini akan menjadi mulus. Itu bisa membuat perekonomian masyarakat kian meningkat lantaran akses desa mudah, dan rakyat sejahtera,” jelasnya.

Liputan6.com pun berkesempatan mewawancarai langsung Kepala Desa Pengkoljagong, Sugiyono. Ternyata sebelum desanya jadi sasaran operasi TMMD tahun ini, awalnya ia bertemu dengan salah satu anggota Kodim 0721/Blora. Saat itu, ia bercerita banyak tentang Desa Pengkoljagong terutama tentang Dukuh Alas Malang.

Diakuinya jika melihat kondisi jalan hutan menuju Dukuh Alas Malang tidak mungkin bisa dianggarkan dari Provinsi ataupun Pemkab Blora. Karena akses jalan tersebut tidak masuk skala prioritas.

"Maka untuk menyelesaikan jalan ini, kalau dengan anggaran yang cukup minim dari APBD, kelihatannya nggak mungkin selesai. Bisa selesai mungkin membutuhkan waktu puluhan tahun lagi untuk percepatan pembangunan di Alas Malang yang memang terisolir sejak berpuluh-puluh tahun," kata Sugiyono.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kondisi Jalan Hutan Menuju Dukuh Alas Malang

Berangkat dari situ, Kades Pengkoljagong mengaku memberanikan diri ke TNI untuk minta bantuan agar program operasi TMMD bisa dilaksanakan di daerahnya. Kala itu, jauh-jauh hari sebelum jalan hutan menuju Dukuh Alas Malang akhirnya terealisasi dibangun, Sugiyono bersama warganya berkomitmen siap guyub gotong royong untuk menyelesaikan bersama-sama satuan TNI.

"Kita ingin memaksimalkan pembangunan jalan menuju Alas Malang ini. Jadi ini fungsinya memang cuma dari TMMD saja. Selain itu, saya rasa hampir mustahil untuk dikerjakan dengan anggaran lainnya," ucapnya.

Menurut Sugiyono, banyak sekali jalan di Blora yang sampai saat ini belum tertangani. Apalagi yang jalan aksesnya adalah cuma satu dukuh seperti di Desa Pengkoljagong, tentunya tidak mungkin mendapat anggaran secara maksimal dari daerah.

"Maka untuk mengejar hal tersebut yang bisa adalah melalui program TMMD," terangnya.

Keberadaan Dukuh Alas Malang sendiri sesuai data yang diketahuinya terdapat sekitar 126 sampai dengan 130 Kartu Keluarga (KK), yang total penduduknya lebih dari 360 jiwa. Sugiyono mengakui pihaknya tidak mungkin melakukan relokasi atau pun pergeseran warga ke pusat Desa Pengkoljagong.

"Karena warga di Alas Malang memang sudah berbaur dengan kondisi alam yang memang rata-rata bertani berkerjasama dengan LMDH maupun Perhutani," ungkapnya.

Beragam masalah telah diketahuinya bersama pihak TNI sejak lama di Dukuh Alas Malang. Baik itu terkait masalah infrastruktur, ekonomi dan juga termasuk kondisi air dan lain sebagainya sangat dibutuhkan oleh warga setempat.

Lebih lanjut, adanya operasi TMMD sendiri, paling tidak TNI dianggap oleh Kades Pengkoljagong turut serta memanusiakan manusia, dengan bergotong royong membangunkan jalan hutan menuju Dukuh Alas Malang yang kondisinya terisolir sejak lama.

"Artinya di Indonesia ini yang lainnya bisa menikmati jalan bagus, kenapa warga Alas Malang tidak bisa. Jadi itu alasan kita, kenapa memberanikan diri untuk sowan ke TNI untuk minta bantuan terkait program TMMD," ucap Sugiyono.

Perlu diketahui, ketika akhirnya otoritas penguasaan hutan jati diambil alih oleh Belanda pada akhir abad 19 dan dilanjutkan Jepang, serta kemudian pemerintah pusat, maka akses ekonomi masyarakat Blora pada hutan jati dibatasi oleh regulasi dan birokrasi.

Tentu hal ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya kesejahteraan masyarakat di daerah hutan ada di pundak pemerintah, baik itu Perhutani maupun kementerian terkait lainnya. Kesejahteraan itu termasuk menyediakan adanya infrastruktur, terutama jalan yang menjadi urat nadi penghubung wilayah atau desa-desa di sekitar hutan dengan wilayah lain.

Entah atas alasan apa, akses jalan masuk desa di sekitar hutan di Blora dari dulu hingga sekarang kondisinya banyak yang memprihatinkan. Bahkan, ada juga selain Dukuh Alas Malang juga ada desa lain yang hampir terisolir dan sangat menghambat mobilitas harian masyarakat. Maka, benarlah idiom kaya Sumber Daya Alam (SDA) nya tapi miskin masyarakatnya. Mereka menjadi masyarakat yang termarginalkan, mengalami kemiskinan struktural.

Mengetahui kondisi itu, konsep kesejahteraan masyarakat hutan harus lebih dipertegas terutama pemenuhan hak dasarnya atas infrastruktur yang sangat lama terabaikan jika ingin lebih baik. Dan tidak kalah pentingnya harus ada terobosan partisipasi dari banyak pihak dalam konteks mengatasi masalah ekonomi lainnya yang dibutuhkan Blora saat ini. Sebab, izin penggunaan lahan untuk industri karena daya tampung perekonomian dari sektor pertanian sudah tidak lagi mencukupi.

