Sukses

Wabah PMK di Lombok Tengah Meluas, dari 378 Ekor Jadi 600 Ekor

Total ternak sapi yang terkena PMK di Lombok Tengah mencapai 600 ekor. Namun, ratusan telah sembuh setelah dilakukan pengobatan dan penyemprotan disinfektan.

Liputan6.com, Lombok Tengah - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang telah menyerang ternak sapi masyarakat di Kabupaten Lombok Tengah, NTB, makin meluas. Data Dinas Pertanian dan Peternakan setempat menyebutkan, awalnya ada 378 ekor ternak yang terserang PMK, kini bertambah menjadi 600 ekor.

"Total ternak sapi yang terkena PMK itu telah mencapai 600 ekor. Namun, ratusan telah sembuh setelah dilakukan pengobatan dan penyemprotan disinfektan," kata Kepala Dispertanak Lombok Tengah Lalu Taufikurahman, Jumat (20/5/2022).

Kasus PMK di Lombok Tengah awalnya itu ditemukan di Desa Kelebuh, Kecamatan Praya Tengah sebanyak 63 ekor. Kemudian bertambah menjadi 378 ekor yang tersebar di empat desa di dua kecamatan yakni Desa Kelebuh, Desa Puyung Desa Barejulat dan Desa Sukarara Kecamatan Jonggat.

Selanjutnya, dari data terakhir sampai saat ini wabah PMK itu terjadi di tujuh desa di empat kecamatan yakni di Desa Kelebuh Kecamatan Praya Tengah, Puyung, Barejulat, Sukarara dan Desa Nyerot Kecamatan Jonggat, Desa Sukaraje Kecamatan Praya Timur dan Desa Banyu Urip Kecamatan Praya Barat.

"Jadi PMK itu mulai meluas di tujuh desa di empat kecamatan," katanya.

Untuk itu, pemerintah daerah untuk sementara menutup semua pasar hewan untuk membatasi pergerakan arus lalu lintas keluar masuk ternak dalam rangka mencegah penyebaran wabah PMK tersebut. Selain melakukan pengobatan secara massal terhadap ternak sapi yang terkena PMK, sejumlah kandang kolektif juga ditutup atau lockdown.

"Kita imbau masyarakat juga tidak perlu panik, karena sampai saat ini tidak ada ternak sapi yang mati terkena wabah PMK tersebut. Pasar hewan Batunyale dan Barebali untuk sementara waktu ditutup," katanya.

Sebelumnya, Pemerintah Lombok Tengah mencatat ratusan ekor ternak sapi yang terkena wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) telah mulai sembuh setelah dilakukan pengobatan dan penyemprotan disinfektan yakni 168 ekor. Sedangkan ratusan ekor sapi lainnya masih dalam proses pengobatan.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ikuti Arahan Pemerintah

Sementara itu, para pedagang ternak yang biasa berjualan di Pasar Ternak Selagalas Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, kooperatif terhadap kebijakan pemerintah setempat yang melakukan penutupan sementara operasional pasar tersebut sebagai langkah pencegahan penyebaran virus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak.

"Alhamdulillah, hari ini tidak ada pedagang ternak yang datang ke pasar. Ini satu indikasi pedang ternak kooperatif mengikuti apa yang menjadi kebijakan pemerintah," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram Drh Dijan Riatmoko di Mataram, Kamis.

Menurut dia, Pasar Ternak Selagalas beroperasi dua kali seminggu yakni pada Selasa dan Kamis, mulai pagi sampai pukul 18.00 Wita.

Ternak yang diperjualbelikan hanya dua jenis yakni kambing dan sapi. Untuk kambing biasanya dijualbelikan pada pagi, sedangkan jual beli sapi dimulai sekitar pukul 13.00 Wita hingga pasar tutup di sore hari.

Rata-rata jumlah ternak yang datang dalam sehari saat kondisi normal 500-600 ekor, tetapi pada saat tertentu bisa mencapai 1.000 ekor bahkan lebih.

Ratusan ternak yang dijual di Pasar Ternak Selagalas berasal dari berbagai penjuru di Pulau Lombok bahkan Sumbawa, sehingga berpotensi menjadi wadah penyebaran virus PMK. Apalagi ternak terutama sapi di beberapa kabupaten di Pulau Lombok sudah dinyatakan positif terserang virus PMK.

"Sedangkan untuk Kota Mataram, sejauh ini kita belum ditemukan satu kasus pun. Karena itu, upaya pencegahan kita perketat dan tingkatkan salah satunya dengan menutup operasional Pasar Ternak Selagalas," katanya.

Selain akan menutup pasar hewan, pihaknya sudah melakukan langkah antisipasi dan pengawasan dengan memperketat keluar masuk binatang ternak ke Kota Mataram, melalui pemantauan setiap hari di lapangan, serta memberikan sosialisasi kepada para kelompok ternak agar mereka segera melapor ketika ada indikasi ternak mereka sakit.

"Kalau dugaan terpapar PMK, cepat laporkan, sehingga kita bisa mengambil tindakan segera," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.