Sukses

Pameran Artefak Keluarga, Siswa di Banjarnegara Bawa Kartu Tanda Anggota Hansip Era 70-an

Hafiza Roika Hayati misalnya, ia membawa kartu tanda anggota Hansip tahun 70-an. Ada juga Taufik Hidayat yang membawa rantang hijau milik neneknya yang dibeli pada tahun 80-an

Liputan6.com, Banjarnegara - Heni Purwono, Guru mata pelajaran Sejarah SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara punya cara unik untuk memperingati hari Arsip Nasional. Ia bersama siswa Kelas X IPS 4 menggelar pameran arsip dan artefak keluarga.

Mereka menata meja berjajar di depan ruang jelas. Satu per satu mereka memajang dokumen arsip dan artefak keluarga yang mereka miliki, Kamis (19/5/2022).

Tak sekadar memajang, mereka juga menjelaskan kisah sejarah dari masing-masing arsip dan artefak yang dibawa.

Hafiza Roika Hayati misalnya, ia membawa kartu tanda anggota Hansip tahun 70-an. Ada juga Taufik Hidayat yang membawa rantang hijau milik neneknya yang dibeli pada tahun 80-an.

Kegiatan tersebut merupakan penilaian harian mata pelajaran sejarah sekolah setempat. Selain untuk penilaian proyek akhir tahun, kegiatan ini juga untuk memeringati Hari Kearsipan Nasional yang jatuh setiap 18 Mei.

"Kita ingin menyadarkan kepada siswa tentang pentingnya pengelolaan arsip keluarga. Karena di dalamnya terdapat sejarah yang penting untuk refleksi kehidupan di masa mendatang. Dengan kegiatan ini harapannya para siswa menjadi semakin sadar akan pentingnya arsip," kata Heni.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jejak Sejarah Melalui Catatan Harian

Salah satu siswa Wahyu Subekti yang membawa arsip KTP kakeknya mengungkapkan kegiatan pameran arsip seperti ini sangat penting. Melalui pameran ini, ia jadi tahu riwayat keluarga

"Penting sekali kita tahu sejarah keluarga kita, agar bisa kita pelajari," ujarnya.

Menanggapi kegiatan itu, guru besar sejarah Universitas Airlangga Surabaya Prof Purnawan Basundoro mengungkapkan, arsip keluarga sangatlah penting bagi khasanah kesejarahan. Sebab, dari arsip keluarga inilah seorang sejarawan bisa menulis aspek sejarah yang sangat luas.

"Beberapa sejarawan Belanda bahkan memakai buku harian sebagai bahan merekonstruksi sejarah," ucap Dewan Pakar Asosiasi Guru Sejarah Indonesia itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.