Bukti nyata TNI melalui operasi TMMD di Dukuh Alas Malang barangkali menjadi salah satu bentuk terobosan kecil yang dapat dijadikan pemantik, bahwa menyelesaikan masalah kesejahteraan masyarakat di daerah hutan memang membutuhkan sebuah langkah yang extraordinary.

 

3 dari 4 halaman

Bangun Jalan Hutan hingga Talut

Komandan Kodim 0721/Blora, Letkol Inf Andy Soelistyo Kurniawan Putro mengungkapkan, program TMMD ke-113 di Desa Pengkoljagong ini dilaksanakan selama satu bulan, terhitung mulai tanggal 11 Mei 2022 hingga tanggal 9 Juni 2022 mendatang.

Adapun sasaran pokok kegiatan TMMD ini meliputi pembangunan jalan hutan penghubung Dukuh Alas Malang ke Dukuh Bulurejo, Desa Pengkoljagong, berupa jalan grosok sepanjang 1.100 meter dengan lebar 2,5 meter. Kemudian jalan makadam sepanjang 3.300 meter dengan lebar 2,5 meter dan jalan grosok/leveling sepanjang 3.400 meter dengan lebar 2,5 meter.

"Serta talud badan jalan sepanjang 20 meter dengan tinggi 3 meter untuk mencegah longsor," ungkap Andy panggilan akrab Dandim Blora.

Andy selaku Dansatgas TMMD mengharapkan, bahwa apa yang dikerjakan oleh TNI menjadi harapan untuk masyarakat Blora khususnya warga Dukuh Alas Malang supaya memiliki akses infrastruktur yang memadai.

Dalam kesempatan ini, ia meminta masyarakat untuk yakin kepada Bupati Blora, bahwa nantinya lambat laun pastinya akan menjalankan visi misinya untuk membuat desa-desa yang terisolir memiliki infrastruktur jalan dan juga sumber air.

"Kita berdoa bersama, Pak Bupati juga pasti akan memberikan perhatian," kata Andy.

Dirinya menuturkan bahwa sesuai yang disampaikan kepala desa bahwa terkait skala prioritas, masyarakat juga diminta harus melihat berapa dana yang ada di kabupaten untuk bisa digunakan dan dianggarkan dalam pembangunan infrastruktur.

"Kita harus yakin, berdoa dan percaya bahwa bapak Bupati Blora pasti menjadikan blora lebih baik kedepannya. Kita sebagai pendukung, siap selalu menjadi pendamping ataupun mensupport untuk mempercepat pembangunan itu sendiri," ucap Andy.

Lebih lanjut, pihaknya juga mengajak seluruh masyarakat dan stakeholder terkait, untuk bisa bersama-sama dalam mewujudkan 'Sesarengan Mbangun Blora' seperti yang selalu digaungkan Bupati.

 

4 dari 4 halaman

Yang Perlu Diketahui tentang TMMD

Sementara itu, Komandan Korem 073/Makutarama, Kolonel Inf Purnomosidi saat diwawancarai sejumlah awak media menjelaskan, tentang TMMD yang sebagian besar masyarakat pastinya masih ada ada yang belum mengetahui.

Menurutnya, operasi TMMD adalah salah satu operasi Bhakti TNI, yang dilaksanakan secara terpadu lintas sektoral antara TNI dengan Departemen, Lembaga Pemerintahan Non Departemen dan Pemerintah Daerah serta komponen bangsa lainnya.

Sebagai penanggung jawab keberhasilan pelaksanaan (PKP) operasi TMMD, ia juga menjelaskan bahwa tujuan utama operasi TMMD untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di wilayah-wilayah yang terisolir dan terpencil.

"Kalau secara nasional ada daerah yang perbatasan, daerah yang pasca bencana, tapi kalau di sini tepatnya daerah terisolir," kata Purnomosidi, panggilan akrab Danrem 073/Makutarama.

Ia mengatakan, keberadaan jalan yang belum pernah di makadam ini, saat musim hujan kondisinya berlumpur dan saat musim panas kondisinya berdebu. Sehingga akses secara ekonomi untuk menjual hasil-hasil bumi di Dukuh Alas Malang sulit.

"TMMD sendiri ada fisik dan non fisik. Untuk yang fisik seperti pembuatan jalan sejauh 7,8 kilometer dengan lebar 2,5 meter ini, dan pembuatan talud. Untuk kegiatan non fisik, berupa kegiatan-kegiatan penyuluhan, sosialisasi dan pembekalan diberbagai lembaga," terang Purnomosidi, yang menjelaskan TMMD ada tiga kali dalam setahun.

Dirinya mengatakan tidak serta merta desa dapat sasaran operasi TMMD. Adapun prosesnya sudah diajukan satu tahun sebelumnya yaitu melalui mekanisme musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) untuk desa yang benar-benar membutuhkan.

"Kita bisa buktikan dengan partisipasi masyarakat yang hadir di sini. Kalau partisipasi masyarakat banyak, berarti ini memang betul-betul dibutuhkan oleh warga sini," ucap Purnomosidi.

Dalam kesempatan ini, disebutkan bahwa yang ikut serta dalam kegiatan sebanyak 150 orang. Yakni terdiri 110 orang dari anggota TNI dan 40 orang terdiri dari anggota kepolisian dan dinas terkait lainnya.

Lebih lanjut, terkait sumber anggaran TMMD ke-113 di Dukuh Alas Malang disebutkan bahwa nilainya sebesar Rp 350 juta dari Mabes TNI bersumber dari APBN.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.